"Ada alasan apa anda membawa saya makan siang bersama?" Tanya Alea langsung tanpa memperdulikan basa basi. Ia memang pada dasarnya tidak terlalu suka berbasa-basi.
Riley yang baru saja menyerahkan daftar menu ke pelayan, segera mengalihkan pandangannya kearah Alea yang menunggu jawabannya dengan antusias.
"Permintaan maaf." Balas Riley singkat.
Alea terdiam dan jujur saja tersentuh karena atasannya yang dingin itu mentraktirnya makan untuk meminta maaf. Tapi untuk lebih pasti Alea bertanya, "Permintaan maaf karena anda mengusir saya kemarin?"
"Ya, saya meminta maaf atas kejadian kemarin." Kata Riley sambal menatap Alea. Ia menunggu balasan Alea. Ia tidak mengharapkan Alea memaafkannya. Ia tau sikapnya kemarin terhadap Alea sangat kasar, sehingga ia juga tidak terlalu berharap banyak.
Keputusannya mengajak Alea makan bersama sebenarnya adalah sebuah tindakan yang impulsif. Melihat Alea yang tiba-tiba saja pergi keluar dari lift membuat Riley tanpa sadar bergerak dan menyusul Alea, ia bahkan tidak peduli dengan tatapan penasaran Erik begitu melihatnya yang tiba-tiba berjalan menghampiri Alea.
Sebaliknya, ia juga merasa apa yang terjadi dengan mereka harus diselesaikan. Memiliki masalah yang belum terselesaikan selalu membuat Riley tidak tenang, apalagi jika masalah itu dimulai dengan perempuan. Ia diajarkan oleh mendiang ibunya untuk menghargai perempuan yang bersamanya. Karena itulah jika Alea tidak memaafkannya, ia bisa membelikan Alea perhiasan atau apapun yang ia mau untuk setidaknya menyenangkan Alea. Bukankah setiap perempuan akan memaafkan pria jika sang pria memberikan mereka perhiasan, bunga atau baju?
"Saya juga meminta maaf atas kelakuan saya kemarin kepada anda. Saya sebenarnya tidak bermaksud untuk ikut campur dengan urusan anda." Suara Alea yang tenang membuat Riley terkejut karena ia sudah siap jika Alea tidak memaafkaanya.
"Anda memaafkan saya?" Tanyanya untuk menyakinkan yang dibalas dengan anggukan Alea.
"Saya rasa anda tidak akan seperti itu kepada saya jika saya tidak memulai duluan argument kemarin. Saya tidak bisa mengatakan itu percakapan karena sebenarnya kemarin kita berargumen yang tidak berdasar."
Masih sedikit terkejut, Riley bertanya, "Mengapa anda memaafkan saya dengan mudah?"
Alea menatap Riley bingung. "Karena saya sadar saya yang memulai argumen kemarin."
"Hanya itu?" Balas Riley.
Kali ini Alea balas menatap Riley dikedua matanya. "Ya dan kenapa anda sepertinya terkejut dengan ucapan saya?"
"Karena saya tidak mengharapkan anda memaafkan saya dengan cepat."
"Apakah itu aneh?" Kali ini Alea yang balik bertanya.
"Mungkin... ya? Perlu beberapa waktu bagi seorang perempuan untuk memaafkan seorang pria yang berperilaku kasar padanya. Mengapa anda masih memaafkan saya dengan mudahnya seperti bernapas?"
Riley menatap Alea dan melihat tatapan perempuan itu kepadanya seperti sedih.
"Karena saya mudah memaafkan seseorang, Mr. Grayson." Jawabnya. "Saya tidak bisa berlama-lama marah dengan seseorang, detik itu juga saya marah maka detik selanjutnya saya akan memaafkannya. Semudah saat kita bernapas."
Saat Riley ingin berbicara, makanan pesanan mereka berdua datang. Alea memesan Spaghetti Bolognese beserta Tiramisu sebagai penutup makanannya dan Ravioli. Riley memesan Spaghetti Aglio Olio. Riley mengajak Alea makan siang di restoran terkenal langganannya di New York. Alea sempat kaget saat Riley mengajaknya masuk ke salah satu restoran Italia bintang lima itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Man and That Woman
RomantikAleisha Yashira (Alea), 26 tahun. Wanita asal Indonesia dan bekerja di perusahaan terbesar di New York. Setelah putus dengan kekasihnya selama 8 tahun, ia memilih untuk memfokuskan dirinya pada karir dan keluarga. Riley Grayson, 30 tahun. Multi-bill...