Sasaeng?

1.2K 146 47
                                    

"Ya!Baek! Mana si Naeun?" teriakku pada Baekhyun yang baru saja mendaratkan pantatnya di kursi sampingku.

"Kelihatannya dia tak masuk hari ini."

"Tak masuk? Dia kenapa? Sakit? Atau di kurung ayahnya? Atau...."

"Ssssttt! Tanya tuh satu-satu! Mana aku tahu dia kenapa."

"Tapi kalau iya dia di kurung, aneh deh, kan minggu depan udah ujian. Masa iya Naeun gak boleh sekolah?? Terus nanti kalo nilainya jelek, bakal di asingkan deh si Naeun! Gimana ini Baek?" hebohku.

"Tenanglah Sayang. Gak mungkin Naeun di kurung ayahnya, pasti ada alasan yang lain."

"Alasan lain? Ya, benar juga katamu Baek." ujarku. Untung hari ini tak ada mata pelajaran fisika, jika ada aku tak mungkin bisa ketemu Naeun tahun depan.

Teng teng teng

Bel sekolah telah berbunyi, Baekhyun yang semula duduk di sampingku -di bangku Naeun- beranjak menuju tempat duduknya sendiri. Helaan nafas keluar begitu saja dari mulutku. Ku pandangi seluruh objek yang berada di luar gedung sekolah melalui jendela kelas.

Aku sangat mengakhawatirkan Naeun. Dari kemarin gelagatnya sangat aneh, dia lebih sering melamun dan selalu saja meminta maaf padaku tanpa sebab, dan anehnya semalam Naeun tak membalas pesan teks ataupun mengangkat telfonku. "Naeun-ah," helaku sambil berpangku tangan.

**

Dengan cepat ku masukkan semua buku dan peralatan belajarku kedalam tas. Ku ayunkan kaki menuju bangku Baekhyun "Baek, anterin aku pulang ya?" mohonku di samping bangkunya.

"Biasanya juga kau selalu menolak pulang bareng. Lagian aku ada rapat setelah ini." angkuhnya tanpa melihat ke arahku.

"Rapatnya lama gak? Kalo aku tunggu gmn?"

"Kayanya sih lama, Sayang, yakin mau nunggu?" wajahnya yang sedari tadi berfokus pada layar smartphonenya kini beralih menatapku.

"Aku pulang sendiri deh!" rajukku.

"Pak Kang kemana? Minta jemput pak Kang gak bisa?"

"Pak Kang gak bisa jemput, soalnya nganterin ayah." cemberutku.

"Yaudah aku anterin pulang dulu." Akhirnya ia mengalah dan berdiri dari duduknya, ia tak lupa dengan tanganku yang memegang tali tas dan menggandengnya.

"ckck, Ketua macam apa yang nelat cuman gara-gara cewek. Kita semua juga pengen pulang cepet!" seru seorang gadis tiba-tiba.

"Aku pulang sendiri aja! Kau mulailah rapatnya biar semua pengurus bisa cepet pulang!" sungutku dan melepas gandengan tangan Baekhyun.

"Aku bisa mengantarmu dulu, Sayang." jawab Baekhyun "Lagian cuman sebentar, tak sampai setengah jam" lanjutnya yang di tujukan untuj gadis di depan kami ini.

"Tak sampai setengah jam, yang berarti bisa mencapai 29 menitkan? Di waktu kau datang nanti bisa jadi waktu kita selesai rapat, jika rapat di mulai dari se-ka-rang." sinisnya dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

"Tak usah Baek, aku pulang sendiri! Kau mulai saja rapatnya." kesalku dan melangkah begitu saja, mengabaikan teriakkan Baekhyun yang memanggilku.

Kenapa gadis itu selalu saja sinis terhadapku. Bukankah dia sudah menjadi nomor satu di sekolah? Dia juga manis dan cantik. Apalagi yang bisa dia irikan padaku? Kekayaan? Semua orang tau kalau dia juga kaya, apalagi coba? Ah, tak usahlah memikirkannya, lebih baik aku cari tau keadaan Naeun.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang