Saat sore hari sudah tiba, mereka berdua memutuskan untuk pergi dari rooftop dan mencari tempat makan lagi. Karena mereka ingin makan nasi goreng di pinggir jalan saja, itupun Aletha yang meminta.
"Alfa," panggil Aletha ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil.
"Hm." Alfa menjawabnya singkat karena ia sedang fokus menyetir.
"Gapapa," sahut Aletha lagi dan kebetulan sedang lampu merah, jadi Alfa memberhentikan mobilnya.
"Bilang. Jangan dipendem," kata Alfa yang membuat Aletha bingung. Ia tidak ingin merusak suasana yang sudah baik ini, tetapi, ia juga ingin mendapatkan jawaban tentang pertanyaan yang selalu terputar di kepalanya.
"Enggak kok," jawab Aletha lagi berusaha meyankinkan Alfa kalau ia sebenarnya memang baik-baik saja.
Alfa meliriknya sekilas kemudian ia menatap jalanan lagi. Ia bisa merasakan kalau ada sesuatu yang ingin ditanyakan oleh gadis di sampingnya ini.
Dan akhirnya mobilnya berhenti dan mereka berdua turun dari mobil. Lalu mereka memilih untuk duduk di tempat yang tidak terlalu dekat dengan asap makanan.
"Tha, kalau misalnya ada yang mau ditanyain. Bilang aja," kata Alfa tiba-tiba di saat mereka sudah duduk di salah satu meja yang ada. Mereka duduk berhadapan supaya mereka bisa melihat jelas wajah satu sama lain.
"Enggak kok," jawab Aletha yang hanya dibalas tatapan tajam oleh Alfa. Alfa bisa lihat kebohongan yang tersirat di mata Aletha.
"Tha," panggil Alfa seolah menginginkan Aletha untuk jujur. Namun Aletha hanya menggeleng pelan.
"Aletha," panggil Alfa sekali lagi membuat Aletha memejamkan matanya pelan lalu meghembuskan napas.
"Clarisa siapa?" tanya Aletha pelan takut salah setelah beberapa saat mereka menikmati makanannya.
Alfa yang sedari tadi sibuk dengan makanannya langsung meletakkan sendoknya di piring dengan cukup keras yang mampu membuat Aletha terkejut. Raut wajah Aletha berubah ketika melihat wajah manusia jelmannya, memerah dan tatapannya tajam seakan ingin membunuh seseorang. Benar bukan, kalau Aletha akan salah bicara?
"Egh ... gak perlu dijelasin juga kok, itu doang yang dari tadi pingin Aletha tanya," kata Aletha ketika ia melihat perubahan raut wajah manusia jelmaannya. Lalu ia kembali fokus dengan makanan yang ada di depannya.
Alfa menghembuskan napas pelan. "Mantan."
Aletha mendongak dan menampilkan ekspresi yang lumayan terkejut. Bukankah Bastian berkata kalau Alfa sangat mudah untuk melupakan orang setelah putus? Tapi kenapa Alfa masih menyayangi mantannya?
"Dia pergi 4 tahun yang lalu," ujar Alfa yang membuat Aletha meletakkan sendok dan garpunya di atas piring lalu ia memfokuskan dirinya untuk mendengar cerita dari Alfa.
"Kemana?" tanya Aletha penasaran membuat Alfa memejamkan matanya.
"Gatau. Dia ngilang," jawab Alfa singkat.
"Ngilang?"
"Iya, sampai sekarang gatau dia dimana. Dia itu kayak kupu-kupu yang lagi nyari makanan. Nyari kebahagiaan dengan orang lain, setelah dia dapet dan dia puas, dia tinggalin gitu aja." Alfa menjadi puitis mendadak. Sementara Aletha belum menangkap dengan jelas maksud Alfa.
"Maksudnya? Dia udah gak ngasi kabar ke elo selama 4 tahun? Jadi kalian belum resmi putus ya?" tanya Aletha dengan sangat pelan.
"Gue anggep hubuungan itu udah berakhir. Gausah dibahas lagi," kata Alfa dengan sedikit emosi di dalam suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressed [Completed]
Teen Fiction[Sudah Terbit] Aku tau cerita tentang cowok dingin itu basi. Tapi mungkin, kalian ingin mengetahui, bagaimana perjuangan Aletha yang selalu berusaha mencairkan es yang ada di dalam tubuh si manusia jelmaannya. Dan mungkin, kalian ingin membaca, te...