Bibir ini memang tak pernah mengatakan cinta di hadapanmu
Tapi
Apakah hatimu tak bisa mendengar jantungku terus berdebar hanya dengan mendengar namamu?
-Abitara
****
Taranaya POV
"Ecieee yang mau jalan sama kak Gino."
Ku tutup wajah dengan kedua tangan, mencoba menahan malu ketika Jenny terus saja mengolok-olokku seperti orang gila. Sementara itu, orang-orang di sekitar melempar semua pandangannya ke arah kami berdua, pandangan mereka seolah-olah mengatakan 'ada apa ini.' Rasanya malu sampai ke ubun-ubun, mereka pasti mendengar pembicaraanku dengan ke Jenny. Tentu saja, perempuan di depanku sekarang ini nyerocos terus tidak ada hentinya.
"Lo jangan berisik kenapa, Jen. Malu diliatin orang-orang," sahutku sembari mengintip Jenny dari celah-celah jari.
Jenny mengambil kerupuk dari piringnya lalu melahapnya dengan cepat. Alisnya tak pernah mau diam, selalu bergerak ke atas-ke bawah. Aku tahu maksudnya itu dia tengah meledekku.
"Huft." Aku menghela napas berat.
Mungkin memberitahu Jenny soal ini adalah keputusan yang buruk. Bagaimana tidak, sejak pagi sampai waktu istirahat mulutnya itu tak pernah berhenti ngejek atau menggodaku pasal Gino. Aku tak menggubris ucapan Jenny yang terus menggodaku, tetapi tahu kah kalian kalau diriku juga agak malu mendengarnya. Aku dan Gino pergi hanya berdua. Membayangkannya saja sudah seperti mimpi disiang bolong.
"Taruhan sama gue nanti lo di sana langsung ditembak sama dia, hehehe," ucap Jenny mengkhayal.
"Apa sih, Jen. Gue cuma mau nemenin dia aja," jawabku mengelak.
Bisa kah kalian bayangkan? Aku dan Gino pacaran? Tentu saja itu mustahil. Lelaki sempurna macam Gino itu cocoknya sama perempuan yang setara dengannya. Tentunya yang cantik, pintar, dan modis. Bukan kayak aku, anak yang terlalu sederhana. Kalau pun itu kenyataan, mungkin saja aku langsung dihabisi oleh fans-nya Gino. Gini-gini Gino itu most wanted lho.
"Tapi gue boleh nanya serius nggak sih, Tar?"
"Tanya aja. Nggak bayar ini," gurauku.
"Kalo misalkan kak Gino suka sama lo, perasaan lo gimana?" Jenny memandangku serius.
Aku memegang dagu. Pandanganku mengarah ke atas. Well, itu pertanyaan yang sulit. "Gue nggak tau."
"Lah, kenapa?"
"Hmm... Gimana, yah?" Aku menatap nanar Jenny. "Ada alasannya tapi gue nggak bisa kasih tau lo."
J
enny merengek. "Ah, gitu yah maen rahasia-rahasiaan sama temen sendiri."
Aku menatap sengit Jenny. Ku angkat tanganku lalu berjalan menuju pipinya. Aku mencubit pipinya gemas. Siapa juga yang main rahasia-rahasiaan?
"Lo juga sekarang maen rahasia-rahasiaan juga, huh?"
Mata Jenny terbuka lebar. "Rahasia apa?" tanyanya sambil meringis.
"Jangan pura-pura polos deh. Gue tau lo lagi deket sama Yohan, si cowok sebelah, kan?" tebakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABITARA
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ^^ ] Siapa yang tidak kenal dengan Abimanyu Aileen Caesar. Laki-laki tampan dan juga kaya, memiliki banyak prestasi dibidang Akademis maupun Non-Akademis. Ia juga mudah akrab dengan teman sebayanya. Hanya saj...