Molekul 15: Liburan

20 0 0
                                    

Seminggu setelah ujian sekolah, siswa kelas dua belas masih disibukkan dengan beberapa ujian praktikum untuk kelas IPA serta praktek olahraga untuk kelas IPS. Hari ini adalah hari terakhir bagi para kelas dua belas selesai dengan segala beban dari sekolah.

Pukul dua belas siang, kantin sekolah disesaki oleh siswa siswi yang kelaparan. Kelima pangeran sudah menempati bangku kantin yang sudah dipesan duluan oleh Ferdinand.

Hanif hampir terlonjak saat Elena menggebrak meja tepat didepannya. Sepertinya gadis berambut sebahu itu sengaja mengagetkannya.

"Manda ngajak kalian ke puncak hari Sabtu besok. Kita ngumpul di villanya, jadi udah pasti free!" jelas Elena.

"Mendadak banget ngajaknya." timpal Mamoru.

"Buat ngerayain perpisahan dia juga. Dia kan mau kuliah di New York, Amerika."

"Siapa lagi yang ikut?" tanya Vero.

"Widya juga bakalan ikut. Jadi cuma kita berdelapan,"

"Berapa hari?" tanya Ferdinand.

"Dua hari  satu malam. Jadi Senin pagi kita pulang."

"Oke, bisa kok!" jawab Vero mantap, tanpa bertanya kepada keempat temannya.

"Yang lain bisa ikut?" tanya Elena ulang.

"Aku bisa ikut." jawab Ferdinand. Hanif dan Brilliant juga tidak keberatan.

"Yah mau nggak mau gue harus ikut deh," Mamoru melirik sekilas ke arah Vero dan Ferdinand, "ada bocah-bocah yang harus gue awasin..."

"Ogah banget jadi anak lo!" sambar Vero sambil meleletkan lidah.

"SIAPA JUGA YANG MAU JADI BOKAP LO?"

"Kalian berdua lupa ya kalau kita lagi ada di kantin?"

Vero dan Mamoru serempak melirik Ferdinand yang menaruh tangannya di bahu mereka. Belasan pasang mata menatap mereka berenam. Kedua pangeran itu langsung melengos ke arah berlawanan.

"Maaf Len, jadi kepotong," kata Ferdinand sambil melirik samping Elena, "Mandanya sendiri ke mana?"

"Masih di ruang OSIS." jawab Elena sambil mengetik di layar ponselnya.

"Gue udah masukin nama kalian di grup WA ya! Pokoknya jangan sampe telat!"

Elena kembali mengingatkan kelima pangeran sebelum berlalu ke kelas. Hanif memperhatikan gadis berambut sebahu itu dari kejauhan, sampai tepukan keras di bahu membuatnya kaget.

"Bengong melulu!" kata Mamoru —tersangka pemukul bahunya.

Bel masuk pun berbunyi. Kelima pangeran beranjak dari kantin menuju kelas masing-masing. Hanif melihat layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi whatsapp dari grup barunya.

—Diam-diam, ia tak sabar menunggu hari itu tiba.

.

.

.

Waktu berjalan begitu cepat hingga hari Sabtu pun tiba. Sebagai sahabat terdekat Amanda, Elena menjadi penunjuk jalan lima pangeran sampai mereka sampai di rumah putri tunggal anggota DPR itu.

"Wow! Rumahnya gede banget!"

Amanda dan Widya melambai ke arah Elena. Gadis berambut sebahu itu berjalan santai mendekati kedua sahabatnya, lalu mengayunkan tangan ke atas untuk tos.

Ferdinand bisa bernapas lega. Amanda membawa dua mobil beserta supir sehingga ia dan Brilliant terbebas dari tugas menyetir.

Ferdinand menaruh kardus berisi air mineral ke dalam bagasi mobil. Mamoru menutup pintu bagasi, kemudian mengernyitkan dahinya.

Lima Pangeran : AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang