part 10

15.3K 559 4
                                    

kak gabriel benar-benar membutikan perkataannya bahwa dia sudah membuka hatinya untukku,sikapnya berubah 100% yang dulunya nyeselin dan suka menganggu ketenangan orang,sekarang romantis perhatian dan peka, aku jadi tidak enak jika memperlakukannya tidak seperti seorang suami,tapi jika aku balas seakan aku merasa berdosa,aku tidak tau berdosa kepada siapa

"huufsss nyamanya"ucapnya sambil memelukku,hatiku belum nyaman diperlakukan begini,walau hampir tiap hari dia memelukku,aku menggerakkan bandanku

"biarkan sebentar,hari ini aku sangat lelah"ucapnya semakin erat memelukku

"kak aku harus memberi asi josheva"keluhku

"dia tidak menangis,berarti dia belum haus"ucapnya

"apa tunggu manangis dulu baru di beri asi gitu? udah ah lepasin,jangan manja"ucapku menarik tangannya dari perutku,pastinya dia tidak akan membiarkanku melepaskannya

"apa kita minum-minum aja kali ya,supaya kamu liar seperti waktu kamu mabuk"ucapnya,what? liar? apa benar ucapnya itu,aku belum bisa mengingat kejadian itu,tapi apa benar aku seliar ucapanya

"jangan mengada-ada,aku tidak mungkin seperti itu,kalau pun ia,itu saat mabuk,dan aku tidak tau apa-apa"ucapku malu

"apa saat sadar kamu mampu?"godanya lagi,ini bukan kali pertamanya dia menggodaku,aku selalu kehabisan kata-kata jika dia sudah menggodaku,baru saja aku ingin membalas godaanya dengan cetus tapi dia sudah membungkam bibirku. apa kalian tau apa yang kurasakan saat bibirnya menyetuh bibirku?omg kenapa rasa cinta belum juga datang,aku sangat terkejud saat dia menciumku,walau aku memberontak itu tidak ada gunanya dia jauh lebih kuat dariku,setelah kehabisan nafas barulah dia melepaskan bibirku

"jangan pernah melakukan itu lagi tampa persetujuanku"ucapku menjauh darinya, walau tidak ada yang marah dan melarang kami untuk jatuh cinta,tapi sangat sulit bagiku mengubah pandanganku pada kakakku dan juga suamiku ini

"apa yang salah jika aku melakukan itu padamu?kamu yang akan berdosa jika tidak melakukan tugasmu"ucapnya

"aku sudah memberikanmu seorang anak,apalagi?"cetusku

"anak dan kebutuhan itu berbeda"ucapnya aku kembali terdiam bisu tidak tau harus menjawab apa,kami sering berdebat kecil dari dulu sampai sekarang itu sudah kebiasaan kami

"saat kak jooana meminta kakak menikahiku apa kakak tidak terkejut?"tanyaku

"tidak"jawabnya,keningku jadi berkerut mendengar jawabannya

"why?"tanyaku lagi,jawabannya kali ini membuatku semakin terkejud

"karena sebelumnya dia juga sudah pernah memintaku untuk menjadikanmu istri keduaku"jawabannya

"sebelum kak jooana divonis kanker?"tanyaku,kak gabriel mengangguk, apa yang difikirkan kak jooana sampai meminta hal yang tak masuk akal begitu

"kak jooana kenapa sampai segitu antusiasnya menjadikanku istri kakak?"tanyaku

"aku juga gak tau,mungkin hanya kamu yang di percaya dari sekian teman-temannya"jawabnya

"kenapa kak jooana selalu melibatkanku dengan rumah tangganya,saat kalain berantem aku juga yang turun tangan,saat terjadi apa-apa aku yang selalu dihubungkan,aku gak tau apa artinya ini"ucapku bingung

"sudahalah, tidak perlu mikir panjang-panjang,intinya semua itu sudah takdir"ucapnya

"aku tidak semudah itu yang dapat menerima takdir"ucapku

"apa aku tidak memenuhi kriteria untuk jadi suamimu?apa karena aku lebih tua 10 tahun darimu?"tanya kak gabriel mulai serius

"aku tidak memeliki kriteria atau apapun untuk jadi suamiku"jawabku

"so,apalagi yang kau fikirkan?perasaan itu tidak akan datang jika kamu selalu menutup hatimu"ucap kak gabriel,ucapanya benar,hanya aku tidak tau bagaimana caranya membuka hatiku padanya

"aku tidak tau bagaimana caranya kak"jawabku, dia hanya tersenyum lalu kembali memelukku

"apa kau percaya suami istri yang sudah melakukan akan saling membutuhkan"bisiknya membuatku merinding

"jangan mengada-ada aku tidak pernah mendengar hal itu"ucapku

"kalau kau tidak percaya coba saja"godanya aku jadi terdiam,apa benar begitu?

"ikuti aku,katakan saja jika kau tidak nyaman ini tidak akan sesakit saat aku mengambilnya darimu"ucapnya lalu menciumku,cukup lama dia menyerangku dengan ciumannya yang membuatku risih

"cobalah membalas,ketidak nyamanan itu akan hilang"bisiknya disela sesi ciumannya,aku pun mulai menggerakkan bibirku dan membalas ciumannya,dan hasilnya aku bangun dengan keadaan mengenaskan,badanku pegal,dan dibawah sana sedikit perih

"morning"ucapnya keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk di pinggangnya, pemandangan ini tidak pernah kusaksikan sebelumnya roti sobek terbentuk sempurna diperutnya , apa yang terjadi pada diriku? tidak mungkin secepat ini,mustahil

"kamu kenapa?"tanyanya melihatku diam saja melihatnya berdiri dihadapanku,aku hanya menggeleng

"aisss"keluhku saat aku ingin turun dari ranjang,perihnya semakin terasa jika aku bergerak

"kenapa?apa masih sakit?"tanyanya memegang lenganku lalu menggendongku kekamar mandi,bukannya dia sudah mandi?

"aku sudah melahirkan 1 anak,seharusnya tidak sesakit ini "ucapku

"setalah melahirkan kamu tidak pernah melakukannya jadi wajar saja"ucapnya "ayo aku bantu"ucapnya membantu kembali keranjang setelah aku selesai mandi

"jangan kemana-mana dulu,sakitnya gak akan lama"ucapnya lalu keluar dari kamar, untung ini weekend kalau tidak dia pasti meninggalkanku setelah berhasil membuatku kesakitan

"aku tidak akan hamilkan?"tanyaku dengan polosnya sambil memakan roti yang dibawanya kekamar

"aku tidak tau"jawabnya,apa dia tidak memasktikan lebih dahulu? kenapa dia ceroboh?

"kalau aku hamil lagi gimana? josheva masih sangat kecil, umurnya masih 4 bulan"protesku,diamalah tertawa

"tidak,aku jamin tidak"ucapnya,aku berafas lega,aku tidak bisa membayangkan jika aku hamil lagi, bagaimana dengan josheva

"hamil? zara dengar ada yang hamil apa itu aunty?"tanya zara masuk kekamar

"tidak,tidak ada yang hamil"jawabku cepat, semoga anak ini tidak mendengar pembicaraan kami sebelumnya

"kirain aunty"ucapnya tersenyum

"kamu ada-ada saja"ucapku,dia pun mendekat padaku sambil memberikan minuman yang dibawanya

"kamu gak jalan-jalan?"tanyaku

"gak ma"ucapnya,aku terkejud mendengar jawabanya,apa aku salah dengar? aku melihat kak gabriel,dia malah tidak mengerti maksud pandanganku

"cleo mana?"tanyaku

"masih mandi,dia tadi nyari mama"jawabnya,benar aku memang tidak salah dengar,panggilannya padaku sudah berubah,mataku berkaca-kaca aku sangat terharu mendengar zara memanggilku mama

"mulai saat ini aku akan memanggil mama, panggilan aunty tidak cocok buat bidadari sebaik mama"ucap zara mengerti dengan air mataku,aku memeluknya dengan rasa haru dan bahagia,saat aku menerima kak gabriel aku juga menerima panggilan yang sah dari anak kak gilbert,thanks god, aku benar-benar bahagia.

Dia kakakku dan juga suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang