Part 8

1.3K 115 66
                                    

Fajar mulai merekah, dan Jimin masih terlelap tidur, sedangkan Yoongi telah bangun, ia duduk di sofa samping jendela. Kain groden berwarna putih bercampur gold yang menggantung di jendela, seakan memberi pakaian pada jendela telanjang. Yoongi duduk terdiam, tubuh kecilnya yang teringkuh menampakkan kepedihan yang masih terpendam, sekilas matanya memandang Jimin, cara pandang yang seolah-olah mendengar kisah luar biasa.

Jimin membuka perlahan matanya menatap sosok berkulit putih yang sedang meringkuh disofa putih, mata keduanya saling mendapati dan beradu, seakan saling berbicara melalui tatapan.

"Seperti hujan yang turun dengan deras, Seorang Namja manis berkulit putih, bagaikan bunga lembayung, bergerak seperti kelopak bunga, menarikku dengan kuat kearahnya, hujan perih terus menerjang langkahku namun laju langkahku tetap menderas kuat berlari kearahnya, mulai saat itulah aku tanpa henti berlari kearahnya hingga ku jatuh hati, dengan bunyi dentuman, dan darah yang berdesir, jantungku terus memantul dari langit sampai ke tanah seperti gerakan pendulum. Dia cinta pertamaku Min Yoongi"

"Kisahku menyakitkan, membuat orang menangis ketika mendengarnya. Ku tanyakan pada diriku mungkin ku jatuh cinta padanya? Tapi tidak, ini bukan cinta. Hatiku tak bermekar layaknya bunga musim semi, dentuman jantungkupun tak terdengar, hanya denyut nadi yang semakin melemah seolah sebuah bayangan gelap menelanku. Jatuh cinta hanya mengingatkanku pada Hoseok, genggaman tangannya seolah masih membekas, langkahnya masih dapat kurasakan... Maafkan aku Jimin. Ini semua akan menjadi tidak baik. Mungkin akan menyakitimu"

"hey, cepat bangun dari kasur itu, kita tak makan apapun sejak malam. Hanya minum anggur, jadi aku sangat lapar, mungkin aku bisa menelan seekor sapi sekarang" Yoongi turun dari sofa dan beranjak kedepan cermin, merapikan penampilannya.

"kau ingin sarapan?"

"iyaaa, perutku perlu diisi."

"mau ke Nami Island?"

"yaa.. jika kau bersedia menemani"

"tentu saja dong, aku temani" Jimin tersenyum hingga menampakkan matanya yang hanya segaris.

"apa setelah berhasil tidur denganku kau jadi berubah begini? Bukankah awalnya kau itu dingin?"

"apakah salah jika aku bersikap hangat padamu?"

"tidak juga. Aku bersyukur karna itu"

Keegoisan seperti apa ini? akupun tak mengerti. Aku hanya ingin memilikinya. Jimin turun dari kasur lalu memakai pakaiannya dan membasuh wajahnya menghapus jejak tidur yang membekas dekat bagian rahangnya dan pipi tembemnya.

Ada sebuah cafe dipersimpangan dekat hotel mereka menginap. Jimin dan Yoongi masuk ke cafe itu dan mereka memesan pitzza serta 2 gelas Americano panas.

"Setelah ini mau langsung ke Nami Island?" tanya Jimin sambil menyeruput Americano panas dengan asapnya yang masih bisa terlihat mengepul ke atas.

"aku ingin ke toko pakaian dulu."

"untuk?"

"membeli pakaian dalam"

"kau bercandakan?"

"tentu saja bercanda. Aku ingin membeli jaket. Tak lihat?, sekarang ini aku pakai jaketmu, bagaimana jika disana kau mati kedinginan karena meminjamkan jaket untukku? Aku tak mau berhutang nyawa pada orang"

Jimin mengaduk-aduk Americano panas didepannya dengan tatapan yang seolah mengukur kedalam cairan panas itu. "jika ku mati karena kedinginan, aku tak akan menganggap itu hutang, tapi penebusanku"

Sorry "I'm A Monster" ✔️ ( MinYoon) Where stories live. Discover now