32- Merelakan?

3.3K 233 18
                                    

Jika kepedulianku adalah salah, maka katakan bagaimana cara untuk mengabaikanmu
***

"Nggak usah pura-pura tidur!"

Azka yang hampir terlelap kembali membuka mata lalu menatap malas sepupunya yang masuk tanpa izin. Ia mendesis saat bantal yang di tidurinya ditarik paksa hingga kepalanya terkatuk pinggiran tempat tidur.

Mengusap kepalanya, ia melemparkan tatapan tajam pada sang sepupu. "Apaan sih lo?"

"Maura bilang lo sering bolos," ujar Gavin bersedekap dada.

Azka memutar bola mata. Mendengar Gavin menyebut nama pujaan hatinya cukup membuat dadanya panas.

"Gue lagi ngajak lo bicara!" tegas cowok itu yang tidak suka diabaikan.

Melirik sepupunya tanpa minat, Azka beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka. Usai mengeringkan wajah, ia langsung keluar, seolah tak ada mahluk lain di dalam ruangan tersebut.

Gavin semakin kesal. Tak ingin lepas kontrol, cowok itu memutuskan kembali ke kamarnya setelah menutup pintu dengan keras.

Azka sendiri duduk termenung di ruang makan. Ia memandangi nasi di depannya tanpa minat. Perutnya terasa lapar, tapi merasa tidak berselera.

Cowok itu mengambil ponsel dari saku setelah merasakan getaran. Ia sempat tertegun mengetahui siapa yang pengirim pesan.

Maura: Ka, gue punya salah sama lo ya?

Hanya dengkusan yang keluar dari bibirnya. Tanpa berniat membalas, ia menyimpan ponselnya ke meja. Selesai makan, Azka mendapatkan telepon dari tantenya yang meminta jemput, kebetulan katanya Gavin tidak bisa dihubungi. Pasti tidur. Sepupunya itu memang tidak bisa diandalkan.

Setelah memarkirkan motor, Azka memasuki pusat perbelanjaan. Sibuk menanyakan keberadaan tantenya, ia tanpa sengaja menubruk seseorang.

"Eh sorry gue nggak se-" ucapanya terhenti. Dunia ternyata sesempit ini. Baru saja tadi Azka mengabaikan pesannya.

"Lo fokus banget main ponsel sampai nabrak, tapi satu pesan yang gue kirim nggak lo bales." Maura tersenyum miris. Dapat Azka lihat kekecewaan di matanya.

Tidak tahan melihatnya, cowok itu memutuskan pergi. "Gue lagi buru-buru udah ditungguin," ucapnya hendak beranjak. Namun, lengannya ditahan. Azka menghela napas. "Mou-"

"Siapa yang nungguin lo sampai chat dari gue nggak lo tanggepin?" Tiba-tiba Maura merasa sangat penasaran. Rasa tidak terima dalam dirinya muncul mendapat pengabaian Azka.

"Lo nggak perlu tau!" Cowok itu melepaskan tangan Maura lalu melanjutkan langkah mencari keberadaan Sonya.

Ia memamerkan senyum mendapati keberadaan tantenya, mengabaikan perasaan tak nyamannya mengingat raut kecewa Maura tadi.
***

"Lo nggak perlu tau!"

Entah kenapa satu kalimat Azka sore kemarin terus terngiang di telinganya. Maura merasa terganggu dengan ucapan cowok itu, bahkan sesuatu dalam dadanya terasa nyeri.

Maura mendesah berat lalu melirik bangku kosong di arah paling belakang. Hanya ada Bian yang tengah berbincang dengan Kiana.

Gebrakan pintu membuat Maura termasuk yang lain menoleh serempak. Nando yang baru masuk membungkukan badan dengan napas ngos-ngosan.

"Y-an i-itu ..." ucapnya tergagap.

Bian menaikan sebelah alis. Penasaran sekaligus khawatir ia rasakan melihat raut cemas teman sekelasnya.

(Not) With You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang