Time11 : 04.00 PM

71 17 8
                                    

Dan, lagi-lagi penglihatanku berubah menjadi tempat dimana langit-langitnya sebagai perputaran jam dan sebagai pencerah tempat gelap ini. Aku melihat Time duduk sembari bersenandung kecil, aku yang melihatnya langsung bangun, dan duduk di sampingnya.

"Time?!" tanyaku heran.

Time menatapku. "Apa?"

"Kenapa ... kenapa Callisto terlihat tampan?"

Dia mengernyitkan alisnya. "Hm? Memangnya kau kira Callisto seperti apa?"

"Lebih jelek dariku!"

"Bodoh! Kalau dia jelek, kenapa dia punya pacar? Dia dari dulu tampan! Bahkan, kau meniru keseharian Callisto untuk menjadi tampan!"

Aku yang awalnya hanya bisa mengangguk kepala, langsung tersontak kaget. "APA?! Benarkah itu?"

Time menganggukkan kepalanya, "Tentu saja!"

"Astaga! Betapa malunya diriku hidup meniru sahabatku sendiri, lalu bagaimana dengan keadaan Vellina?"

Time berpikir sejenak, "Dia baik-baik saja!"

"Syukurlah, kenapa aku waktu dulu sangat payah? Ugh---"

"Kau memang payah, bodoh! Omong-omong, kau mau masuk ke memori berikutnya?"

"Memangnya memori apa?"

Time mengetukkan jari telunjuknya di dagu. "Hm, karena aku suka dengan topik Callisto yang membuat dirimu dipermalukan, bagaimana dengan awal pertemananmu dengan Callisto!"

"TIDAK!" Bantahku ketika aku mendengar nama Callisto disebutkan.
"Kenapa?" Time menampakkan ekspresi bingungnya. "Bodoh! Bersiap dan mulai!"

Time langsung menyentilkan jarinya ke dahiku membuat diriku tersontak kaget, dan pemandangan yang terlihat berubah menjadi pemandangan langit yang sangat cerah. Aku berdiri di atas rerumputan, lalu aku melihat seorang anak kecil tengah duduk sembari mengayunkan kakinya.

Aku mendekat, dan seperti dugaanku, bahwa itu diriku sendiri. Shelton yang tengah duduk. Ia tampak menunggu seseorang, atau itu memang benar. Sebab, aku melihat seorang anak laki-laki yang lebih besar tubuhnya dari Shelton berambut pirang mendekat.

"Maafkan aku, Shelton!" Ucap Veltos, sembari membungkuk, karena mengatur nafasnya yang mulai ngos-ngosan karena sehabis berlari.

"Maaf? Maaf kenapa?" tanya Shelton kecil, bingung.

Veltos sudah berdiri, ia langsung tersipu malu membuatku heran. "Mm ... Lesley mengajakku kencan, sepertinya. Dan hari itu bertepatan dengan hari ini, hari dimana kita sudah memutuskan untuk bermain bersama di taman ini!"

"Lalu?" tanya Shelton yang tampak bingung.

"Arghh!" Veltos langsung mengacak-acak rambutnya. "Aku sangat sulit untuk menjelaskannya. Bagaimana dengan ini! Aku akan kencan hari ini, tapi sebagai bayarannya, aku akan mengajakmu bermain, tapi bukan hari ini, lain kali! Boleh, tidak?"

Aku berpikir sejenak, siapa gerangan Lesley ini sampai-sampai membuat kakakku tidak ingin bermain denganku. Aku melihat Shelton langsung mengangguk, membuat mataku terbelalak. Ia dengan mudahnya menerima hal tersebut.

"Janji ya, Kak!" Ucap Shelton.

Veltos mengangguk, "Aku janji!"

"Titipkan salamku pada Lesley!"

"Oke!"

Veltos langsung berlari meninggalkan Shelton, setelah ia berbelok, sosok Veltos menghilang. Dan sekarang aku menatap Shelton yang kelihatan cemberut. Ia memakai seragam sailor, dengan celana pendek selutut berwarna biru, kerah berwarna biru, seragam yang berwarna putih, dasi berwarna kuning, dan ditambah kaus kaki berwarna putih, dan sepatu yang hitam menandakan dirinya sebagai anak yang berasal dari kalangan konglomerat.

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang