Hari Senin. Hari yang paling dibenci oleh seluruh warga negara Indonesia yang masih berstatus pelajar. Sungguh, Senin itu kiamat. Panas-panasan saat upacara, dapat pelajaran fisika, ulangan matematika mendadak. Huaa...mendengarnya saja sudah tidak enak.
Tapi berbeda dengan Aletha. Pagi ini, ia terlihat murung dan kurang bersemangat. Biasanya, ia paling semangat ketika hari Senin telah tiba karena ia akan berebutan dengan teman-teman sekelasnya untuk mencari barisan di belakang saat upacara bendera yang dilindungi oleh orang-orang berbadan besar, dan biasanya Aletha lah yang mendapatkan tempat itu.
Namun pagi ini berbeda. Langkah kaki nya terlihat tidak bersemangat dan pandangannya hanya tertuju pada lantai di tempat ia melangkah.
"Jangan nunduk, Tha."
Aletha mendongak dan ia mendapati Bastian berdiri di depannya dengan tangan kanan yang dimasukkan ke dalam saku celana dan tangan kirinya menggendong tas di punggunya. Terlihat keren.
"Maaf," kata Aletha yang hanya dibalas gelengan pelan oleh Bastian.
"Yaudah, kelas yuk. Gue anter," ucap Bastian dan Aletha mengangguk pelan.
Lebih baik ia ditemani daripada ia harus berjalan sendirian menuju kelasnya. Jomblonya itu tuh keliatan banget kalau sendiri.
"Masuk gih, gue mau balik ke kelas, belajar yang rajin," kata Bastian seraya mengusap pelan rambut Aletha lalu ia pergi meninggalkan Aletha di kelasnya.
Aletha mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas. Kalian harus tau. Kalau ternyata kelas Aletha benar-benar sepi. Seperti tidak berpenghuni, padahal tas teman-temannya sudah berjejer rapi di setiap tempat duduk. Ah, ia tidak perlu sibuk memikirkannya.
Aletha langsung berjalan menuju tempat duduknya dan meletakkan tas nya di dalam kolong mejanya. Lalu ia melirik ke sebelah kanannya dan ia langsung mengeluarkan tatapan anehnya. Ada sebuah kertas yang di tempel di sana.
Keluar kelas terus belok kanan.
Hanya itu saja isinya. Aletha tidak menghiraukannya, ia berpikir kalau itu adalah ulah temannya yang iseng. Namun, ada satu kertas lagi di meja sebelahnya.
Harus keluar loh, di sini sendirian hawanya enggak enak.
Dan dengan sangat amat terpaksa, Aletha melangkahkan kakinya keluar kelas dan langsung berbelok kanan. Ia bisa melihat di tembok koridor itu tertempel arah-arah yang mungkin harus Aletha ikuti.
Dan sampailah Aletha di taman belakang sekolah. Oh Tuhan, kenapa di kertas itu tidak langsung dituliskan kalau ia harus menuju ke taman ini?
Aletha langsung saja duduk di bangku yang langsung menghadap ke arah air mancur. Dan tiba-tiba dahinya mengernyit, ia bangkit lalu berjalan mendekati air mancur. Dan sekali lagi, ia benar-benar terkejut. Di kolam itu ia bisa membaca sebuah tulisan.
Lihat ke atas.
Aletha mendongak dan kali ini ia benar-benar ingin meneteskan air matanya.
Selamat ulang tahun, Aletha Kyla Belvina.
Oh Tuhan, Aletha saja bahkan lupa kalau hari ini ia berulang tahun. Lalu ia menengok ke belakang dan sudah terdapat Bastian dengan teman-teman yang lainnya berdiri sambil membawa kue dan bernyanyi lagu happy birthday.
Aletha berlari menghampiri mereka dan langsung memeluk Bastian.
"Gimana? Keren kan?" tanya Bastian sembari mengusap rambut panjang Aletha sementara Aletha mengangguk di dalam dekapan Bastian.
"Lo gak asik ah, pagi-pagi udah buat gue nangis," ucap Aletha sembari melepas pelukannya dan menghapus sisa air mata yang ada di sudut matanya.
"Ditiup dong, Tha," kata Vania yang sudah berdiri di samping Bastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressed [Completed]
Teen Fiction[Sudah Terbit] Aku tau cerita tentang cowok dingin itu basi. Tapi mungkin, kalian ingin mengetahui, bagaimana perjuangan Aletha yang selalu berusaha mencairkan es yang ada di dalam tubuh si manusia jelmaannya. Dan mungkin, kalian ingin membaca, te...