Lagi

5.5K 315 0
                                    

Hai hai hai 👋
Author lanjutin ya ceritanya, Betewe ini yang keberapa ya? 😮
Auah yang penting lanjut aja 😂😅

Enjoyyyyy!

"Sai, bagaimana kabar kekasihmu itu?" Naruto menatap Sai, sedangkan tangannya masih setia mengaduk ramen kesayangannya. Sai menaikan sebelah alisnya.

"Kau bertanya tentang kekasihku atau teman-temannya?"

"Hehe..Iya itu maksudku." Sai memutar kedua matanya.

"Aku tidak tau, Ino tidak memberi kabar padaku."

"Huuufh.. Padahal aku tak sabar ingin melihat bagaimana teman-temannya. Benarkan Teme?!" Sasuke tak menjawab, ia masih setia memandang air mancur yang berada diluar cafe dari balik jendela kaca. Naruto mendengus kesal saat Sasuke mengabaikan ucapannya.

"Lihatlah! Bagaimana dia bisa mendapatkan kekasih jika seperti ini terus." Sai mengangkat bahunya tak peduli.

"Hei Teme! ku beritahu ya, sepertinya kau ini kurang perhatian, sebaiknya kau cepat cari kekasih agar ada yang memperhatikanmu!" Sasuke masih tak merespon apapun yang dikatakan Naruto.

"Teme, mungkin salah satu teman Ino akan cocok denganmu. Jadi—"

"Diamlah Naruto! Tak usah ikut campur dengan kehidupanku!" Sasuke beranjak meninggalkan kedua sahabatnya.

"Huuh..Kau ini!" Sai memukul kepala Naruto menggunakan sendok.

"Itaii! Hei aku hanya memberinya saran."

"Tapi kau malah mengacau dan lagi saran darimu tak ada yang berkualitas." Naruto menautkan kedua alisnya, ia menyesali perkataannya. Jika Sasuke telah memanggilnya dengan sebutan nama, itu berarti ia benar-benar kesal.

"Kurasa kau harus meminta maaf padanya." ucap Sai dan dijawab dengan anggukan oleh Naruto.

🌸🌸🌸

Sasuke memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia begitu kesal pada sahabat kuningnya itu yang selalu menyuruhnya mencari kekasih.
Bukan karena tak ada yang mau dengannya, tapi Sasuke sendiri yang tak mengizinkan seseorang mengetuk hatinya.
Di pertigaan jalan, sekelompok orang mengerubungi sesuatu. Sasuke memilih tidak menghiraukan, namun sesaat matanya menangkap bayangan merah muda. Sasuke mengurungkan niatnya untuk segera pergi, ia keluar dari mobil dan menyibak kerumunan di depannya.
Onyx pemuda raven itu melebar saat mendapati gadis gulali memukuli seorang pria tanpa ampun. Tak ada yang berusaha untuk menghentikannya, semua menatap dengan tatapan ngeri. Sedangkan pria yang dipukuli itu tak lagi mampu mengeluarkan satu katapun. Pukulannya membabibuta seperti seorang yang kesetanan.
Sasuke mendekat dan menarik lengan gadis itu dengan paksa.

"Lepaskan!" Gadis gulali itu terus berontak, namun tenaga Sasuke jelas lebih kuat dibandingkan dengan tenaganya yang juga sudah sedikit terkuras akibat kejadian tadi.

"Kau tidak dengar?! Aku bilang lepaskan!" Tak ada jawaban, Sasuke terus menatap kedepan.

"LEPASKAN AKU PSYCHOPATH!" Seketika Sasuke menghentikan langkahnya dan berbalik menatap gadis di hadapannya.

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu. Setiap aku melihatmu, kau selalu sedang memukuli orang. Jadi siapa yang psychopath sebenarnya?!" Sasuke melepaskan tangan gadis gulali itu dan pergi begitu saja.

🌸🌸🌸

"Apa sudah ada perkembangan dari adikmu?" Seorang pria paruh baya menatap datar pemuda di hadapannya.

"Belum ayah."

"Apa tak bisa kau menyuruhnya agar bergerak lebih cepat?!"

"Bagaimana jika ayah saja yang memberitahunya?" Pria itu menghela napas dalam. Tangannya bergerak mengambil gelas wine dan menenggaknya.

"Kau tau bagaimana dia. Dia tak akan mau jika aku hubungi. Dia anak yang keras kepala." Senyuman miring tercipta saat pemuda itu mendengar penuturan ayahnya.

"Ya, setidaknya dia mewarisi itu darimu, ayah!"

TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak 🐒

WARM WINTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang