Ch 10: Rahasia dibalik boneka Danbo (Pelaku)

254 50 143
                                    

Hari dimana kebencian itu datang, adalah hari dimana dendam dalam hatiku semakin panas.
Aku hanya mencoba untuk menahannya dan perlahan dendam itu mulai lenyap. Akan tetapi, ketika melihat wajahnya dendam dimasa lalu kembali teringat dan hasrat untuk membunuhnya semakin kuat.
...

Terdengar suara langkah kaki yang kini hampir memasuki sebuah pintu restoran. Gadis itu tengah membelokkan pandangannya ke segala arah, hingga akhirnya pandangannya terhenti di meja yang telah berpenghuni. Orang yang ingin dia temui.

Gadis itu langsung berjalan melewati beberapa meja untuk sampai pada tujuannya.

"Maaf aku telat" ucapnya lirih sembari menggeser kursi untuk ia duduki.

"Tidak masalah, lagi pula kami belum lama menunggu" sahut Kenzo dengan senyuman palsu. Sungguh sebuah senyuman yang seolah sangat mahal terukir di wajah laki-laki dingin itu.

Lion, Lala dan Virgo yang sedari tadi memperhatikan Kenzo hanya menatapnya heran. "Apa dia menyukai Sindy?" batin Lion bertanya-tanya.

Waktu berlalu beberapa menit dan akhirnya pesanan mereka tiba.
"Maaf karena memanggil kalian malam-malam begini" ujar Kenzo terlihat ramah sebelum ia menyantap makanannya. Laki-laki yang duduk di sampingnya langsung meletakkan tangannya pada dahi Kenzo. "Kau sakit?" gumam Virgo heran. "Apaan, sih!" sahut Kenzo sembari melepas tangan Virgo. "Dasar aneh!" umpat Lala dalam hati.

Lion hanya menatapnya dengan pandangan penuh kebingungan. "Tidak biasanya dia bersikap ramah." Setahu Lion, Kenzo adalah sosok yang dingin dan selalu menunjukkan wajah datarnya.

"Tidak usah sungkan Sindy, lagi pula ini hanya acara makan biasa" ucap Kenzo sembari masih memperlihatkan senyuman palsunya.

"Eh...iya" gumam Sindy menoleh ke arah laki-laki itu. Sebuah pandangan yang terbilang bingung sempat terukir di wajahnya. Tidak biasanya laki-laki itu bersikap ramah dan baru kali ini, laki-laki itu mengajaknya makan bersama. Meskipun menurut Sindy itu adalah sebuah kejanggalan.

Jarum jam yang terus berputar hingga menunjukkan pukul delapan malam dan acara makan mereka telah berakhir. Kini mereka tengah berjalan keluar dari restoran itu.

Perjalanan mereka terbagi ke beberapa arah. Kini Lion dan Kenzo berjalan ke arah yang sama untuk menempuh rumah mereka. Suasana perjalanan yang begitu sepi membuat suara apapun dapat terdengar.

Langkah yang sama dan posisi yang sejajar, meskipun saling berjauhan membuat Lion semakin canggung untuk berbicara. Sebenarnya gadis itu hendak bertanya kenapa ia mengajak mereka makan malam bersama dan apa yang sebenarnya Kenzo ingin buktikan padanya. Namun, ia terpaksa harus menutup mulutnya. Lagi pula Lion bukanlah tipe orang yang terbilang ramah dan bisa dikatakan bahwa dia adalah gadis yang dingin.

Lion hanya terpaksa menerima ajakan Kenzo karena rasa penasarannya tentang kasus pembunuhan Putri. Dan gadis itu tetap menganggap Kenzo sebagai makhluk yang aneh. Meskipun Kenzo mengajaknya bekerja sama dalam menemukan pelakunya, akan tetapi kecurigaannya terhadap Kenzo masih meliputi pikiran gadis itu.

PIKK...!

Tangan gadis itu langsung terseret sontak suara klakson motor yang hampir menabraknya terdengar. Untungnya Kenzo langsung melindunginya dan memeluk gadis itu.

Sekilat saja, Kenzo langsung melepas pelukannya dan kembali ke posisinya semula. "Lain kali jangan suka melamun" ketus Kenzo, namun wajahnya terlihat lebih kuatir. Lion hanya diam tanpa mengerjapkan matanya. Gadis itu memperlihatkan tatapan yang sulit untuk di jelaskan.

Hidup Dalam Mimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang