Ch 12: Pilihan (masa lalu Sindy Olivia)

124 41 42
                                    

Cerita ttg masa lalu Sindy Olivia, skaligus rahasia hidupnya. Pnasaran? Langsung baca aja.

Aku sudah putus asa, bagiku hidup ini adalah kutukan. Aku terus berpikir bahwa aku bukanlah siapa-siapa, dan aku tidak punya harapan lagi. Awalnya aku sangat antusias untuk belajar dan meraih mimpi, akan tetapi ketika orang tuaku dibunuh, harapan, mimpi dan keinginan itu sudah sirna bagiku.

Aku bukanlah siapa-siapa lagi, dan aku tidak ingin apa-apa lagi. Hanya satu saja keinginanku, yaitu balas dendam kepada orang yang sudah membunuh orang tuaku. Tapi, aku sempat bingung ketika mengetahui pelaku dari kasus ini. Haruskah aku balas dendam kepada sahabatku sendiri? Aku sangat bingung, tapi ketika aku mengetahui kejahatan dari ayah Putri, aku tidak punya pilihan lagi. Aku tidak tenang ketika mengetahui semua kejahatan ayah Putri.

Saat itu...

Aku berencana menemui pamanku saat ini, karena aku sedang kesepian di rumah.
"Kedatangan saya ke sini hanya untuk mengajak Anda bekerja sama. Saya tahu, Anda mengetahui pelaku dari pembunuhan yang terjadi saat itu."

"Kerja sama?"

Aku tak sengaja mendengar percakapan pamanku dengan seseorang setelah aku tiba di depan pintu rumahnya, dan aku tak menampakkan diri.

"Anda mengetahui bahwa saya yang membunuh Andre, bukan?"

Tanganku gemetar setelah mendengar nama ayahku disebut oleh orang itu. Aku mencoba untuk menoleh dari balik pintu yang kini terbuka lebar.

"Orang itu" batinku, dan kini seluruh tubuhku terasa bergetar. "Orang yang saat ini bersama dengan paman adalah ayah Putri" rasanya aku ingin segera menghampiri mereka, tapi bahkan untuk melangkah saja kaki-ku terasa kaku. Aku mencoba untuk menenangkan diri dan tetap mempertahankan posisiku saat ini. Aku kembali bersembunyi dibalik pintu dan tetap mendengarkan percakapan mereka.

"Darimana Anda mendapatkan alamat saya?"

"Itu tidak penting, kedatangan saya ke sini hanya untuk kerja sama dengan Anda"

Aku kembali menoleh, dan melihat ayah Putri membuka sebuah tas yang agak besar, dan memperlihatkannya pada paman. Tas itu berisi uang.

Paman tersenyum memperhatikan uang itu.

"Jika uang ini kurang, akan saya tambahkan" ucap laki-laki itu.

"Uang yah... Anda tenang saja. Lagi pula saya sedikit tenang, karena Anda melenyapkan orang yang menghalangi saya selama ini"

"Melenyapkan orang yang menghalangi? Huh, jadi Anda juga tidak menyukai Andre?"

"Tentu saja, meskipun dia adalah kakak saya, tapi dia tetaplah penghalang bagi saya untuk menguasai warisan dari keluarga kami"

Aku mendengar tawa dari percakapan mereka. "Tidak mungkin, paman bukanlah orang yang seperti itu" takutku kembali meliputiku saat ini, dan tak hentinya tanganku tetap gemetar.

"Kalau begitu, saya tidak punya alasan untuk bekerja sama dengan Anda" ucap orang itu.

"Saya tidak pernah berniat untuk membunuh kakak saya, meskipun saya iri. Tapi, kenapa Anda membunuhnya? Anda harus mengungkapkan argumen Anda tentang kasus ini" sahut pamanku sembari tersenyum licik.

"Baiklah, saya tahu kita belum saling mengenal. Tapi, aku dan Andre adalah orang yang berteman"

"Berteman? Lalu, kenapa kau membunuhnya?"

"Hahaha... Bahkan Anda sendiri yang merupakan saudaranya juga membencinya bukan? Saya hanyalah temannya, sakaligus musuhnya" orang itu tertawa kecil dan paman diam sejenak.

Hidup Dalam Mimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang