10. KENAPA? (2)

553 33 2
                                    

"Heh kamu! Kamu kan yang bersama Gaara!! Sekarang Gaara dimana?!" Ucap Karura, ibu Gaara- bukan, Karura bukan hanya berucap melainkan dia berteriak di depan Hinata.

Hinata menunduk takut "maaf.. tapi aku tidak tau" ucap Hinata dengan tubuh yang mulai bergetar karna takut. "Bagaimana bisa kau tak tau hah?!" Ucap Karura sambil menarik rambut Hinata agar Hinata menatapnya.

Hinata meringis "Gaara tidak mau aku di dekatnya" Hisagi menarik istrinya itu sebelum Karura bertindak lebih, Karura mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Hisagi "dasar anak tidak berguna!" Teriak Karura sebelum ia menghilang karna di tarik oleh Hisagi.

Hinata jatuh tak kuasa menahan air matanya, kenapa hidupnya menjadi seperti ini? Tanya Hinata entah pada siapa. Oh tuhan, jika jalan yang ku pilih ini salah maka tunjukkanlah jalan keluarnya- doa Hinata.

Lamunannya terhenti ketika Karura menariknya untuk masuk ke dalam mobil, mereka menuju rumah sakit. Karna baru saja Hisagi menerima telfon bahwa anaknya di larikan ke rumah sakit karna kondisinya yang sangat buruk.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Karura yang baru saja sampai langsung berlari menuju dokter yang memeriksa Gaara.

"Anak ibu terlalu banyak meminum alkohol sehingga membuat ginjalnya terganggu dan kemungkinan terburuk yaitu..." ucapan dokter itu menggantung.

"Apa dok?! Jawab!" Ucap Karura berteriak sambil menangis sedangkan tangannya menggoyang-goyangkan tubuh sang dokter. "Kemungkinan terburuknya yaitu ginjalnya tak akan berfungsi lagi dan dia membutuhkan donor ginjal" lanjut sang dokter, Karura munutup mulutnya tak kuasa membayangkan anaknya dalam kondisi seperti itu.

"Hinata!.." Panggil Karura dengan keras. Hinata menunduk "aku mengerti..." ucapnya lemah kemudian berjalan menuju sang dokter dan memgatakan bahwa ia yang akan memjadi pendonor ginjal untuk Gaara.

Entah hal baik atau buruk tapi ginjal Hinata ternyata cocok untuk Gaara. Hinata membuang nafasnya, ia takut tubuhnya akan semakin lemah dan menyebabkan dirinya harus mengorbankan nyawa untuk Gaara. Tapi dia harus bagaimana? Masa iya Hinata harus meminta uang yang telah ia berikan pada Mikoto? Walau Hinata tau pasti jika ia bilang yang sebenarnya pada Mikoto pasti Mikoto tidak keberatan untuk mengembalikan uang itu bagaimana caranya.

Apalagi mengingat bahwa Mikoto sangat menyayangi Hinata seperti anaknya sendiri, namun Hinata tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya atas apa yang terjadi pada dirinya. Karna Hinata tau, jika Mikoto mengetahui yang sebenarnya pasti dia akan sangat sedih dan Hinata tidak mau melihat ibunya sedih.

Hinata menarik nafasnya lalu membuangnya dan mengelus dadanya mencoba menenangkan dirinya sendiri. Hinata mulai berfikir bahwa sekarang hidupnya sudah tidak ada artinya lagi.

Hinata memasuki ruang operasi dengan hati yang penuh keraguan, namun dia bisa apa? Hinata tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa agar hidupnya menjadi lebih baik.

Operasi berjalan dengan lancar dan Gaara sudah kembali kerumah kecuali Hinata, dia masih harus menerima perawatan di rumah sakit.

Entah apa yang sedang merasuki Gaara, namun ia merasa sepi tanpa Hinata. Sepi? Cih. Memangnya siapa dia?- rutuk Gaara dalam hati menyadari apa yang dia pikirkan tadi.

Setelah 5 hari berlalu akhirnya Hinata kembali ke rumah Gaara. Hinata ingin sekali masuk ke sekolah walau Hisagi belum mengizinkannya, namun Hinata berjanji akan menjaga dirinya dan akhirnya Hisagi mengizinkan Hinata untuk pergi ke sekolah.

Hinata berjalan menuju depan rumah dimana dia biasa menunggu angkutan umum, karna Hinata tidak bilang pada Naruto bahwa hari ini ia sudah mulai sekolah. Karna Hinata tidak mau merepotkan Naruto tentunya.

Mobil sedan merah milik Gaara berhenti di depan Hinata "naiklah" ucap Gaara datar, karna Gaara tau bahwa Hinata sedang tidak seperti biasanya. Tubuh Hinata masih lemah, Gaara melalukan ini semata-mata hanya karna kasihan kepada Hinata.

"Ehmm.. tidak perlu, aku tidak ingin merepotkanmu" ucap Hinata sambil menunduk "cepat masuk sebelum aku yang menarikmu" ucap Gaara dingin, Gaara tidak suka bila ada yang membantah ucapannya.

"Ba..baik" ucap Hinata ragu kemudian membuka pintu mobil itu dan masuk ke dalamnya.

Gaara melajukan mobilnya kemudian berhenti di jalan yang agak jauh dar sekolahnya "turun disini, aku tidak mau ada yang melihat" ucap Gaara dingin tanpa menoleh ke arah Hinata.

Hinata menghembuskan nafasnya lalu keluar dari mobil itu "terima..." belum sempat Hinata melanjutkan ucapannya namun mobil itu sudah kembali melaju meninggalkan dirinya "kasih..." lanjut Hinata.

Hinata berjalan menuju ke sekolahnya yang sudah tidak jauh lagi, kepalanya mulai terasa berat. Tidak, Hinata tidak boleh pulang. Hinata masih terus berjalan menuju gerbang sekolah. Namun belum sempat kakinya menginjak sekolah Hinata jatuh terduduk di tanah.

"Hinata!!" Teriak Naruto yang baru datang dan langsung menghampiri Hinata. "Kita harus ke rumah sakit" ucap Naruto yang melihat Hinata pucat "tidak.. tidak perlu Naruto" ucap Hinata sambil mencoba untuk berdiri yang di bantu oleh Naruto.

"Tapi..." ucapan Naruto terhenti "tidak perlu.. aku tidak apa-apa" ucap Hinata sambil menampilkan senyuman manisnya. Naruto menghembuskan nafasnya pasrah lalu dia mengantar Hinata menuju kelasnya.

"Kau pucat sekali Hinata! Ayo ke rumah sakit!" Ucap Ino sambil menarik tangan Hinata, Hinata menahan tangannya "aku tidak apa-apa Ino" ucap Hinata mencoba meyakinkan sahabatnya itu.

"Kau tau, bahwa aku selalu mengetahui jika kau sedang berbohong" ucap Ino mengintimidasi, Hinata tersenyum lagi "tidak perlu Ino, aku hanya kecapean saja kok" ucap Hinata pada sahabatnya berharap Ino akan percaya padanya.

Ino menghela nafasnya pasrah "yasudah, tapi kalau kau butuh sesuatu kau harus langsung bilang padaku ya?!" Tanya Ino memaksa, Hinata tersenyum lagi pada Ino kemudian menganggukan kepalanya sabagai jawaban.

Kelas pun di mulai, Hinata merasa bahwa keadaannya mulai membaik. Sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi dan Hinata kali ini pulang bersama Naruto karna Naruto memaksa Hinata agar mau di antar olehnya. Naruto takut ada sesuatu yang buruk akan menimpa Hinata jika dia pulang sendiri.

"Bolehkan aku masuk?" Tanya Naruto, Hinata menoleh ke arah Naruto setelah turun dari motor ninja Naruto, Hinata berfikir bahwa sekarang rumah itu pasti sedang sepi.

"Boleh saja, kau mau minum sesuatu?" Tanya Hinata sambil menarik Naruto untuk masuk ke dalam rumah, "boleh.." ucap Naruto sambil tersenyum ke arah Hinata. Hinata pergi ke dapur untuk membuat minuman, sedangkan Naruto menelusuri rumah Gaara.

"Sudah lumayan lama aku tidak kesini" gumam Naruto sambil menelusuri rumah sahabatnya itu.

"Wuih, barang-barangnya mahal semua pasti" ucap Naruto takjub pada isi di rumah Gaara, sampai ada sebuah map yang terletak dia atas sebuah meja menyita perhatiannya.

Naruto mengambil map itu, entah kenapa ia penasaran dengan isi di dalam map itu. Naruto membuka map itu secara perlahan kemudian menarik kertas yang ada di dalamnya.

"Tidak mungkin..." ucap Naruto kaget ketika melihat isi dari kertas itu.














Bersambung....

*******************

Aloha semuanya.. gimana manurut kalian part ini?

Jangan lupa vote dan komen...
Maaf kalo ada typo yaa hehe...

TOO LOVE (Naruto Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang