Mr. Kim III

894 118 32
                                    

"Cih, gini yang namanya jagain," sewotku, ketika aku akan membuka pintu tiba-tiba ada sebuah tangan yang membekap mulutku menggunakan sapu tangan dan memelukku sangat erat dari belakang. Akupun meronta-ronta dan berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari pelukannya dan mencoba menjerit sekeras mungkin. Namun, aku tetap tak bisa mengeluarkan suaraku dan kurasakan kedua mataku mulai memberat. Sebelum kedua mataku menutup rapat akupun menjerit dalam hati "Myung-ah!!" berharap ini hanya kejahilan Myungsoo.

**

Rasa pusing masih menjalar di kepalaku, dan mata yang terasa sangat berat dapat terbuka sedikit demi sedikit.

"Dimana ini?" ujarku dengan usaha sekuat tenaga untuk melihat dengan jelas keadaan kamar yang kurasa bukan kamarku ini.

"Aah!" rintihku ketika aku mencoba bangun dari tempat tidur karena rasa berdenyut di kepalaku yang belum hilang.

Aku berkeliling ruangan ini dengan berjalan perlahan-lahan karena tempat ini tak mempunyai penerangan apapun. Hanya kegelapan yang ada di depan mata. Aku berjalan seperti orang buta yang tak memegang tongkat! Tangan yang meraba tapi tak ada apa pun selain udara dan kaki yang menjulur lebih dulu sebelum melangkah untuk memastikan tak ada barang atau lubang di depanku. Aku hanya dapat mengandalkan indra peraba dan insting saja untuk dapat menelusuri ruangan ini.

"Kenapa aku tak dapat melihat apapun? Apakah aku buta?" tanyaku pada diriku sendiri dan bertapa terkejutnya aku ketika melihat ada sepasang titik cahaya yang sedang menatapku. "Apa itu? Kurasa aku tak buta." ucapku dengan nada sedikit senang karena dapat melihat cahaya itu dan bergegas mendekatinya.

Grrr

Akupun merinding seketika, tapi aku juga tak yakin dengan apa yang ku dengar barusan, jadi aku menjulurkan tanganku untuk memegang sepasang cahaya kecil itu dengan rasa was-was.

Ketika tanganku sudah hampir menyentuhnya tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka dan sekumpulan cahaya memasuki ruangan yang gelap gulita ini. Dengan gerakan refleks, kutarik tangan yang sedikit tergores sepasang taring dari serigala yang ada dihadapanku ini.

"Akh!"

"Kenapa juga kau menyentuhnya! Kau gila apa?" marahnya padaku.

"Kau! Kenapa juga aku di sini, hah!" marahku padanya dan tak memperdulikan tetesan darah yang terjatuh dari telapak tanganku.

"Ini rumah kita Suzy-ku. Sudah waktunya pulang. Kau tak boleh berlama-lama di luar rumah."

"Ini bukan rumahku!" berjalan menuju pintu yang terbuka itu.

Brakk

"Kau mau kemana? Hah! Kau tak boleh meninggalkan ruangan ini tanpa seijinku!" marahnya.

Aku tak tahu bagaimana raut muka marahnya dan juga postur tubuhnya saat ini karena ruangan ini kembali gelap gulita. Satu yang dapat kupastikan bahwa dia benar-benar marah saat ini. Karena suaranya yang sangat nyaring dan gertakan giginya yang tadi kudengar.

Aku terdiam, tanganku gemetar seeta jantung berdetak tak karuan, keringat dingin mulai membasahi dahiku. Pikiranku berjalan kemana-mana. Apa yang akan dilakukannya setelah ini? Kemana dia? Apa yang sedang dilakukannya? Apakah kejadian mengerikan itu akan terulang?

Di tengah-tengah kecamuk pikiranku, dia menyalakan lampu yang berada di smartphone dan meletakkannya di nakas dekat tempat tidur.

"Lepaskan aku! Akh! Sakit. Lepaskan tanganmu dari rambutku! Akh!!" dia melemparku ke atas kasur dengan kasar.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang