27- Say You Won't Let Go

3.5K 262 17
                                    

Aku hanya butuh sedikit waktu karena luka darimu masih membelenggu. Tunggu saja bila saatnya tiba, semua akan kembali seperti sedia kala. Ketika aku dan kamu bukanlah apa-apa.
***

Nathan memasuki kelas dengan wajah lebam. Di sampingnya, Naina sesekali meringis melirik wajah tampannya yang mengenaskan. Ia bahkan sempat menangis saat pertama kali mendapati kondisi Nathan di UKS beberapa hari lalu.

"Kamu bener udah nggak apa-apa, Nath?" tanyanya untuk kali kesekian.

Nathan menggeleng lalu menatap kedua sahabatnya yang terlihat tak acuh. Ia kembali teringat ucapan Reno saat membawanya ke UKS.

"Nath, lo salah kalau berpikir gue ada dipihak elo. Jujur, gue nggak habis pikir, kenapa lo bisa ngelakuin hal brengsek cuma demi satu cewek yang nggak pernah hargain perasaan lo."

"Asal lo tau, Nath. Gavin percayain Maura sama lo bukan sekedar karena lo sahabatnya, tapi dia tahu orang sebaik lo nggak akan pernah menyakitinya."

"Lo tentu tahu alasan Gavin begitu ngelindungin Maura. Dia udah pernah kehilangan adeknya. Lo nyakitin Maura sama aja dengan nyakitin Gavin."

"Dan lo Nai. Gue mohon dengan sangat, berhenti bersikap egois. Kalau lo nggak bisa bales perasaan sahabat gue, tolong jangan manfaatin kebucinan dia."

Saat itu, Nathan merasa sangat tertohok, begitupun Naina yang langsung menghentikan pergerakan mengobati luka di wajahnya.

"Nai, kalau aku berhenti boleh nggak?"

Naina tertegun. Ia pandangi menampakan raut lelah sahabatnya. "B-berhenti?"

"Iya, Nai. Aku nggak mau keinginan aku untuk ngebahagiain kamu malah berakhir kayak gini lagi."

Ada perasaan tak rela mendengar ucapan cowok itu. Rasanya sulit membiarkan Nathan mencari kebahagiannya.

"Kalau itu mau kamu ... aku bisa apa?" lirih Naina dengan bibir bergetar. Ia belum rela jika perhatian cowok itu terbagi, tapi sekarang bukan waktunya untuk egois jika Naina masih ingin Nathan berada dalam jangkauannya.
***

Maura menidurkan kepalanya dengan wajah masam. Cewek itu merasa sangat kesal karena persentasi tugas bahasa Indonesianya mendapat nilai paling rendah di antara teman-teman yang lain. Kedua teman sekelompoknya benar-benar tidak bisa diajak kerjasama. Siapa lagi kalau bukan Azka dan Beno?

"Udah deh, Mou. Lagian udah terjadi juga, mau gimana lagi?"

Bukannya menjawab, Maura malah melengos. Tentu saja sahabatnya terlihat santai karena sudah biasa mendapat nilai tinggi tidak seperti dirinya.

"Ris, bisa temenin gue nggak?" Suara Kiana yang duduk di kursi depan terdengar.

"Ke mana?" tanya Risa tanpa mengalihkan pandangan dari novel di tangannya.

"Gue disuruh nemenin Bian latihan futsal buat porseni, sore ini bisa?"

"Sorry, Ki. Gue mau latihan juga," ringisnya kemudian melirik Maura yang tengah mencoret-coret bukunya. "Maura kayaknya bisa."

Kiana memutar badannya ke belakang.
"Bener, Mou?"

Cewek itu melemparkan tatapan protes pada Risa lalu menatap sosok di depannya.
Jika dirinya menemani Kiana, pasti akan bertemu Azka. "Ogah, ah!"

Raut wajah Kiana mendung seketika. "Ayolah Mou, please! Masa cuma gue sendiri ceweknya? Ya ya ya? Ayo dong!"

Cewek itu menatap risih Kiana yang mengatupkan kedua tangannya. Ingin menolak lebih keras, tapi Kiana sudah sering membantunya. Dengan terpaksa Maura mengangguk. "Oke deh, tapi jangan lama-lama."

(Not) With You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang