Sepiring Gudeg andalan mas Alip dan segelas es teh manis menemaniku di sudut kantin ini. Jam memang belum menunjukan waktunya istirahat, tapi cacing di perut sudah meronta meminta untuk dinafkahi. Terpaksa aku izin ke toilet pada Bu Anita. Tapi aku berbelok ke kantin.
Aku melihat ke sekeliling, kantin ini sepi. Apa hanya aku dan beberapa murid saja ya yang tidak patuh aturan sekolah? Ah padahal ini hal yang biasa, santai saja. Tapi mataku terhenti, aku melihat seseorang yang duduk di depan kantin nasi katsu, rambutnya pendek sekitar sedikit dibawah dagu. Tapi sepertinya aku mengenalnya, aku berusaha meyakinkan badanku setengah berdiri dari kursi yang ku duduki.
Dia menoleh ke arahku, mungkin dia merasakan kalau ada sepasang bola mata yang memperhatikannya. Aku yang ketahuan sedang melihatnya segera duduk kembali dan membuang pandangku ke arah lain.
Setelah tadi ia melihatku, aku semakin yakin aku mengenalnya.
Made Devi Ranita, murid paling pintar seangkatanku dari program IPS. Sudah lama aku ingin berkenalan dengannya, tapi aku tak memiliki jalur agar aku bisa bicara padanya.Setelah suapan terakhir gudeg ini, terlintas dibenakku untuk menghampiri dan bicara padanya. Aku menghabiskan es teh manis yang ku pesan, lalu mulai melangkah ke arahnya. Ada sedikit ragu di hatiku, tapi mumpung kantin sedang sepi dan dia juga sedang sendiri kapan lagi aku mendapatkan momen yang pas untuk bicara padanya.
Dengan pelan aku menarik kursi disebelahnya dan duduk disitu. Dia yang menyadari keberadaanku, langsung menoleh ke arahku yang membuat aku sedikit bergetar, dari dekat matanya begitu indah ingin rasanya aku melihat diriku sendiri dari balik mata bulat bola pingpong itu. Ia tersenyum, membuat getaranku sedikit berkurang. Aku tahu aku tak bisa semakin lama terdiam disini.
"Eh.. Devi ya?" Aku memberanikan diri menyapanya dan memberikan tanganku ke arahnya.
Ia melihat ke arah tanganku, yang membuat aku merasa kaku. Apakah berkenalan dengan berjabat tangan itu kuno ya?"Bentar, kayanya aku tahu kamu deh.." Jawabnya..
Aku terdiam tak tahu harus menjawab apa..
"Zaidan anak basket itu kan ya?" tanyanya, sambil menyambut tanganku.Aku tak dapat menyembunyikan senyumku, padahal aku berusaha untuk terlihat cool dihadapannya. Begini ya rasanya, saat orang yang membuat kita penasaran ternyata sudah tau kita siapa..
"Iyaa.. Tau darimana?" Tanyaku..
"Adadehhhh" Jawabnya tengil, yang berhasil membuat rasa tegang dipundakku mulai runtuh..Aku mencoba memulai topik lain, untuk lebih mengenalnya lagi. Banyak yang kami bicarakan setelah itu, jujur aku sangat nyaman menatap matanya yg indah itu seakan akan matanya selalu menyambut setiap cerita yang kuberikan. Rasanya ingin lebih lama lagi aku bisa bersamanya..
"Zed, dicariin Bu Anita bege" Suara temanku Behan mengagetkanku tangannya menepuk pundakku.
Oh iya, aku lupa harus kembali ke kelas.. Sudah setengah jam aku di kantin..
Aku berpamitan pada Devi kemudian kembali ke kelas dengan Behan..Di jalan menuju ke kelas Behan mulai menggodaiku..
"Enak banget ya di kantin bedua sama cewe" Katanya..
"Diem" Jawabku pendek..
"Itu cewe yg lu incer dari dulu kan Zed?"
"Paan dah incer" Aku tak mau banyak bicara padanya..
"Yaudah semangat Zed.."Aku dan Behan kembali ke kelas, aku sedikit kena omel dari Bu Anita tapi aku bilang saja perutku mules..
Aku mulai kembali kegiatan belajar, tapi nyatanya aku gagal fokus. Mata yang aku kagumi sedari tadi tak lepas dari ingatanku. Senyum simpulnya juga membuat aku tak tenang rasanya aku ingin terus melihat senyum itu....Kesan pertamaku yang indah ini begitu membekas...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumimu Dari Jauh (Completed)
Teen FictionAku tak bisa mengungkapkan perasaanku, hembusan angin terasa sangat menyenangkan seperti lagu yang sedang ku dengarkan bersamanya. Dibawah langit yang cerah berawan aku mendapatkan tubuhmu yang hangat bersandar lemah padaku. Apa dia mendengarnya? J...