13- Sebuah Kebohongan

3.7K 323 2
                                    

Kalau dengan berbohong dapat membuatmu tersenyum, maka akan aku lakukan
***

Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa Reno akan menjadi orang yang paling ribet karena takut tak kebagian tempat duduk di kantin, sedangkan Gavin memilih ikut saja tanpa bersuara, masih merasa sedikit canggung berbicara jika ada Nathan di dekatnya, begitupun sebaliknya.

Sesampainya di kantin mereka langsung memesan makanan dan memakannya dengan khidmat. Namun itu tak berlangsung lama setelah kedatangan sosok cowok berparas hitam manis.

"Hei Vin!" Gavin menoleh setelah merasakan ada yang menepuk pundaknya, "Kenapa Nu?"

Orang yang dipanggil 'Nu' malah tersenyum lebar. Sedang Nathan yang mengetahui siapa sosok tersebut kembali melanjutkan makanannya. Terlanjur malas melihat orang yang telah merebut perhatian Naina darinya.

"Minta nomornya Maura dong!"

Sontak Nathan menghentikan kunyahan di mulutnya. Mood-nya hilang seketika. Ia ingin marah, Wisnu malah meminta nomor Maura padahal sahabatnya selalu menahan diri untuk tak mengirimkan pesan pada cowok itu.

"Buat apaan?" Gavin memandang curiga, ia tahu cowok di sampingnya baru saja putus dengan kekasihnya seminggu yang lalu. Ditatap seperti itu Wisnu malah terkekeh. "Ya elah Vin, biasa aja kali natap nya. Jadi takut gue."

"Kalau elo cuma mau mainin dia, lebih baik gak usah Nu."

"Gue cuma pingin minta maaf soal kejadian tempo hari. Gak sengaja sih nabrak dia.l," jelas Wisnu

"Sejak kapan lo repot-repot minta maaf?"

"Semenjak gue mulai tertarik sama orang itu." Cowok itu tersenyum miring membuat ketiga cowok di dekatnya berdecih. "Kok gue malah curhat sih? Mana nih? Mau ngasih kagak sih?"

"Kagak lah, sorry." Gavin menggelengkan kepalanya. Wisnu sendiri malah mendengkus. "Ya elah pelit amat sih, Vin."

"Untuk yang satu ini gak bisa, Nu. Gue gak mau entar lo malah nyakitin dia," jawab Gavin, tatapannya mengarah pada Nathan yang malah memalingkan wajah.

"Ya ampun, gue gak sejahat itu kali," elak Wisnu, sepertinya sudah lupa bahwa minggu kemarin baru saja membuat anak orang menangis karena memutuskannya begitu saja dengan alasan bosan. "Lagian, kok lo yang malah protektif gini sih? Jangan-jangan lo suka juga sama dia?"

Tuduhan Wisnu yang tidak beralasan itu membuat Gavin tersendak makanannya. "Enggak lah apaan sih? Tuduhan lo itu gak beralasan banget. Gue emang mau ngejaga dia, tapi bukan berarti gue punya perasaan lebih, 'kan?"

"Vin, serius nih?"

"Gue juga serius, Nunu!"

"Yah sama temen juga, pelit banget sih lo." Gavin balas memandang kesal, tak mau kalah, "Emang sejak kapan gue gak pelit?"

Wisnu menggelengkan kepalanya. "Anjir, lo lama-lama nyeselin, Vin."

"Nanti gue yang kirim nomor dia ke lo," putus Nathan menghentikan perseteruan antara keduanya. Wisnu yang sudah kehilangan harapan kini terlonjak gembira, kalau tau begini kenapa tidak dari tadi saja ia meminta pada Nathan.

"Kok malah lo kasih sih?" tanya Gavin setelah Wisnu berlalu, padahal dia mati-matian menolaknya tadi.

"Siapa yang mau ngasih nomor dia? Punya aja enggak!" acuh Nathan kembali menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Lah bukannya gue pernah kasih nomor lo ke dia? Emang Maura gak pernah chat elo?"

"Berkali-kali, tapi gak pernah gue bales," ucapnya dengan santai. Gavin menggeleng tak terima. "Wah, tega ya lo. Adek gue itu!"

"Lo juga tega sama Naina!"

"Masalahnya beda kali."

"Sama aja."

"Jelaslah beda." Gavin tak mau kalah.

"Sam-"

"Berisik! Gue gak konsentrasi makan ini kalau kalian rebut terus!" tegas Reno membuat perseteruan keduanya terhenti karena sekalinya marah, jangan harap tujuh hari tujuh malam telinga mereka aman oleh ocehan cowok itu. Padahal sebenarnya Reno hanya pura-pura kesal. Diam-diam ia tersenyum melihat perdebatan kedua sahabatnya yang seolah lupa kalau sebelumnya tengah saling mengabaikan. Mereka sudah dewasa, tak perlu dipaksa untuk sekedar berbaikan. Sesederhana itu.

***

"Nath."

Nathan yang sedang fokus mendengarkan penjelasan guru menolehkan pandangannya, lalu berbisik takut mengganggu anak yang lain. "Apa?"

"Tadi di kantin aku liat Wisnu nyamperin kamu, dia abis ngapain?"

Mendengar pertanyaan Naina, Nathan terdiam sejenak dan kembali memfokuskan pandangannya pada papan tulis.

Tak mendapat jawaban apapun, Naina menyenggol bahu cowok di sebelahnya, "Nath!"

"Gak ngapa-ngapain. Biasa anak cowok, ngomongin sparing futsal nanti sore." Bohong sekali, padahal Nathan tidak ingin Naina tahu tujuan Wisnu menghampirinya di kantin tadi.

"Oh," Naina menjadi muram, lalu menunjukan wajahnya. Ia pikir Wisnu menanyakan tentangnya.

Melihat Naina seperti itu, Nathan semakin merasa bersalah telah membohonginya. "Kamu mau ikut nonton gak? Ada Wisnu juga."

Sebenarnya Nathan sangat berat mengajak Naina, tapi ia lebih tak suka melihat wajah cantik sahabatnya yang muram. Benar saja mendapat ajakan tersebut raut Naina cerah seketika.

"Oke. Aku mau Nath, mau banget!" sahut Naina memamerkan deretan giginya yang rapi.

***

Motor yang dikendarai Nathan berhenti di depan gor. Naina yang sudah mengganti seragam sekolah turun dari boncengannya. Kedua remaja itu berjalan beriringan.

"Nath, mana? Lo bilang tadi siang mau ngasih nomornya Maura."

Naina menghentikan langkahnya, melirik kedua cowok itu bergantian dan berakhir dengan menatap kecewa pada Nathan. Ia tak menyangka Nathan akan membohonginya, padahal ia sudah sangat bahagia bisa bertemu pujaan hatinya. Naina pikir tadi siang mereka memang membicarakan seputar futsal, tapi ternyata Wisnu sengaja meminta nomor cewek itu. Ia yakin pasti Maura yang itu karena di sekolahnya tak ada lagi nama Maura.

"Nai," lirih Nathan berusaha menjelaskan.

"Itu, Maura yang suka barengan sama Gavin."

Cewek itu mengangguk kemudian menatap Nathan dengan sendu. "Ya udah Nath, kasih aja. Oh iya kayaknya aku gak jadi liat kamu main. Lupa kalau mama nyuruh nganter ke salon, kalau gitu aku pamit. Duluan ya, Nu."

Nathan berusaha mengejar sahabatnya. Perasaan bersalah semakin menggrogotinya, "Nai, tunggu!"

"Lo mau ke mana, Nath?"

Cowok itu berhenti sejenak untuk menatap Wisnu. "Sorry, Nu. Gue gak jadi main dan buat nomor Maura minta aja sama yang lain." 

" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Not) With You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang