"Ita, jangann lari cepet-cepet. Nanti bisa jatoh," kata pria kecil yang usia nya kira-kira baru menginjak 10 tahun.
"Ih biarin, suka-suka Ita," sahut seorang gadis yang umurnya kira-kira 5 tahun lebih muda dari pria kecil itu.
"Kamu kok gitu sih? Berani ngelawan? Aku ngambek nih," kata pria kecil itu dengan memalingkan wajahnya.
"Enggak kok, sini deh," ucap gadis kecil dan pria kecil tersebut berjalan untuk duduk di sebelah nya lalu sang gadis kecil memasangkan earphone ke telinga pria kecil tersebut.
"Maksudnya apa?" tanya pria kecil itu.
"Kalau kata Bunda, lagu itu bisa buat tenang." Perkataan gadis kecil itu membuat sang pria kecil tersenyum dan tangannya terulur mengacak rambut gadis kecil itu.
"Siapa bilang? itu enggak mungkin Ita," sahut pria kecil.
"Mungkin aja kok, kata bunda, lagu itu juga menggambarkan sedih atau senang," kata gadis kecil itu.
"Kok kamu jadi pinter begini? Kamu udah mau tua yah makannya jadi pinter begini," kata pria kecil sambil menundukkan kepalanya.
"Enggak, selamanya aku bakalan kayak gini, walaupun udah besar bakalan tetap kayak begini ke kamu," ucap gadis kecil membuat senyum pria kecil semakin melebar.
"Nanti kalau misalnya aku kenapa-kenapa tolong jagain ini yah," gadis kecil itu menyerahkan earphone nya kepada laki-laki kecil itu.
"Emangnya kamu mau kemana?" tanya pria kecil.
"Aku disini aja kok."
Alfa terbangun dari tidurnya. Lagi. Mimpi itu datang. Mimpi yang hanya membawa seberkas kenangan yang membuatnya sulit melupakan semuanya.
Alfa turun dari kasurnya, lalu ia melirik rak yang berada di sebelah kasurnya dan mengambil kotak berwarna hitam putih itu. Ia membukanya. Masih sama seperti dulu.
Setelah itu ia menaruh kembali kotak itu dan menuju kamar mandinya. Setelah selesai ia langsung memakai seragam nya dan ia sempat berkaca sebentar.
"Kenapa susah buat muka gue berekspresi ketika orang lain lagi coba tertawa?" gumam Alfa lirih.
"Gue belum tau penyebabnya, sampai saat ini. Kenapa harus lo yang nanggung?" ucap Alfa lagi.
Setelahnya ia langsung menuju garasi untuk berangkat ke sekolah.
------- Impressed -------
"Vaniaaa!" bentak Aletha ketika Vania malah asik dengan ponselnya sementara Aletha dari tadi tidak berhenti berbicara.
"Kenapa?" tanya Vania dengan wajah polosnya. Yang membuat dada Aletha bergemuruh.
"Astaga! Gue cuap-cuap dari tadi enggak ada satupun yang lo tangkap?" tanya Aletha sedangkan Vania hanya menyengir.
"Abisnya curhatan lu kepanjangan, gue pusing dengernya," sahut Vania membuat Aletha mendelik tidak suka, karena sudah 2 orang yang berbicara seperti itu.
"Ya namanya juga curhat versi cerita panjang, kalau versi cerita pendek itu mah bisa satu kalimat doang," kata Aletha.
"Apaan?"
"Alfa itu adalah kombinasi alam bawah!" seru Aletha mantap membuat Vania gelisah.
"Lo kenapa Van?"
Vania hanya menunjukkan arah belakang Aletha dan membuat Aletha menoleh kebelakang pelan-pelan.
"Eh ada kombi," cengir Aletha.
"Sebut gue?" tanya Alfa dengan datar.
"Oh jelas! siapa lagi di sekolah ini yang bernama Alfa? Enggak ada kan. Lagian nih ya biar Vania juga tau kalau sebenarnya lo itu adalah kombinasi alam bawah, hm bisa dibilang paket lengkapnya," sahut Aletha tapi tidak dihiraukan oleh Alfa dan setelah itu Alfa pergi meninggalkan Aletha dan Vania.
"Kan, begini nih yang gue sebut kombinasi alam bawah. Yang begini nih!"
"Sabar-sabar aja deh Tha, lo ngurusin manusia kayak si Alfa. Kata-kata nya tajem Tha kek silet, gue jadi ga berani ngomong," sahut Vania.
"Lah, lo aja begitu, apalagi gue? Gue lebih ga tahan bego!" kata Aletha sambil menoyor kepala Vania pelan.
"Sakit ih!" gerutu Vania.
"Eh Tha, mau dong main ke rumah lo, siapa tau gue bisa pungut cogan lo itu siapa namanya?" ucap Vania lagi membuat Aletha menepuk dahinya.
"Van van, cogan aje yang ada di pikiran lo, namanya Atha dia itu abang gue."
"Nah bang Atha, siapa tau gue bisa pungut dia terus jadi suami gue di masa depan deh, uhh senangnyaaa hati ini," jawab Vania membuat Aletha menggelengkan kepalanya.
"Tha." Aletha menoleh ketika seseorang menepuk pundaknya. Ini bukan kombinasi alam bawah pastinya, karena ia sangat tidak mungkin memanggil Aletha dengan lembut.
"Eh abang, ngapain disini?"
"Jemput lo! Alfa katanya gabisa nganter lo pulang, dia ada urusan."
"Dih! Yang mau di anterin sama dia siapa pak? Kaga ada elah," sahut Aletha dengan wajah masam.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. batin Vania.
"Eh, ini namanya bang Atha, cakep amat Tha. Kayak 'oppa' di drakor gitu," bisik Vania kepada Aletha.
"Bang, dikatain cakep sama dia, katanya mirip 'oppa' yang ada di drakor," ucap Aletha membuat Vania membulatkan matanya lalu tersenyum kikuk ketika Atha terkekeh.
"Sembarangan lo kalo ngomong Tha, gue jamin besok kepala lo pindah posisi di bawah," kata Vania membuat Aletha bergidik ngeri.
"Yaudah yuk pulang, Vania nebeng ya, dia mau main ke rumah," ucap Aletha sedangkan mata Vania sudah berbinar-binar.
"Yuk!" Seru Atha dan Vania berbarengan.
****
a.n
Udah lunas ya hutang, besok kembali update seperti biasa. Oya, selamat malam minggu para jomblo:) semoga ada yang ngechat kalian terus ngajakin telfonan.
Salam sayang, Kei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressed [Completed]
Teen Fiction[Sudah Terbit] Aku tau cerita tentang cowok dingin itu basi. Tapi mungkin, kalian ingin mengetahui, bagaimana perjuangan Aletha yang selalu berusaha mencairkan es yang ada di dalam tubuh si manusia jelmaannya. Dan mungkin, kalian ingin membaca, te...