AUTHOR POV
Woojin menyenderkan punggungnya ke sofa dan menghela kasar menekan pelipisnya yang terasa berat.
"Gue masih ga percaya. Gue perlu liat bukti itu" Woojin berbicara pelan.
"Cerita gue udah cukup bukti. Selesein semuanya sekarang kalo gak, gue bisa bilangin ke ayah biar lo bisa rasain dipisahin kaya gimana. Dan jangan kasih tau Hyungseob yang sebenarnya" Youngmin pergi ke kamar mandi.
.
Woojin mengambil kunci motornya serta jaket.
Call : Seobie🌱
'Halo?' Suara di sebrang sana
'Ke lapang sekarang'
Tak lama, Hyungseob datang dan berdiri berhadapan dengan Woojin. Woojin bahkan tak bisa menatapnya. Ini menyakitkan untuknya juga. Ia tak ingin melepaskan Hyungseob.
Hyungseob terlalu berharga untuknya.
"Gue mau tanya sesuatu yang mungkin lo gamau jawab. Tapi gue mohon sangat mohon lo jawab sekarang" Tatapannya dan suaranya tegas padahal sebenarnya Woojin sangat gugup.
"Apa nih?" Hyungseob bertanya dengan tersenyum yang membuat Woojin semakin tak ingin pisah dengannya.
"Sebutin nama ayah dan nuna lo"
"Kan udah tau. Lagian gue gapunya nu-"
"Gue tau lo ngerti apa yang gue maksud" Potong Woojin.
"Kenapa tiba-tiba? Tau dari mana? Aaaaah.. Hyung lo ya?" Hyungseob merasakan aura serius sekarang.
"Jawab aja"
"Gue gak inget"
"Jawab"
"Ahn Sungmoo dan Ahn Seora" Jawab Hyungseob gugup.
Woojin menatap Hyungseob tajam seperti saat dulu. Bahkan kali ini lebih menyeramkan.
Hyungseob menyadari tatapan itu dan merasakan ada yang tidak beres.
"Kenapa sih?" Ia mencoba memegang tangan Woojin namun ditepisnya. Hyungseob semakin yakin ada yang tak beres apalagi dengan tatapannya Woojin yang benar-benar mengganggu."Kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi gini?"
Woojin tak sanggup mengatakan semuanya bahwa ia harus mengakhiri hubungan ini. Perlahan ia memegang tangan Hyungseob dan mendekatkan dirinya untuk memeluk Hyungseob kemudian. Hyungseob pun keheranan dengan tingkahnya.
Tak disangka, Woojin meneteskan air matanya di bahu Hyungseob. Hyungseob bisa merasakan airnya merembes ke kaos yang ia pakai.
Hyungseob tak tau masalahnya apa sampai Woojin bisa menangis seperti ini. "Kenapa? Ada masalah?"
Hyungseob mendorong bahu Woojin agar ia bisa melihat wajahnya.
"Kita udahan aja"
Hyungseob mematung mencerna perkataan Woojin barusan. Ia mengerutkan dahi menatap Woojin tajam. Sedangkan Woojin menunduk menyeka air matanya.
"Maksudnya?"
"Lo tau maksud gue. Kita akhiri aja" Woojin menatap Hyungseob walaupun sebenarnya tak ingin melihatnya sedih.
Woojin menyadari bahwa tangan Hyungseob bergetar seperti ketakutan. Ia bisa melihat kaki Hyungseob pun tak ingin menahan tubuhnya lagi.
"Kalo mau bikin surprise gausah sampe akting kaya gini dong. Mana kaos gue basah lagi. Gue ganti dulu ya" Hyungseob hendak ke rumahnya namun ditahan oleh Woojin.
Woojin menatap Hyungseob dalam. "Kita udahan aja. Mulai sekarang."
Hyungseob mengerutkan dahi heran menatap Woojin. Ia sangat terkejut mendengar apa yang Woojin katakan.
"Kita harus putus sekarang" Woojin memperjelas semuanya.
Tangan Hyungseob terlihat jelas bergetar tak terkontrol.
"Gue gangerti" Ucap Hyungseob lirih
"Lo ngerti"
"GUE GA NGERTI KENAPA LO TIBA-TIBA KAYA GINI!" Tak tahan lagi.
"Kita harus putus. Semua ini cuma main-main. Lo pikir gue serius sama lo?" Woojin mengambil jaketnya yang ia simpan daritadi di bangku lapang dan hendak menuju motornya.
Hyungseob benar-benar menjadi patung. Ia tak mengerti situasinya. Mengapa Woojin-nya berkata begitu. Ia sungguh tak mengerti. Ia ingin menangis sekeras-kerasnya dan marah dihadapan Woojin.
Hyungseob menahan tangan Woojin saat ia hendak pergi. "Tunggu jin. Lo mau kemana? Gue ga ngerti. Gue gamau putus. Ujin plis" Air mata juga sudah berkumpul di mata Hyungseob. Ia tak tahan menahannya. Mereka memberontak ingin keluar.
Woojin menepisnya lagi dan menaiki motornya. Menyalakan mesinnya.
"Gue ga ngerti jinn. Gue gamau putus. Gue gak mauuuu" Pipi Hyungseob penuh dengan air mata yang mengucur deras.
"Ujinnn. Gue salah apa? Kalo gue salah lo kan bisa bilang. Gue minta maaf""Lo kenapa sih masih gangerti? Udah gue bilang kalo gue cuma main-main"
"Bohong!" Masih dengan isakan yang semakin menjadi sambil menahan tangan Woojin agar tak pergi.
Jangan nangis lagi sayang. Gue gasuka.
"Gue minta maaf. Gue salah apa? Gue minta maaf jin. Jangan pergi" Air mata itu tak henti-hentinya turun.
Woojin menggenggam tangan Hyungseob dan perlahan melepaskannya dari tangannya. Tangan hangat itu. Tangan hangat yang memeluk dan menggenggam Hyungseob agar mendekat kini digenggam untuk dilepaskan.
"Jangan pernah nge-LINE atau nelepon gue. Jangan pernah lagi dateng ke rumah gue. Lo bikin gue muak" Woojin dengan cepat menggas motornya agar Hyungseob tak menahannya lagi dan Woojin harus melihat air mata itu lagi lebih lama.
"UJINN!! JANGAN PERGI!" Isaknya tak berhenti.
Hyungseob merasa sangat lemas. Ia menjatuhkan dirinya ke lantai semen lapangan yang dingin itu. Ia melihat cahaya motor Woojin semakin mengecil dan menjauh. Dadanya sangat perih. Semua energi dalam dirinya hilang.
Youngmin. Ia sedari tadi berdiri di balik jendela rumahnya memperhatikan Woojin dan Hyungseob. Ia tak menyangka Woojin akan mengakhirnya dengan kejam seperti itu. Ia tak sanggup melihat Hyungseob menangis di depan matanya lagi. Ia ingin keluar dan memeluk Hyungseob. Menenangkannya dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Tapi ia tak bisa. Jadi ia memutuskan untuk mengurung diri di kamarnya.
..
SEKALI LAGI MAAPKAN GUEㅠ,ㅠKalo bacanya peka, pasti tau endingnya bakal gimana.
Btw. Kembaran Sohye ini bawa cerita baru hehe 😳
Ya kalo ada ide mah kan jangan disimpen-simpen;( mending keluarin aja yegak?.
Mampir kuy siapatau suka.
Don't forget vomment. I wuf u gais💕
YOU ARE READING
DEAD LEAVES [JINSEOB]✔
Fanfic[Private beberapa chapter^^] Iya? - ahs Gak. - pwj *WARN* boyxboy kalo gasuka ya "naga juseyo" Bahasa campuran Start June 09, 2017 End October 22, 2017