Mr. Kim II

1K 142 36
                                    

Pagi ini aku merasa sangat sedih karena kejadian kemarin. Bukannya aku tak mau mengatakannya pada Baekhyun, tapi aku hanya belum siap untuk berbicara mengenai masalah pernikahanku dengannya. Aku dan Baekhyun telah berpacaran jauh sebelum aku menikah. Pernikahanku sendiri hanya berselang sehari setelah aku tau bahwa aku akan dinikahkan. Bukankah aku juga sangat terkejut, bahkan aku tak di beri hak untuk menolaknya! Mana mungkin aku memberitahu perihal ini pada Baekhyun dengan segera. Tak masuk akal rasanya jika aku memberitahunya 'Baek-ah, aku sudah di nikahkan, tapi aku bisa jalani kehidupanku sebelum menikah sampai lulus SMA, jadi kita masih bisa berpacaran.' Tak mungkin aku mengatakannya bukan! Aku tau bahwa Baekhyun sangat-sangat mencintaiku, jadi aku tak mungkin menyakiti perasaannya dengan bekata seperti itu. Aku tahu kami tak akan bisa bersama setelah lulus sekolah, jadi aku sudah merencanakan perpisahan manis dan juga pengakuan bahwa aku sudah menikah secara perlahan-lahan padanya agar dia mengerti dan memahami keadaanku. Aku ingin kami berpisah dengan damai dan kembali menjadi sahabat seperti dulu.
Bukankah kehilangan sahabat yang merangkap sebagai kekasihmu adalah hal yang menyakitkan? Apalagi di saat seperti itu sahabatmu yang lain juga menjauh. Seperti yang kualami sekarang, yang kulihat hanyalah dua buah bangku yang hanya berisi aku seorang, karena Naeun lebih memilih pindah tempat duduk, dia berada di pojok  depan sebangku dengan Bomi yang semula sendirian karena Seulgi pindah sekolah. Aku hanya dapat menghembuskan nafas yang sangat dalam dan tak terasa mataku menitikan air.

"Kudengar dia telah menikah."
"Ya, aku juga mendengarnya."
"Apakah itu kenyataan?"
"Apakah dia hamil?"
"Ya, dia pasti married by accident."
"Heol! Benarkah?"
"Apakah dia masih bisa mendapat peringkat."
"Pasti bisa. Jangan lupakan kalau dia anak pemilik sekolah ini."

Lagi! Aku telah mendengar banyak kalimat yang meremehkan dan menjelekkanku sepanjang perjalanan mulai dari gerbang sampai di dalam kelas sekalipun. Kutopang kepalaku yang sedari tadi ku letakkan di atas meja dengan tangan kiriku dan melihat para gadis yang sedang asyik menggosipkanku. Kuamati mereka satu persatu sampai salah satu dari mereka menyadari bahwa aku sedang melihat mereka dengan tatapan mataku yang seolah mengatakan 'se-asyik itu ya topiknya?'. Lalu dia memberi isyarat pada teman-temannya yang lain dan merekapun terdiam sambil kembali ke tempat duduk masing-masing.

*

Aku masih saja berdiam diri di dalam kelas sendirian. Merenungi sikapku yang keterlaluan terhadap Baekhyun dan juga Naeun, tak terasa mataku menitikkan air lagi. Mereka berdua benar-benar menjauhiku, bahkan mereka seperti tak mengenalku. Tak pernah satupun dari mereka melihat atau melirik ke arahku. Yang mereka lakukan hanya melihat lurus kedepan saat pelajaran berlangsung dan sesekali bercanda dengan teman sebangku mereka. Seperti tak ada sedikitpun niatan untuk menengok ke arahku.

"Hei, ayo ke kantin, kau tak lapar?" tanyanya tiba-tiba.

"Aku tak lapar."

"Meskipun tak merasa lapar tetap saja kau perlu memberi makan tubuhmu itu. Dan apa yang di katakan anak-anak tak usah kau pikirkan. Aku sudah membungkam mulut mereka."

"Apa maksudmu?"

"Mereka tak akan berani membicarakanmu lagi."

"Ck, mereka akan tetap membicarakan topik yang sangat seru itu."

"Tak mungkin. Siapapun yang membicarakan pacarku akan habis di tanganku."

"Ck, kau pikir aku percaya." tapi tunggu dulu, apa barusan katanya tadi "... Pacarku?" tanyaku dengan alis yang menyatu.

"Iya, pa-car-ku."

"Ya! Kenapa juga aku pacarmu Tuan Kim?" tanyaku dengan nada yang sangat jengkel, dia benar-benar tak bisa diprediksi. Aku baru saja mengalami kejadian menyedihkan dan sekarang dia sudah berulah lagi.
"... Aku bahkan belum putus dengan Baekhyun!" teriakku.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang