Moving On

816 23 0
                                    

Hari Sabtu pukul 8 pagi lewat aku terbangun sendirinya tanpa alarm, biasanya kalau bukan alarm dari ponsel ya ibuku yang menjadi alarmku.

Setelah mandi aku segera berangkat menuju ke sekolah padahal hari ini hari sabtu. Tapi aku harus ke sekolah karna harus hadir di latihan basket di sekolah, setelah itu sesuai dengan janji aku akan jalan dengan Devi. Ibuku juga sedikit heran karna aku terlihat bersemangat sekali, sampai-sampai aku membawa alat mandi aku akan mandi di rumah Mas Alip pedagang gudeg dan penjaga sekolah agar segar kembali saat menjemput Devi nanti.

Aku tiba di lapangan basket namun pemandangan yang tidak biasanya. Ada Athan disana dengan setelan basket lengkap.

“Si Athan join basket bang?” Tanyaku pada Daffa.
“Iya..”

“Hmmm tiba-tiba”
“Dia mau ikutan kegiatan bermanfaat katanya, mau move on.” Jelas Daffa

“Lah move on? Sama Kyla putus?” Tanyaku lagi
Daffa mengangguk.
Aku memperhatikan Athan yang sedang menunggu bola dari tembakan beberapa adik kelas di lapangan.
“You failed but life must go on, Than”

Aku tidak diizinkan ikut latihan karna lukaku belum sembuh, padalah ini luka biasa. Jadi aku hanya duduk dipinggir lapang memperhatikan teman-temanku berlatih. Tak lama aku merasakan seseorang duduk disebelahku. Rambutnya panjang, tubuhnya kecil membawa 1 botol minum. Wajahnya hampir bulat dengan dagu yg kecil, cukup manis bila dilihat dari samping. Dia melihat ke arahku, aku terkaget karna ketahuan sedang memperhatikannya. Dia tersenyum tipis. Aku membalasnya.

Aku memperhatikannya terus, penasaran siapa yang ia tunggu disini. Arah mata dan kepalanya selalu terarah ke Athan. Wah Athan sesudah Kyla sudah dapat yang baru saja.

Tapi ternyata perkiraanku salah, Daffa menghampirinya lalu dia memberikan botol minum yang dia pegang pada Daffa.

Loohh, padahal dari tadi liatin Athan terus. Setelah Daffa kembali ke lapangan aku mulai mengajaknya bicara. Tapi bagaimana aku memulainnya.

“Bang Daffa jago ya mainnya.” Kataku, semoga ia mendengar dan memberi respon.

“Iya kak.” Jawabnya.

Kak.. Hmm.. Berarti dia lebih muda dariku ya..
“Kok Kak?” Tanyaku.

“Kakak kelas 11 kan? Aku kelas 10”

“Ohh kamu sekolah disini? Namanya siapa?” Aku kurang gaul atau memang aku tidak pernah lihat adik kelas yang satu ini ya.

“Vio kak hehe” Jawabnya.

Aku mengangguk mengerti. Aku mengira dia ada kedekatan dengan Daffa, tapi aku penasaran juga kenapa yang dia perhatikan malah Athan.

“Kok liatnya Athan terus?” Aku tahu ini pertanyaan usil untuk orang yang baru saja dikenal tadi.

“Kata kak Daffa kak Athan masuk basket karna mau move on, kasian.” Jawabnya.

“Ohiya dia baru putus ya sama Kyla, tapi menurut aku itu karna kesalahan dia juga yang bandel..” Aduh, sok tahu sekali aku.

“Yang salah Kyla, kenapa dia ga berusaha ngerubah kak Athan sesuai dengan yang dia mau malah ditinggalin..” kata Vio sambil menatapku dengan serius.

Akhirnya ada perempuan yang bilang kalau perempuan itu salah. Aku bingung harus berkata apalagi. Tapi perkataan dia benar sih, banyak orang hanya mau orang untuk berubah tanpa mau membantu membimbingnya untuk berubah.

“Kak aku minta maaf ya.” Kata Vio.
“Kenapa?” Tanyaku heran.

“Karna Athan kakak sampe luka begitu..”
Aku terkejut, kenapa Vio sepeduli ini pada Athan. Tapi berarti berita kaca UKS pecah sudah tersebar ya.

“Lohhh, kok kamu yang minta maaf. Gapapa kok.”
“Gaenak aja semua orang nyalahin kak Athan”

Kapan ya ada perempuan yang ada di pihakku padahal seluruh dunia berubah menjadi musuh.

Tapi Athan memang belum minta maaf sih, tapi aku juga tak begitu mengenalnya. Yasudahlah.

Aku menjawab Vio dengan satu anggukan dan senyuman. Entah dimana bisa menemukan perempuan seperti ini lagi.

Aku kembali melihat ke arah teman-temanku yang sedang berlatih. Tapi ada dua tangan yang menutup mataku dari belakang, ku cium wangi tangannya tangan perempuan. Aku berusaha menebak, perempuan yang ada di lapangan hanya Vio..
“Vio?” Tanyaku.
“Kok aku kak..” Aku mendengar suara Vio dari samping bukan dari belakang.

“Siapadeh?” Tanyaku penasaran.
“Aku yang ada di mimpimu.” Aku mengenal suara ini, jantungku malah berdebar. Aku melepas tangan itu, dan menoleh ke belakang.

Benar, ini Devi. Aku hanya melongo melihatnya dan diam seperti Malin yang dikutuk menjadi batu. Dia tertawa. Lalu menyelinap duduk diantara aku dan Vio.

“Lagi ngapain hayooo berdua disini sama Vio? Bukannya latihan..” Katanya.

Aku masih belum bisa menjawab, detak jantungku masih belum beraturan. Aku menunduk menyembunyikan wajah maluku. Sial, kenapa dia iseng menutup mataku dan berkata itu.

“Zaidan sakit?” Tanya Devi, melihatku menunduk.
“Engga engga..” Jawabku pelan.
“Malu kali kak..” Malah Vio yang menjawab.
Aku semakin malu memperlihatkan wajahku. Kenapa lemah sekali kokoro hamba.

Aku hanya bisa mendengar obrolan Devi dan Vio yang ternyata Devi dan Vio sudah saling kenal karna pernah sama-sama ikut audisi girlband Indonesia. Benar-benar sempit sekali sekolah ini..

Ternyata Devi datang ke sekolah karna ia tak mau merepotkanku untuk menjemput ke rumahnya. Sudah jam 10 Aku dan Devi pun pamit untuk pergi, akupun merasakan saat aku meninggalkan lapangan Athan terus melihatku tapi aku tak harus memperdulikannya.

Aku dan Devi menuju ke parkiran untuk mengambil motorku..
Kali ini tanpa malu-malu Devi menaiki motorku, dan mungkin hanya perasaan geerku saja tapi dia terlihat sangat bahagia sekali. Semoga hari ini juga menjadi hari yang membahagiakan untukku.

Mengagumimu Dari Jauh (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang