26- Berjarak

3.6K 274 14
                                    

Kamu terlalu asik bermain-main, alasan untuk menata hati kembali. Mengabaikan aku yang mungkin siap mengakhiri karena terlalu lelah menanti.
***


Matahari bersinar seperti hari-hari sebelumnya, seharusnya Nathan juga bisa menyambut dengan senyum cerah juga, tapi melihat Naina yang terus murung membuatnya ikut tak bersemangat. Semenjak mengetahui Wisnu dan Maura berpacaran, sahabatnya menjadi lebih pendiam.

"Nai, you oke?" Nathan tahu, tidak seharusnya ia bertanya.

Naina meliriknya sekilas lalu mengangguk dan kembali pada aktivitas semula, melamun. Kemunculan seseorang di pintu kelas membuat raut muka Naina berubah. Ada amarah yang tertahan di sana. Kemarin sepulang dari kedai, Nathan sempat mengatakan kalau Dinda mengetahui rencananya. Ia jadi berpikiran buruk pada mantan sahabatnya tersebut.

"Aku ke sana dulu," ucap cewek itu lalu bangkit, mengikuti sosok yang baru memasuki ruangan tersebut.

"Nathan bilang lo tau rencana kita, apa lo juga yang ngasih tau Maura?" tanyanya tanpa basa basi.

Dinda yang baru duduk dan hendak mengeluarkan alat tulis mendongak, menghentakkan pergerakannya.

Cewek itu kembali melanjutkan kegiatannya sembari menjawab dengan dingin, "Dia tau sendiri."

Terdengar dengkusan. Naina yang berdiri di dekat meja bersedekap dada. Beberapa siswa yang sudah datang mulai memfokuskan perhatian. Gosip tentang persahabatan mereka yang retak sudah tersebar.

"Nggak usah bohong!" tekan Naina tak percaya.

Merasa terganggu, Dinda mengembuskan napas berat. Mood-nya anjlok seketika. "Terserah lo aja, deh. Bukannya lo emang suka berasumsi sendiri?"

Dinda tersenyum sinis, sengaja menyindirnya. "Sama kayak waktu lo nuduh gue suka Nathan."

Naina jelas bukan orang yang mau menerima kekalahan. Walaupun sudah kehilangan kata-kata untuk membalas Dinda, ia tetap berusaha mencari cara agar menang.

"Bukannya emang bener, kan? Gue nggak pernah salah-"

"Kalau gue suka sama dia, gue udah rebut dia dari dulu," potong Dinda bangkit dari duduknya lalu melewati cewek itu, berjalan ke luar kelas.

Naina mengepalkan kedua tangannya. Ucapan Dinda menciptakan gelombang emosi dalam dadanya. Kembali duduk di sebelah Nathan, ia menatap sahabatnya dengan sendu.

"Nath, Dinda nyebelin banget," adunya dengan raut muram.

Entah berada di level berapa tingkat kebucinan Nathan sampai terus saja berada di pihak Naina walau sangat sadar dirinya juga tersakiti.

"Nggak usah diambil hati, Nai." Cowok itu mengusap rambutnya pelan. "Sekarang kamu cuma perlu bersabar. Aku bakal nyari tau, apa bener Wisnu sama Maura pacaran atau nggak. Soalnya, aku masih ngerasa ragu."
***

Nathan masih belum menyerah. Demi Naina, ia bahkan rela melakukan hal bodoh hingga harus melukai perasaan orang lain.

Seperti halnya sekarang, cowok itu melangkah menyusuri koridor, hendak menuju koperasi setelah tak menemukan Maura di kelasnya.

Langkahnya terhenti saat dari kejauhan ia mendapati Maura keluar dari ruangan berbetuk persegi tersebut. Maura berjalan menunduk sambil menghitung uang kembalian. Setelah memasukan ke saku, Maura mendongak lalu lajunya otomatis terhenti mendapati keberadaan kakak kelasnya.

Semua tak berlangsung lama karena cewek itu segera membuang raut terkejutnya dan melanjutkan langkah. Ia hendak melewati Nathan ketika lengannya ditahan.

(Not) With You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang