"Aku tersenyum dan tertawa seolah-olah aku bahagia. Namun semua yang kulakukan sekarang adalah sandiwara belaka untuk menutupi semua kesedihanku."
-Abimanyu Aileen Caesar
****
Author POV
"Dia anak yatim-piatu."
Sampai sekarang ucapan Yohan masih terngiang di benak Abi. Entahlah, Abi merasa sedikit bersalah karena sudah meremehkan atau lebih tepatnya itu menyamakan Tara dengan perempuan lain. Dan lebih terkejutnya lagi ketika ia mengetahui kalau Tara itu adalah anak yatim-piatu.
Abi seperti memahami kondisi bagaimana jika tidak memiliki orang tua. Walaupun Abi memiliki kedua orang tua yang lengkap, tetapi ia merasa kedua orang tuanya hidup di dunia mereka sendiri dan Abi berada di dunia yang berbeda.
Berkumpul bersama orang tuanya, menurut Abi itu ada sesuatu yang MUSTAHIL untuknya. Ia bahkan bisa menghitung berapa kali orang tuanya ada di rumah. Kalau pun sudah di rumah, mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing seolah-olah Abi itu tak pernah ada.
Abi tersentak ketika ia sudah berada di taman belakang sekolahnya. Karena terlalu banyak berpikir ia sampai tak sadar kalau ia berada di sana. Abi melirik kiri dan kanan, tak ada siapapun. Ketika hendak meninggalkan tempat itu, sekilas ia melirik ke sebuah bunga.
"Itu kan..."
Abi teringat akan bunga yang sejak kemarin dirawat oleh Tara. Dilihat dari jauh bunga itu sepertinya masih hidup. Entah dorongan dari mana Abi justru mendekatinya, berjongkok tepat di depan bunga itu. Ia memegang daun bunga itu, daunnya kering.
"Kering banget," gumam Abi.
"Lo ngapain?" Suara seorang perempuan mengejutkan Abi. Dengan tubuh tegang Abi berdiri, ia membalikan tubuhnya. Tara berdiri menghadapnya dengan memasang wajah heran.
Abi yang terciduk oleh Tara langsung salah tingkah. "Hah? Gu-gue nggak ngapa-ngapain kok."
"Bego, ngapain gue panik gini, sih," batinnya.
"Minggir," titahnya. Tara berjalan melewati Abi sampai-sampai bahunya menyenggol Abi.
Abi mengernyitkan dahi. Ia melempar tatapan sinis ke perempuan yang kini tengah jongkok memunggunginya. Bingung dan kesal bercampur aduk,baru kali ini ada seorang perempuan yang berani menyuruhnya seperti tadi, dan lebih bodohnya lagi ia malah tak bisa membalas semua perkataannya.
Matanya melirik Tara sejenak. Tara sedang menyiram bunga itu dengan hati-hati. Seringai muncul di bibirnya. "Lo rajin banget sih nyiramin bunga segala. Lo disuruh?" sinis Abi.
"Gue nggak disuruh. Ini insiatif gue sendiri. Dan lagi, gue kesian sama bunga ini," jawabnya tanpa menatap Abi.
"Kesian? Kesian kenapa coba. Heh, dasar aneh," ujarnya meremehkan Tara.
Tara menghembuskan napas berat. Ia berdiri dan langsung menatap Abi secara dekat. "Bunga itu cantik tapi sayang nggak ada yang merhatiin sampe-sampe hampir mati. Kenapa gue kesian? Karena bunga ini sama kayak gue, sendirian." Tara memandang bunga itu sekilas. "Gue tau hal yang gue lakuin sekarang mungkin nggak berarti di mata lo, tetapi hal kecil ini berarti besar buat kelangsungan bunga ini. Karena bunga ini juga gue merasa nggak kesepian."
Abi tertegun, matanya mengerjap cepat. Beberapa detik Abi tak bersuara, tubuhnya terasa kaku. Ia tak menyangka Tara akan berkata seperti itu padanya. Abi memandang Tara dengan tatapan intens. Entah mengapa, untuk pertama kalinya ia bertemu perempuan seperti Tara. Dan juga Abi tak memandang Tara sebagai perempuan yang menyebalkan, melainkan perempuan yang 'berbeda'.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABITARA
Teen Fiction[ FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA ^^ ] Siapa yang tidak kenal dengan Abimanyu Aileen Caesar. Laki-laki tampan dan juga kaya, memiliki banyak prestasi dibidang Akademis maupun Non-Akademis. Ia juga mudah akrab dengan teman sebayanya. Hanya saj...