" Oh My God! Kenapa dengan matamu!?"
"Mataku? Disengat lebah!" Balas Alea gusar diruang istirahat pegawai. Dirinya baru saja hampir masuk kedalam daftar pegawai baru yang terlambat.
Itu semua karena mimpi jorok itu, pikirnya.
Setelah bermimpi dicium oleh pria berbadan besar itu, Alea menghabiskan waktu tidurnya dengan menonton A Series of Unfortunate Events di Netflix. Seri drama yang mengisahkan tentang tiga orang anak yang telah yatim piatu karena ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka yang mati secara misterius. Ketiga anak ini kemudian berusaha mencari tau penyebab kematian misterius orang tua mereka, namun upaya mereka dihalangi oleh Count Olaf yang berusaha mendapatkan harta warisan dari keluarga mereka, Baudelaire.
Seri Drama itu direkomendasikan oleh Nina, dan Alea baru saja menontonnya semalam, kemudian dilanjutkan dengan film lama Pretty Woman kemudian secara marathon ia menonton Step-Up. Semua itu ia lakukan agar mimpi ciuman pria itu terhapuskan dari benaknya.
Ia masih bisa merasakan kehangatan nafas pria itu di bibirnya dan sentuhan lembut pria itu dibadannya. Jika ia mengingat lagi mimpinya semalam, ia bisa saja menjadi orang yang memiliki pikiran terkotor sejagat raya.
Dan tentu saja Alea tidak menginginkannya.
"Ice pack?" Tanya Ian yang tiba-tiba saja muncul dari belakang Alea sambil membawa bungkusan yang berwarna biru putih dengan tulisan Instant Cold Pack.
Alea menatap kearah Ian. "Dimana kamu mendapatkannya?"
"Pagi ini Clara menelponku dan menyuruhku untuk membawa Ice pack. Saat kutanya buat apa, dia hanya mengatakan bawa saja karena mungkin ada yang memerlukan." Ian menyodorkan Instant Ice Pack itu ke mata Alea yang bengkak karena begadang semalaman.
"Ian, apakah Clara tidak mempunyai kekuatan supranatural?" Tanya Daria penasaran. "Dia selalu tau apa yang kita butuhkan."
Alea mengambil bungkusan Ice Pack itu dari tangan Ian dan meletakkannya dimata. Sensasi dingin yang menyengat menyerang kedua matanya dan membuat bulu kuduknya sedikit berdiri, namun kembali turun saat ia mulai terbiasa dengan suhu Ice Pack itu.
"Tidak." balas Ian. "Tapi dia memang memiliki kemampuan yang hebat terkait kepedulian terhadap sesama."
"Kau harus meniru Clara." Sindir Alea.
Ian hanya tersenyum nakal. "Kau akan jatuh hati kepadaku jika aku mulai peduli dengan orang lain."
Alea dan Daria secara bersamaan memutar bola mata mereka kearah kanan dan diikuti dengan gelak tawa Ian.
Ian adalah tipikal pria yang cuek pada orang tidak dikenalnya, bahkan kepada temannya sendiri dia bisa menjadi seorang bajingan yang betul-betul tidak akan membantu jika kita tidak memberikan imbalan kepadanya. Terkadang. Sifat Ian itu pula yang kadang membuat Alea kesal, namun secara keseluruhan Ian adalah pendengar dan pemberi nasehat yang baik. Jika ada masalah dan gosip di kantor, maka Ian adalah gudangnya semua hal tersebut. Pembawaannya easy-going dan senyumnya memiliki lesung pipit yang mampu memikat para perempuan.
Ya, Ian manis namun bajingan disaat yang bersamaan. Sial.
"Apa kau dengar? Perusahaan kita sudah dibeli seminggu yang lalu oleh seorang pengusaha di New York."
"Kau bercanda!???"
"Ya, aku baru saja dari atas dan bertemu dengan sekretaris utama, Bella. Ia mengatakan perusahaan kita belakangan ini mengalami masalah keuangan dan kita memerlukan sponsor yang lebih banyak. Tetapi, tiba-tiba saja pria ini datang dan mengatakan ingin membeli perusahaan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
That Man and That Woman
RomanceAleisha Yashira (Alea), 26 tahun. Wanita asal Indonesia dan bekerja di perusahaan terbesar di New York. Setelah putus dengan kekasihnya selama 8 tahun, ia memilih untuk memfokuskan dirinya pada karir dan keluarga. Riley Grayson, 30 tahun. Multi-bill...