ABITARA 6: Nenek Risa

95 20 2
                                    

Taranaya POV

"WHOAAA!!"

Mataku berbinar-binar ketika membuka salah satu kotak yang dibawakan oleh sepasang suami istri itu. Ku angkat ke atas seraya memandanginya dengan kagum. Di tanganku kini terdapat sebuah pakaian yang begitu indah. Tak hanya satu, tetapi lebih dari 10 potong pakaian. Banyak sekali!

Sejenak aku berpikir, Apakah mereka yakin mau menyumbangkan semua pakaian ini? Pakaian yang mereka kasih terlalu indah untuk orang-orang sepertiku. Aku pun bisa menebak kalau semua barang-barang itu harganya pasti mahal, bahkan masih tercium aroma pakaian yang baru keluar dari toko.

Adik-adikku dan Jenny pun tak kalah heboh. Saat aku sibuk membuka satu kotak, justru mereka sudah membuka semua kotaknya. Tapi mereka tak membuka kotak yang isinya pakaian, melainkan paket makanan ringan, cemilan, dan juga bahan mentah dapur. Aku menggeleng, mereka itu kompak di saat ada makanan saja. Benar-benar rakus.

Sebelum mereka kembali mengacau, aku yang bertugas sebagai kakak pun langsung menghentikan aksi mereka yang terlihat brutal (pada makanan sih.)

Aku memaklumi sih kelakuan mereka pada makanan itu. Kami ini anak miskin, hidup pun terbatas. Kami belum pernah makan makanan sebanyak ini. Mungkin aku bisa menahan godaan itu, tetapi tidak dengan adik-adikku. Apalagi adikku itu suka makanan yang manis-manis.

"Adek-adek. Jangan di makan dulu, yah. Nanti kita tunggu Mama Hana. Biar mama yang ngatur," jelasku.

Aku mengelus dada lega. Untunglah mereka mau mendengarkanku. Aku juga sempat mengomeli Jenny, sementara dia hanya cengengesan nggak karuan seperti kuda.

"Maaf, maaf. Lo tau sendiri kan gue nggak tahan sama makanan. Hehe," cengirnya.

"Tadi kan lo udah makan jatah cemilan gue."

"Kurang, Tar," jawab Jenny tanpa merasa bersalah.

"Dasar kebo bunting," ledekku.

Jenny mengerucutkan bibirnya. Dia tampak tak terima dirinya diejek. Dasar baperan, padahal aku hanya bercanda. Tak mungkin kan dia beneran mirip kebo bunting? Hahaha.

"Ola, Zidan, Kirana. Emang menurut kalian kak Jenny ini mirip kebo bunting?" tanya Jenny pada ketiga adikku.

Mereka saling melempar tatapan. "Kebo bunting tuh apa, kak?" tanya Ola sambil mengacungkan tangan. Memangnya ini sekolahan?

"Duh, kita ini udah SD, Ola. Masa gitu aja nggak tau," celetuk Zidan. "Kebo bunting itu binatang yang kayak sapi trus dia bawa gunting."

Aku dan Jenny refleks tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Zidan yang super NGAWUR. Perutku saja sampai sakit dibuatnya. Ola, Zidan, dan Kirana menatap kami berdua yang masih belum selesai tertawa. Ya memang itu menghibur sih, menurutku.

"Haha. Udah-udah. Kakak cape ketawa mulu," ucapku. "Mending sekarang kalian mandi trus ikut kakak."

"Ke mana kak?" tanya mereka bertiga kompak.

"Lho, ini kan udah jam 4. Nggak mau main di taman, nih?" ucapku.

"Oh, iya!" jawab mereka kompak lagi. Duh, adikku itu memang selalu kompak, yah. Haha.

"Kita mandi dulu, yah, kak. Kakak sama kak Jenny tungguin kita," pekik Ola.

"Iya. Udah sana."

Seperti mendapat instruksi mereka langsung berlarian, berebut untuk paling pertama ke kamar mandi.

"Jen. Gue titip adek gue sebentar, yah."

Jenny menoleh. "Mau ke mana?"

"Gue mau balikin beberapa buku ke rumah seseorang."

ABITARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang