Its You

1.2K 85 19
                                    

Warna biru kehitaman terpampang jelas di mata kanannya. Sobekan pada dahi serta bibirnya juga sangat mencolok. Wajahnya lebih parah dari Baekhyun. Sebenarnya apa yang telah terjadi padanya? Apakah dia berkelahi lagi?

"Kali ini apa yang kau perbuat sampai wajahmu seperti ini?" kuperhatikan semua luka yang ada di wajahnya.

"Aku sangat senang kau sudah kembali." Ucapnya dan memelukku sangat erat.

"Ya! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" rontaku yang ada di dalam pelukannya.

"Aku sangat senamg dapat melihatmu lagi, Suzy."

"Lepaskan aku, Tuan Kim!"

"Diamlah, biarkan aku memelukmu beberapa menit lagi," ucapnya dan memelukku semakin erat

"Ya! Lepaskan! Aku mau keruang Kim Saem."

"Diamlah! Aku hanya minta beberapa menit saja."

Dengan kejengkelan yang sudah naik ke ubun-ubun, aku pun menendang selangkangan Myungsoo. Aku terlepas dari pelukannya bersamaan dengan rintihan yang dikeluarkan oleh Myungsoo.

"Rasain! Itu akibatnya kalau kau memelukku seenak jidatmu!"

Aku hanya dapat tertawa melihat Myungsoo merintih kesakitan dan bergegas pergi menuju gua serigala yang sudah menyelamatkan hidupku. Melihat Myungsoo kesakitan karena ulahku sangatlah menghibur, rasanya kekhawatiran yang kurasakan beberapa waktu lalu telah hilang.

Dengan wajah yang masih tersenyum puas aku membuka pintu Si Serigala tanpa mengetuk.

"Kim Sae...," lidahku kelu seketika.

Perasaan bahagia yang kudapat dari Myungsoo tadi menghilang seketika. Mataku tak berhenti menatap kegiatan yang ada di depanku. Seorang perempuan duduk dengan manja di pangkuan Kim Saem. Bahkan tangan perempuan itu bermain di surai hitam Kim Saem tanpa malu-malu. Kim Saem juga terlihat sangat menikmati ciuman yang sedang mereka lakukan.

Apakah mereka tak punya sopan santun? Kau seorang guru! Dan ini sekolahan! Ingin rasanya aku berteriak dan melabrak mereka, tapi aku tak bisa melakukannya. Aku hanya bisa terdiam mematung di ambang pintu dengan mulut yang masih sedikit terbuka. Otakku tau apa yang harus dilakukan sekarang, tapi tubuhku tak mendengarkannya sedikit pun. Mataku terasa perih dan memanas, degup jantungku semakin cepat serta sakit, seperti seseorang telah meremasnya dengan kencang.

Ciuman yang mereka lakukan semakin liar, suara-suara menjijikkan tercipta dari mulut keduanya. Perempuan itu berdiri diikuti Kim Saem tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Sebentar! Lelaki itu bukan Kim Saem! Itu Junmyeon! Kenapa dia ada disini, tidak itu bukan Junmyeon! Tadi aku melihat dengan jelas kalau itu Kim Saem!

Getaran hebat di tubuhku tak mampu membuatku membalikkan badan dan pergi dari tempat mengerikan ini. Kaki mulai terasa lemah dan tak mampu menopang tubuhku bersamaan dengan lirikan mata Junmyeon yang melihatku di ambang pintu. Junmyeon melepaskan tautannya dan berjalan mendekatiku dengan smirk yang menakutkan. Udara. Dimana udara saat ini? Kenapa aku kesulitan bernafas? Aku butuh udara sekarang juga!

"Bukankah sudah kubilang untuk diam. Aku hanya ingin memelukmu beberapa saat saja." Ucap Myungsoo

Aku tak tahu sejak kapan Myungsoo membalikkan tubuhku dan memelukku dengan erat. Yang kutahu saat ini aku menangis dengan badan yang lemas dan masih bergetar dipelukan Myungsoo.

"Myung-ah, antar aku pulang. Aku takut."

"Baiklah. Ayo kita pulang."

                                                                                              **

Dengan terpaksa aku harus membuka mata untuk mengambil segelas air di dapur. Kulirik jam digital yang berada di atas meja belajar menunujukkan pukul 01.35. Pasti Myungsoo sudah pulang keumahnya setelah menemaniku sampai tertidur. Dengan mata yang masih sedikit terpejam, kulangkahkan kaki keluar dari kamar dan mengambil segelas air di dapur.

Mataku terbuka sempurna setelah mendengar bunyi beep yang berasal dari pintu. Bayangan Junmyeon yang menyekapku kembali berputar seketika. Keringat dingin mulai membasahi dahiku, seluruh tubuh bergetar disertai degupan jantung yang sangat cepat.

Suara pintu yang terbuka dan tertutup kembali membuat jantungku bekerja lebih cepat lagi. Bayangan-bayangan Junmyeon juga semakin nyata terlihat. Langkah kaki seseorang terdengar mendekati dapur. Aku tak dapat mendengar apapun kecuali degupan jantungku yang berpacu dengan langkah kaki yang semakin mendekat. Apa yang harus kulakukan? Apakah itu Junmyeon?

Benar! Itu Junmyeon. Dia ada disini, tepat di depanku.

"PERGI!!" teriakku dan membanting gelas yang kupegang ke arahnya. "Jangang mendekat! Pergi!" kuraih apa saja yang berada di dekatku untuk kulemparkan kearahnya. Sialnya tak ada senjata tajam yang bisa kuraih untuk kulemparkan.

Dia mendekat kearahku dengan tangan yang menjulur.

"Jangan sentuh aku! Pergi!" tangisku pecah, kakiku lemas dan tak mampu menopang tubuhku."Pergi!"

"Tenaglah, Suzy."

"Pergi! Jangan sentuh aku! Lepaskan tanganmu!"

"Suzy, sadarlah!"

"Lepaskan aku! Lepaskan!" aku meronta dengan sisa tenaga yang kupunya didalam kurungan tanggannya.

"Sadarlah, Suzy! Buka matamu dan lihat aku."

"Pergi!"

"Ini aku, Suzy. Kim Sehun."

Mendengar nama Kim Sehun yang terucap darinya membuatku memberanikan diri membuka mata dan melihat wajah siapa yang sedang mendekapku saat ini. Wajah Junmyeon yang semula kulihat hilang entah kemana dan berganti dengan wajah Kim Saem.

"Kim Saem," ucapku dan menangis sesenggukan. "Aku takut," lanjutku dan memeluknya erat.

                                                                                                     ***
"Aku tak mau sekolah."

"Kau harus sekolah. Poinmu sudah habis dan kau sudah kelas tiga."

"Aku tak mau ke sekolah. Titik."

"Jangan salahkan aku jika kau tidak lulus."

"Ya! Kim Saem!"

"Apa?"

"Aku tak mau tak lulus. Tapi aku juga tak bisa ke sekolah."

Dia hanya memicingkan sebelah alisnya saja. Menyebalkan!

"Aku takut!" memalukan sekali mengatakannya.

"Apa yang kau takutkan? Bukankah kau punya dua pacar di sekolah? Suruh mereka menjagamu."

"Eh?" bagaimana dia bisa tahu?

"Sekolah atau tinggal di rumah?"

Apa yang harus kulakukan? Hubunganku dengan Baekhyun saja berantakan gara-gara kau , bagaimana bisa aku berada didekatnya?

Myungsoo? Aku malas dengannya, dia selalu saja menyuruhku.

"Kim Saem?"

Hanya lirikan mata yang kudapatkan darinya.

"Tak jadi."

Apakah aku gila? Hampir saja aku mengyuruhnya menjagaku. Meskipun aku sangat takut bertemu Junmyeon, akan lebih menakutkan jika aku bersamanya sepanjang hari.

FIN

Maaf endingnya kurang greget  dan kelihatan banget kalo dipaksakan tamat. semoga masih bisa dinikmati yak

PS : tugas kuliah numpuk dan pagi sampe sore juga kerja, jadi waktu buat mikir ceritanya kurang bangeeeettttt

New Writer

trias.chan

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang