HIV Aids?

4.8K 523 16
                                    

Guysss, maaf banget ya, tapi troublenya gaakan diulang-ulang kok, ga akan bertele-tele jugaa, kalian belum baca lebih lanjut sih.. baca deh:”) ohiya, kayaknya bakalan 20 chapter aja deh.............gataudengg:”3 meheheh

Enjoy!

***

Clastta pov’s.

Krekk.

Pintu itu terbuka. Cepat, aku menengok ke belakang.

“Oh. Hi, Harry.” Ucapku dan memberikan senyuman yang paling indah.

“Kau sudah tidak menangis?” Balasnya.

Jujur, aku tidak mau balasan itu. Aku kan mau minta maaf. Lelaki memang seperti itu semua ya.

“Kau.. mau aku menangis terus hah?” ucapku genit, mendekatinya dan langsung sok—merapihkan hoodienya.

“Kau.. menggoda hah?” ucap Harry dengan tawa kecilnya dan memegang pinggang-ku.

Aku hanya tertawa kecil.

Wajah kami semakin dekat

Dekat

Dekat dan..

Seketika Harry memutar matanya kesal.

Ada apa ini?

“Hey, what’s wrong?” ucapku bingung yang tiba-tiba dia menjauh dan melepaskan pengangannya dari pinggangku, berlari kecil ke balkon dan menaruh ponselnya di telinganya.

“Argh.”

                                                            ***

Emerald pov’s

“HIV, dok?” aku membulatkan mataku tidak percaya. Masih dengan menatap dokter itu yang sedang serius pula menatapku.

Wajahku mulai menunduk. Tidak terasa, ada butiran air mata yang turun dari kelopak mataku.

Se-berdosa itukah aku hingga aku bisa mendapat cobaan sebesar ini? It’s hurt, God.

Ucapku dalam hati masih dengan isakan yang tidak terdengar.

“Saya harap, anda bersabar nyonya.” Ucap dokter itu dengan tatapan prihatinnya.

Dan aku masih tidak percayaa dengan apa yang aku alami.

“Ba-baiklah. Jika begitu, terimakasih ya dok.” Ucapku dengan mengusap air mataku.

Aku keluar dari ruangan dokter dan terus memikirkan ucapan dokter tadi yang membuatku mati berdiri.

“Anda... terkena virus HIV Aids, nyonya Emerald.”

“Hah? Jika begitu, bagaimana bisa saya terkena virus HIV tersebut, dok? jawabku dengan tidak percaya dan berusaha meyakinkan dokter bahwa dia sedang me-prank ku

“Jika dilihat, ini karena.. anda sering melakukan sex bebas, nyonya.”

“W-wha—what?” aku menjatuhkan kepalaku. Tubuhku lemas. Ini lebih lemas daripada yang biasanya. Aku merasa, diriku langsung down.

Aku menghapus air mataku lagi yang turun terus menerus. Aku tidak sedih. Aku tidak bahagia. Aku tidak panik. Aku tidak kaget. Aku flat. Aku merasa, tubuhku sehat. Tetapi.. aku tidak menyangka ini semua. Batinku yang masih mengeluarkan air mataku dengan isakan dengan volume rendah.

Last December[Sequel To The France]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang