"Udah."
Aletha menenggelamkan wajahnya di dada bidang Alfa dengan tangannya yang melingkar sempurna di pinggang Alfa. Mereka sama-sama merasakan kenyamanan dan mereka seolah meluapkan kerinduan yang ada.
Saat Aletha berusaha melepas pelukannya, Alfa malah semakin mempereratnya. "Jangan dilepas, Tha."
Aletha ingin melepasnya bukan karena ia tidak suka. Ia sangat menyukai berada di dalam dekapan mahluk yang satu ini. Tetapi ia tidak ingin, kalau Alfa mendengar detak jantungnya yang sangat cepat.
"Tha, gue minta maaf," kata Alfa sembari ia menaruh dagunya di atas kepala Aletha dan sekarang, Aletha bisa merasakan napas Alfa mengenai rambutnya.
"Kombi enggak salah, mungkin kombi waktu itu memang lagi kesel sama Aletha," jawab Aletha.
Semakin lama, pelukan mereka semakin erat. Entah, mungkin mereka memang sedang melepas rindu yang selama ini terpendam.
"Tha, bolos yuk?" tanya Alfa sementara Aletha langsung melepas pelukannya dan menatap mata hijau Alfa dengan sorot yang tajam itu.
"Bolos? Ga berani ah, Aletha masih murid baik-baik, tidak ada kata bolos di dalam kamus Aletha," jawabnya tegas membuat Alfa tersenyum sedikit.
Ah, akhirnya Aletha dapat melihat senyuman itu lagi.
"Pencitraan doang," kata Alfa membuat Aletha mendelik tidak suka lalu ia mencubit pinggang Alfa. Sementara Alfa hanya terkekeh melihat reaksi gadis di depannya ini.
Tanpa menghiraukan perkataan Aletha, Alfa menarik lembut tangannya untuk mengikuti langkahnya. Dan Aletha hanya bisa pasrah dengan keadaan seperti saat ini, saat dimana Alfa menarik tangannya dengan lembut dan tidak kasar.
Karena ini masih pukul setengah 7 pagi, jadi murid-murid masih berlalu-lalang di halaman IPHS. Entah itu untuk caper dengan kakak kelas atau mereka memang sengaja berlalu-lalang untuk bisa melihat seorang manusia dingin sedang menggenggam erat seorang gadis cantik dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Pacaran?" Sebuah suara memasuki telinga mereka berdua lalu mereka menoleh dan mendapati sekumpulan anak perempuan yang menurut Alfa sangat tidak pantas untuk dilirik.
"Urusannya apa?" kata Alfa dingin dengan wajahnya yang datar. Aletha mendadak menoleh ke arahnya dan menatap lekuk wajahnya dari samping. Aletha nampak bingung, baru saja Alfa menampilkan senyumannya dan berkata manis, tetapi sekarang sudah kembali datar dan dingin lagi. Ah, Aletha bingung.
"E-enggak ada, kita pergi dulu." Anak perempuan itu pergi meninggalkan mereka berdua yang sekarang sudah berada di gerbang IPHS dan Alfa kembali menampilkan senyumannya. Sementara Aletha menatapnya bingung.
"Bentar deh," kata Aletha membuat langkah mereka berdua terhenti dan Alfa menoleh, lalu menatap si pemilik rambut cokelat itu.
"Kenapa?" tanya Alfa dengan lembut dan tidak terkesan dingin. Ya, Aletha tambah bingung.
"Kenapa tadi waktu ngejawab pertanyaan cewe-cewe itu, kombi jadi dingin lagi? Padahal sebelumnya, kombi udah ngomong lembut kan?"
Alfa melepas genggamannya dan mengacak pelan rambut Aletha. "Lembut gue buat lo. Bukan orang lain."
Tidak, Aletha pasti salah dengar. Tidak mungkin kalau itu Alfa yang mengatakan, pasti Alfa sedang kemasukan setan. Ah, masa pagi begini sudah ada setan? Sudah, kembali ke topik.
Dan sekarang, Aletha tidak bisa menahan rona merah di wajahnya, ia sekarang sudah terlihat seperti kepiting rebus.
Aletha menempelkan punggung tangannya di dahi Alfa. "Kombi sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Impressed [Completed]
Teen Fiction[Sudah Terbit] Aku tau cerita tentang cowok dingin itu basi. Tapi mungkin, kalian ingin mengetahui, bagaimana perjuangan Aletha yang selalu berusaha mencairkan es yang ada di dalam tubuh si manusia jelmaannya. Dan mungkin, kalian ingin membaca, te...