Another Mr. Kim

948 136 26
                                    

"Hentikan! Kumohon berhentilah. Jangan lakukan ini padaku," aku hanya bisa memberontak dengan menggerakkan tubuhku ke kanan kiri.

Junmyeon seperti biasa tak pernah mendengarkan permohonanku. Dia selalu fokus dengan area leherku, deru nafasnya sangat memburu, bibirnya tak berhenti di satu titik dan selalu berpindah-pindah, sebagian tubuhnya menindih tubuhku. Aku hanya dapat memohon dan bergerak tak tentu arah. Dengan tangan dan kakiku yang terikat seperti ini membuat Junmyeon semakin leluasa menikmati setiap inci leherku. Air mataku tak pernah berhenti dan semakin deras mengalir.

"Junmyeon!! Hentikann!!" teriakku sekuat tenaga dan semakin kuat memberontak.

Kurasakan tangan Junmyeon mulai meraba-raba perutku yang masih tertutup seragam.

"Jangan!!" teriakku semakin histeris. "Handphone mu berdering. HP mu!!" teriakku sambil menutup mata rapat, berharap dia berhenti melakukan aksinya.

PLAKK

Suara itu begitu nyaring terdengar. Pipiku terasa amat panas dan perih, dengan nafas tercekat dan perasaan kaget bercampur takut kuberanikan diri membuka mata dan kulihat wajahnya yang sangat menyeramkan tepat di atasku.

"Kenapa kau selalu menghentikanku, Suzy!" teriaknya dengan tatapan mata yang sangat tajam, wajahnya merah padam dan gertakan giginya terdengar berulang-ulang. "Biarkan saja Hpnya berdering. Jangan hiraukan itu lagi lain kali." Ucapnya lalu menerima panggilan dan bangkit dari ranjang.

Penerangan yang dari tadi menjadi saksi bisu perbuatan Junmyeon padaku pun lenyap, ditandai dengan dentuman pintu tertutup yang agak keras.

Dalam kegelapan ruangan ini pun air mataku tak berhenti mengalir sejak pertemuanku dan Junmyeon di sini. Isakan tangisku tak lupa untuk selalu menemani. Rasa perih tanganku yang tergores taring serigala serta tamparan keras dari Junmyeon tadi tak dapat mengalahkan rasa perih di dalam dada. Hatiku terasa seperti di iris dengan ribuan pedang, bahkan mereka tertancap sangat dalam disana. Sakit! Teramat sakit sampai semua badanku berguncang dengan keras di atas kasur.

Apakah tak ada seorang pun yang mencari keberadaanku. Apakah aku belum lama diculik olehnya? Apa baru dua hari aku hilang? Tidak! Kurasa sudah setahun disini.

***

Baekhyun cepatlah datang. Aku sangat kesakitan dengan keadaanku saat ini. Junmyeon tak pernah melepaskan ikatan, dan dengan terpaksa aku harus kencing di sini. Pakaianku tak pernah ganti! Aku masih mengenakan seragam sekolah, sama seperti saat pertama kali aku ke sini. Kondisiku benar-benar kacau dan sangat mengenaskan. Persediaan air mata juga telah habis terkuras.

Junmyeon tak pernah perduli dengan bau dan keadaan berantakanku. Dia hanya memikirkan agar aku tak kabur lagi darinya. Bahkan sudah sering sekali dia mencoba meniduriku, seperti dulu. Ketika pertama kali aku di culiknya semasa SMP.

Aku sangat bersyukur, dalam keadan kritis seperti itu selalu ada saja yang mengganggu, seperti ditelfon atau serigala yang melolong meminta makan menghentikan aksinya terhadapku. Sehingga Junmyeon tak pernah merebut keperawananku, apalagi menyentuhnya sekali pun. Tapi, rasa perih dan dentuman keras yang di sebabkan tangannya terhadap pipiku selalu menjadi konsekuensi yang harus diterima.

Ribuan pedang yang tertancap di hatiku pun makin dalam menancap, mengingat setiap kejadian yang membahayakan keperawananku. Kurasa pipiku sudah penuh dengan make-up kebiruan, rambut menawanku kusut berantakan serta parfum alami membuatku ingin muntah dan mengharapkan Joseung Saja menerima surat yang menuliskan namaku dengan tinta merah. Aku sangat mengharapkan kehadirannya di saat seperti ini.

Tapi, sekelebat bayangkan Ayah, Ibu dan Risty membuatku dilema. Jika saja Joseung Saja menerima surat itu, apakah mereka akan mengikhlaskan ku? Apakah aku akan pergi dengan tenang, meskipun ini keinginanku? Bagaimana keadaan mereka jika ku tinggalkan? Semua pikiran itu berkecamuk di dalam kepalaku. Hatiku memang perih dan sangat sakit, tapi aku juga tak boleh melupakan akal sehatku. Aku harus bertahan. Aku yakin akan ada salah satu dari mereka yang meyelamatkanku. Jika bukan keluargaku, pasti Baekhyun atau Myungsoo. Jika bukan mereka juga maka aku sendiri yang dapat menyelamatkan diriku.

He is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang