Part 6

1.6K 148 63
                                    

Jimin berusaha diam tak perduli namun tatapan Yoongi seolah begitu menghujam dirinya. "aku pernah melihatmu sebelumnya" ujar Yoongi.

"aku tidak pernah melihatmu dan aku sibuk sekarang" balas Jimin datar.

"aku tidak tanya kau sibuk atau tidak" balas Yoongi lagi tak kalah sinis.

Merasa tak ada yang perlu di bicarakan, Jimin mulai meninggalkan Yoongi begitu saja. Lain sisi Yoongi juga  tak merasa harus menahan atau berbicara sesuatu, ia berjalan memungut bola basket yang tadi terjatuh lalu mendriblenya dan melempar bola itu kedalam ring basket. Lemparan Yoongi tak meleset sedikitpun bola itu mendarat mulus kedalam ring basket.


Jimin berdiri memunggungi Yoongi. "Menghindarinya, menjauh darinya adalah cara terbaik" pikir Jimin.  Setelah terdiam beberapa saat, Jiminpun berlalu keruang ganti dan mengganti kostum basketnya dengan stelan yang cukup terlihat formal dan rapi. Sebuah kameja putih dan celana kain katun berwarna hitam. Selesai berganti, ia berjalan menyusuri lorong berkaca, dari lorong tersebut jika menoleh kearah kanan maka dapat terlihat lapangan basket terbentang diluar sana. Ekor mata Jimin tetap melirik namja manis berkulit putih yang kini sedang bermain basket. Rupanya Yoongi terlihat lebih piawai memainkan basket ketimbang Jimin. Poros bola dengan baik dikontrol olehnya dan lemparan ke ring basket tak pernah meleset.

Pertemuan itu berkahir begitu saja, pembicaraan yang berakhir dengan cukup aneh. Yoongi dan Jimin tak pernah lagi bertemu, mereka menjalani hidupnya masing-masing. Yoongi masih tetap hidup dalam kenangannya, sekuat tenaga ia berusaha menghapusnya namun semua itu serasa semakin melekat sedangkan Jimin masih hidup dalam rasa bersalahnya terhadap kecelakaan Jung Hoseok.

Time Skip

.

.

.

Yoongi duduk dihalaman rumahnya, menyeruput teh hangat menatap keluar mengamati kupu-kupu yang beterbangan dihalaman rumah.

"Yoongi-ah, jika kau ingin menghapus kenanganmu maka kau perlu membuka hatimu terlebih dahulu. Hatimu masih tertutup rapat tak menerima sesuatu yang baru" Ujar sang bunda sembari meraih secangkir teh lalu menyeruputnya.

"aku tak memiliki seorangpun selain dia yang harus ku pikirkan. Semakin aku ingin menghapus Hoseok, semakin aku memikirkannya" jawab Yoongi menampakkan air muka kesedihan.

"waktu itu Ayah dan Ibu ingin memperkenalkanmu dengan anak Tuan Park, namun kalian berdua saling diam, bicara hanya seperlunya."

"yang aku temui di lapangan basket?" tanya Yoongi memastikan.

"iyaa. Tuan Park juga sangat ingin memperkenalkan Jimin denganmu. kami tak memaksa kalian harus menikah atau pacaran, setidaknya bisa menjadi teman. Yang Ibu dengar dari Tuan Park, bahwa seminggu sebelum pertemuan waktu itu, sikap Jimin berubah menjadi begitu dingin, lalu kau seminggu sebelum itu juga dingin dan terlihat begitu stress, bukankah kalian berdua begitu sama? Karena itu kami mempertemukan kalian, pikir kami kalian bisa saling menghibur dan dapat menjadi teman namun sepertinya sikap kalian tak saling mendukung"

"baiklah. Aku akan coba berkenalan dengannya. Ibu dan Ayah boleh atur lagi pertemuannya" balas Yoongi, dengan kembali menatap kupu-kupu yang terbang bebas dihalaman rumahnya.

Mungkin dengan kehadiran orang lain, kau bisa kulupakan walaupun hanya sedikit. Seperti katamu Hoseok, hanya cintamu yang hidup. Aku tak mungkin terus ingin menentang takdir dan memaksamu datang kedunia yang menjijikan ini. aku harus berhenti menanti malam dimana hujan menderas lalu kau mendengkur halus ditelingaku dan tanganmu merangkul tubuhku. Malam seperti itu tak lagi ada.

Sorry "I'm A Monster" ✔️ ( MinYoon) Where stories live. Discover now