ABITARA 2: Gino dan Jenny

217 31 9
                                    

Abimanyu kalo tidur nggak pake baju. Ganteng maksimal ❤❤❤

****
Taranaya POV

Aku berlari tergesa-gesa menuju sekolah, SMA Gandhis. Sial! Karena terlalu asik menonton sampai larut malam, aku sampai bangun kesiangan. Jam weker yang sudah ku setel sama sekali tak berfungsi membangunkanku. Terpaksa aku tidak bisa ikut sarapan bersama mamaku dan juga adik-adik kecilku. Padahal mamaku sudah menyiapkan sarapan spesial untukku. Dasar bodoh! Aku menyesalinya sekarang. Yang aku bisa harapkan sekarang hanya roti isi yang sudah aku makan cepat sebagai pengganjal perut.

Aku menaikkan rokku agar aku lebih leluasa berlari. Bahkan saking buru-burunya, disepanjang jalan aku menginjak genangan air dan jadilah sepatuku yang tadinya bersih kini sudah kotor seperti tak dicuci selama berminggu-minggu. Tapi aku tetap melanjutkan perjalanku menuju sekolah, sepatu kotor tak menghalangiku untuk pergi sekolah.

Aku menghembuskan napas lega ketika melihat pintu gerbang sekolah yang berjarak sekita 30 meter dari tempatku belum tertutup sepenuhnya. Hanya tinggal menyebrang dan berjalan sedikit lagi aku sudah ada di sekolah. Aku menoleh ke kiri dan kananku, memastikan situasi aman saat menyebrang. Aku rasa jalanan sudah aman untuk ku sebrangi. Aku pun berjalan cepat saat kendaraan tidak ada yang melintas di depanku.

CITTT!

Aku terkejut setengah mati saat ada sebuah motor melaju dengan cepat ke arahku dan mengerem mendadak saat aku tengah menyebrang. Tangan dan kakiku bergetar sangat hebat, jantungku bahkan sudah berdetak seperti sebuah drum yang sedang dimainkan.

Pengendara motor menghentikan laju motornya sejenak, untuk memastikan aku tidak apa-apa. Ia menatapku dengan seksama, memperhatikan penampilanku dari atas kepala sampai bawah kaki. Hanya saja aku tak dapat melihat wajahnya karena tertutup oleh helm. Aku bisa melihat seragam sekolah yang ia pakai. Ternyata ia satu sekolah denganku. Orang itu sangat aneh, bukannya meminta maaf atau apa, ia malah diam saja seperti orang linglung. Tapi aku bersyukur, sedikit lagi kalau orang itu tidak mengerem tepat pada waktunya pasti aku sudah berada di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama.

"Sori, gue nggak sengaja. Gue duluan, yah," ujar pengendara motor itu tanpa melepas helmnya.

Bibirku masih tak bisa digunakan untuk berbicara karena masih kaget dengan apa yang terjadi tadi. Aku pun mulai tersadar saat orang itu sudah melaju menggunakan motornya, masuk ke sekolahku. Yang lebih mengejutkanku adalah pintu gerbang sudah tertutup rapat setelah beberapa detik motor itu masuk. Dengansekuat tenaga aku berjari seperti orang kesetanan. Persetan orang mau bilang apa, yang terpenting adalah aku bisa masuk sekolah tepat waktu.

"Pak Ahmad! Tunggu, pak. Jangan ditutup dulu," teriakku pada pak Ahmad yang akan menggembok gerbang sekolah.

"Taranaya lagi, Taranaya lagi. Saya bosen ketemu kamu mulu," guraunya dengan nada malas. "Kamu kenapa lagi, huh?" tanyanya.

"Maaf, pak. Saya telat bangun." Aku mencoba menjelaskan alasanku pada pak Ahmad, namun tak terlalu menanggapinya dengan serius. Tapi setelah aku menunjukkan wajah seperti ingin menangis, sepertinya pak Ahmad tak tega.

"Huft, oke, Tara. Kamu boleh masuk. Tapi kamu harus saya hukum karena telat," ujar pak Ahmad sambil membukakan gerbang untukku.

"Makasih, pak," kataku berterima kasih. "Saya dihukum apa, pak?" tanyaku pada pak Ahmad.

"Skot jump sebanyak 25 kali."

"Oke, pak!" jawabku antusias. Aku pun meletakkan tasku di tanah. Ku letakkan kedua tanganku di belakang leher, bersiap untuk skot jump.

"Tunggu!" teriak seorang laki-laki sambil berlari ke arahku dan pak Ahmad.

"Ada apa Gino?" tanya pak Ahmad pada laki-laki yang dipanggil 'Gino'.

ABITARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang