1.4 || Perasaan

100K 6.2K 206
                                    

Aletha menghembuskan napasnya pelan, lalu menutup matanya untuk menghilangkan sedikit rasa perih di tangannya.

Ia sampai di rumah beberapa menit yang lalu sekitar pukul 10 malam. Beruntung, karena Atha dan Kila sudah tertidur jadi Aletha tidak perlu disambut dengan berbagai macam pertanyaan karena ia pulang larut malam.

Darah segar yang masih mengalir dapat ia rasakan , ia sendiri tidak berani untuk melihatnya. Ia berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil lap basah, lalu dihilangkan perlahan darah yang ada di sikunya tanpa melihatnya. Setelah ia rasa darahnya sudah berhenti mengalir, Aletha langsung berjalan menuju ranjangnya dan mulai memejamkan matanya. Sedetik kemudian, ia sudah berada di alam mimpi.

"ASTAGAAAA!!!!" teriak Atha yang sangat mengusik ketenangan Aletha. Aletha mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya lampu dan ia langsung menegakkan tubuhnya sambil mengusap wajahnya. Lalu Aletha mencoba melirik jam di sebelahnya. Pukul 02.20 pagi. Dan Atha masih sempat-sempatnya berteriak.

"Kenapa sih bang, ganggu Aletha tidur aja!" kata Aletha kesal.

"Kasur lo banyak darahnya, kampret!" Aletha langsung melirik takut-takut ke sekitar kasurnya, banyak bercak darah yang terdapat di kasurnya yang beralaskan seprai berwarna putih.

Pantesan ini abang teriak-teriak. Batin Aletha.

Aletha menghembuskan napasnya. "Terus kenapa bang?"

Atha melirik tangan kanan Aletha lalu ia berkata, "Jatoh dimana?"

"Kesandung batu."

"Kenapa lo hobi banget jatoh? Gue sama papa mama perasaan ga punya hobi kayak gitu," jawab Atha bingung.

"Panci tuh yang punya hobi jatoh," kata Aletha asal.

"Terus hubungannya sama lo apaan bege!"

"Ya gatau," kata Aletha lagi.

"Hubungannya panci sama lo itu apa? Kasi tau gue," paksa Atha sambil mengguncangkan tubuh Aletha.

"Apaan sih bang, Aletha sama panci gaada hubungannya. Kenapa malah ditanya lagi?" ucap Aletha kesal.

"Trus kenapa lo bilang kalo panci yang punya hobi jatoh?" tanya Atha lagi membuat Aletha mendengus.

"Ya tuhan, kenapa Aletha punya abang ogeb bener ya," kata Aletha membuat Atha mendelik tidak suka.

"Ogeb-ogeb gini yang penting ganteng," sahut Atha kepedean.

"Najis! Udah ah Aletha mau lanjut bocan dulu, nanti jam setengah 6 bangunin ya." Baru saja Aletha ingin menarik selimutnya, tangan Atha menghentikannya.

"Aletha gaada hubungannya sama panci, oke?" Kata Aletha sebelum Atha mengeluarkan kata-kata.

"Sekarang bukan panci lagi, tapi Alfa ya?" tanya Atha seolah memang begitu kenyataanya. Aletha langsung bersandar di kepala ranjang mendengar kata yang diucapkan Atha. Yang tepat sasaran.

"Bukan kok, kan kesandung batu terus jatoh," jawab Aletha tanpa berani menatap mata Atha, karena Atha sangat pandai mengetahui kapan Aletha berbohong.

"Karena lo ngejar Alfa kan?" Aletha mendongak lalu ia menautkan kedua alisnya. Bagaimana Atha bisa mengetahuinya? Padahal kan ia tidak memberi tahu Atha.

"Alfa ngeline gue, dia bilang maaf karena udah buat lo jatoh."

Tunggu sebentar, Aletha tidak salah dengar kan? Alfa meminta maaf. Garis bawahi, Alfa meminta maaf. Garis bawahi itu. Ternyata seorang manusia jelmaan masih memiliki rasa bersalah.

"Alfa minta maaf?" tanya Aletha seolah ia tidak percaya.

"Iya, perlu bukti apa sih, sama abang sendiri ga percayaan amat," decak Atha.

"Gak perlu, Aletha percaya kok sama abang Atha yang satu ini," jawab Aletha sembari memeluk Atha yang masih berdiri.

Atha melepas tangan Aletha dari pinggangnya lalu menangkup wajah Aletha dengan kedua tangannya. Jantung Aletha berdebar kencang.

Jangan-jangan gue suka sama bang Atha. Batin Aletha.

Aletha habis menangis kemarin malam, dan ia tahu bahwa matanya sembab.

"Lo nangis?"

BOOM! Tepat sasaran sekali.

"E-enggak k-kok."

"Berapa kali sih gue bilang, kalau lo gak pinter bohongin abang lo sendiri," kata Atha yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Aletha.

"Alfa lagi?" tanya Atha dan Aletha mengangguk.

Atha menghembuskan napasnya pelan, melihat mata Aletha yang mulai memanas, ia merengkuh tubuh adiknya. "Gue gangerti harus gimana, karena kalau lo udah ada di lingkaran hidup dia. Bakal susah buat keluar, Tha," kata Atha sambil mengusap rambut panjang Aletha.

"Aletha juga bingung, Aletha udah berusaha biar enggak ada lagi di kehidupan dia. Tapi kejadiannya malah kita selalu ketemu," ucap Aletha sambil terisak di dada bidang Atha.

"Berhenti nangisnya yah. Sekarang gue mau tanya, lo suka sama dia?" tanya Atha pelan tetapi Aletha masih mendengarnya.

"Aletha enggak tau, perasaan Aletha ke dia sekarang itu perasaan benci. Tapi Aletha suka takut kalau rasa benci Aletha ke dia malah berubah jadi perasaan yang lain bang, Aletha takut," isak Aletha di dada bidang Atha.

"Tenang, gaada salahnya kalau perasaan benci itu berubah jadi perasaan yang lain. Inget kata pepatah? benci dan cinta itu beda tipis, Tha. Lo gaperlu takut, gue yang bakal jagain lo dari manusia yang selalu lo bilang jelmaan itu. Inget kan, lo punya abang yang kekuatannya ngalahin teriakan ibu kos kalau nagih utang," kata Atha menenangkan yang membuat Aletha mengangguk.

"Tapi, Aletha gamau kalau perasaan itu berubah. Abang lihat kan, sekarang aja Aletha udah kayak gini," kata Aletha lirih.

"Abang tau, selalu tau apa yang kamu takutin. Alfa bukan orang jahat ataupun kejam. Dia cuma bingung gimana cara memperlakukan wanita."

"Aletha pasti bisa kan buat perasaan itu ga berubah?"

"Selama lo masih ada sama dia, perasaan itu bakal berubah kapan aja. Kecuali lo emang mutusin buat ga peduli sama dia dan pergi dari dia," jawab Atha membuat Aletha hanya bisa mengangguk.

"Abang," panggil Aletha membuat Atha menunduk.

"Kenapa?" tanya Atha lembut.    

"Aletha kangen Kak Erik."

****

a.n

Hai gengs, yuhuu kembali lagi dengan cerita alay ini, hehe. Kasih saran atau komentar tentang cerita ini ya. Jangan lupa juga kasih vote, jangan cuma di baca saja:)

 Jangan lupa juga kasih vote, jangan cuma di baca saja:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceritanya, siblings goals gitchu.

Btw, selamat malam semua, begadanglah hari ini dengan berteleponan ria dengan gebetan.

Salam sayang, Kei.

Impressed [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang