Akhir-akhir ini aku jadi semangat sekali berangkat ke sekolah, mungkin aku menemukan alasan lain ke sekolah selain perintah orang tua. Sebenarnya sederhana, aku hanya ingin melintas di depan kelasnya dan sedikit melirik ke dalam kelas itu. Sudah 4 hari aku melakukan hal yang sama dan aku berhasil mengantongi senyuman manis sebagai bekal untuk hariku yang panjang.
Aku jarang sekali bertemu dengan dia, apa karna dia selalu di kelas ya? Aku hanya bisa melihatnya tiap pagi karna tiap aku ke kelas selalu melintasi kelasnya. 3-5 detik yang berkesan, ia selalu duduk didepan. Kuncinya anak paling pintar seangkatan. Ingin sekali rasanya aku bicara lagi dengannya.
"Kok lu akhir-akhir ini senyum senyum terus dah tiap masuk kelas?" Tanya Behan.
"Emang iya? Biasa aja dah." Walau sebenarnya aku merasa tak biasa.
"Kayanya gua lagi demen sama orang deh beh" KatakuBehan tak melihat kearahku dia terus menatap layar handphonenya yang sekilas ku lihat video wanita wanita korea menyanyi dan menari.
"Ya bagus lah, sama cewe yang kemaren?"
"Bisa jadi.. Haha, rasanya pengen ketemu terus.."
Behan menutup ponselnya..
"Ya temuin lah, jangan ngomong doang. Biasanya yang gampang bikin demen tuh yang demen juga banyak."Aku menepuk pelan tangan Behan.
"Ah lu mah bukannya semangatin malah bikin minder""Belum dicoba aja udah minder, payah dah" Balas Behan.
Aku ingin membalasnya lagi tapi pelajaran akan segera dimulai.Apa jatuh cinta sesederhana ini ya?
Sederhana namun indah. Sudah lama aku tak merasakan perasaan seperti ini lagi. Terakhir aku merasa kecewa karna orang yang aku dambakan tak sesuai harapanku dan aku memilih mundur daripada terus menyiksa batinku.Sepulang latihan basket, aku mengambil motorku di parkiran, setelah aku memakai helm aku melihat pemandangan indah di depan gerbang sekolah. Seorang gadis yang selama ini aku pikirkan sedang berdiri diam disana, memakai sweater berwarna kuning, tas dengan ukuran kecil dan buku besar yang ia peluk. Sekarang kan jam 5 sore, apa dia baru juga pulang? Aku menyalakan motor dan membawanya ke arah wanita itu..
"Dev, lagi ngapain?" Tanyaku sambil membuka kaca helmku.
Dia agak sedikit memperhatikan wajahku, sepertinya dia sudah lupa padaku."Zaidan... Aku lagi nunggu papa aku, katanya mau jemput. Tapi dari tadi siang gak ada kabar deh" Jelasnya.
"Terus kamu nunggu papa kamu dari siang disini?" Bingung juga kalau sampai sore begini belum dijemput.
"Engga, aku abis kerja kelompok tadi. Hehe.." Tingkahnya yang tengil membuat aku selalu gagal menahan senyumku.
"Yaudah aku temenin ya sampe papa kamu datang" Kataku sambil melepas helmku.
Setidaknya aku punya waktu untuk bicara dan mengenalnya lagi.
Ia mengangguk, aku memarkirkan kembali motorku dan mengajaknya duduk di bawah pohon rindang yang biasa menjadi tempat anak sekolah atau tamu berfoto.Terasa sejuk sekali sore ini mungkin karna aku duduk dibawah pohon yang umurnya lebih tua dari buyutku, sekolah semakin sepi. Aku sedari tadi banyak bicara dengannya, semakin aku mencoba mengenalnya semakin aku kagum padanya. Tawanya yang seperti anak-anak membekas dibenakku. Banyak hal yang tak bisa tergambarkan saat aku berdua dengan dia.
“Zed, ga balik lu?” Panggil Daffa, kapten basket sekolahku.
“Belum bang, ini temen belum dijemput, jadi gua temenin” Jawabku.
Daffa menatap Devi, Devi membalasnya dengan senyum.
“Yaudah, gua yang anter balik gimana?” Aku langsung menatap Daffa. Enak saja, sudah empat hari aku berusaha lebih dekat dengannya dia sembarangan saja mendahului langkahku.
Tapi betul juga ya, kenapa aku tak kepikiran untuk mengantar dia pulang. Mungkin aku lebih suka duduk berdua disini dan tak mau ia pulang.“Kayanya gua aja deh yang nganter bang hehe kan lu tadi latihan tambahan tar cape hehe” Aku tak mau sampai aku didahului lagi untuk kedua kalinya oleh Daffa. Seperti sebelumnya.
Daffa tertawa renyah.
“Okay okay, hati hati ya aset sekolah tuh” Katanya lalu pergi.“Gimana Dev? Udah gelap nih.. Papa kamu belum kasi kabar?”
Devi menggeleng.“Yaudah, kabarin aja papa kamu, kamu pulang sama aku.” Tanpa basa basi aku mengajukan tawaranku.
Devi tak menjawab, mungkin dia tidak mau merepotkanku.
“Udahlah yuk, makin lama disini makin malem sampe rumah katanya banyak tugas..” Kataku dengan sedikit memaksa dan meraih tangannya menarik tubuhnya untuk bangun dari duduknya.
Aku segera berlari mengambil motorku dan berhenti tepat dihadapannya. Untung aku selalu membawa 2 helm, karna kadang aku mencari uang jajan dengan menjadi ojek online hahaha..
Aku menyodorkan helm padanya, tapi aku sadar tangannya memeluk buku besar itu. Aku mengambil buku itu, lalu ku masukan ke dalam tasku.“Mau ngapain Zed??” Tanya Devi.
“Biar ga repot kamu bawa bawa buku naik motor..” Jawabku sambil langsung memakaikan helm pada Devi karna dia masih terlihat malu.
“Yuk” Ajak ku sekali lagi.
Akhirnya dia menaiki motorku, dan kemudian duduk.Aku memulai perjalanan yang dituntun oleh arahan Devi. Sudah seperti ojek online baru pindah kota saja. Tapi ternyata mengarungi kota Bogor malam hari dengan motor matic 2015 ini menyenangkan juga, apalagi dibelakangku kini ada orang yang memberi warna baru dalam hidupku. Ia bercerita tentang kehidupannya di Bali yang sangat berbeda dengan di Bogor, tentang kakaknya yang selalu keluar negeri untuk menghadiri konser-konser grup Korea dan banyak hal menarik lainnya.
Aku selalu nyaman mendengar suaranya, yang sedikit agak manja. Dan tingkahnya yang tengil, membuat aku susah melupakannya.
Aku berhenti di depan rumahnya yang lumayan sepi. Ia berterimakasih dan berpamitan. Senyum dibalik ucapan terimakasihnya itulah yang membuat aku harus rajin bersyukur kepada sang Pencipta.
Aku kembali ke rumah, sesampainya di kamar. Aku mengeluarkan isi tasku dan aku teringat buku besar yang ku masukan tadi milik Devi. Hahaha, kita berdua ceroboh ya bisa lupa. Tapi buku ini bisa jadi alasanku untuk bertemu lagi dengannya esok hari.
“Zaidaaaann buku akuuuuu” Kaget aku, setelah mandi dan mengecek ponselku ada pesan masuk dari Devi.
Ternyata orang ini lebih rindu bukunya dari pada aku. Aduh, aku sampai lupa diri. Siapalah aku ini.Aku membalas pesannya dan berjanji esok akan mengembalikannya kemudian pesan kami pun berlanjut hingga ia pamit untuk beristirahat. Sepertinya akupun mulai mengantuk. Sebelum aku menutup mataku untuk tidur, terbersit satu lirik lagu dalam benakku.
“Malaikat baik ku titipkan dia untukmu, tolong jaga dia dibangun dan tidurnya jangan sampai ia terluka dan bersedih karna bahagiaku ketika ia bisa tersenyum..”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumimu Dari Jauh (Completed)
Teen FictionAku tak bisa mengungkapkan perasaanku, hembusan angin terasa sangat menyenangkan seperti lagu yang sedang ku dengarkan bersamanya. Dibawah langit yang cerah berawan aku mendapatkan tubuhmu yang hangat bersandar lemah padaku. Apa dia mendengarnya? J...