Time4 : 09.00 PM

109 19 4
                                    

Aku terbangun, dan dengan refleks langsung duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun, dan dengan refleks langsung duduk. Aku sekarang merasakan degup jantungku berdetak sangat keras, aku menatap ke sekitar, dan saat kepalaku menoleh ke samping kananku, aku melihat Time duduk dengan kepala yang tertunduk. Aku bingung, apa yang terjadi padanya? Padahal dia selalu menyambutku dengan segala macam cara? Dan kenapa dia terlihat murung?

"Time?" tanyaku padanya.

"Ya?"

Aku menatapnya yang masih menundukkan kepala. "Kau kenapa? Apakah terjadi sesuatu padamu?"

Time menggelengkan kepalanya. "Tidak, hanya saja aku merasa kasihan padamu, kau sungguh menderita waktu kecil! Kuyakin, memori mengenai penyiksaan Ibumu terhadap dirimu mulai membekas di otakmu, kan?"

Aku menggelengkan kepala. "Ya, memang benar, tetapi itu tidak apa-apa, karena aku sudah membaca buku pribadiku sendiri!"

Time menyerahkan buku kecil tersebut ke arahku. "Ambillah, ini buku milikmu! Aku sudah lama menyimpannya!"

Aku membelalakkan mata. "Bagaimana kau bisa memiliki bukuku?"

"Cepat ambillah, kalau tidak akan kubuang buku ini!"

"A-apa? Oke, baiklah, terima kasih!" Aku mengambil buku tersebut dari tangannya, aku masih tidak berani untuk membaca buku tersebut, buku yang menjadi saksi dari penyiksaan ibuku terhadap diriku, mataku mulai berkaca-kaca, namun aku langsung menggelengkan kepalaku, agar cairan transparan tersebut tidak jatuh ke pipiku.

"Time?"

"Hm? Ada apa?"

"Bisakah kau memberiku memori yang menyenangkan, agar aku mudah melupakan memori sebelumnya?"

Time berpikir sejenak, "Ada! Satu memori yang pasti membuatmu bahagia! Yah, mungkin ini awal kehidupan barumu!"

Aku membulatkan mataku dengan sempurna. "Apa itu?"

"09.00 PM. Aku sangat menyukai memori ini! Bersiaplah!" Time langsung menyentilkan jarinya ke dahiku tanpa persetujuan dariku. Pikiranku tiba-tiba beralih, dan begitu juga penglihatanku.

Setelah mengedipkan mata berkali-kali, aku sudah beradaptasi dengan tempat yang dipenuhi oleh barang-barang rumah, vas, sofa, dan lain-lain. Aku baru menyadarinya bahwa ini adalah rumahku, yang pernah kulihat ketika umurku masih berusia empat tahun.

Aku berjalan, dan duduk di sofa, sembari memikirkan kenangan penyiksaan yang dimulai di ruang tamu ini. Lalu, aku melihat sosok Shelton berjalan, dan duduk di sampingku, ia menghela nafas berat sembari memijit pelipisnya. Aku yang melihatnya hanya bisa mengungkapkan ekspresi bingung.

"Apa yang dia lakukan?" Gumamku.

Shelton lalu merogoh saku jaketnya, mengambil handphone dan mulai mengetik sesuatu. Aku mendekat untuk melihat apa yang diketiknya di benda persegi panjang berwarna putih tersebut.

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang