ABITARA 10: Tunggu Aja

89 17 15
                                    

Kadang aku merasa kalau perasaan sukaku ke kamu itu cukup berbahaya

Sekali aku terperangkap dalam hatimu maka akan susah untuk ku keluar dari sana

Namun tak kusangka aku menikmatinya

-Abitara

Author POV

"Makasih, yah. Udah mau nemenin gue sampe kelas," ujar Tara merasa tak enak.

Gino menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri dengan cepat. "Ah, bukan apa-apa. Cuma nganterin doing kok. Hehehe."

"Elo baik, deh," puji Tara. "Kalo gitu gue masuk ke kelas dulu, yah. Permisi."

Baru saja Tara melangkahkan satu kakinya masuk ke kelas, Gino sudah mencegat Tara dengan menarik tangan perempuan itu. Refleks Tara langsung berbalik arah menghadap Gino, mungkin masih ada yang ingin diucapkan lagi oleh Gino.

"Eh, gue kaget." Tara cengengesan. "Ada apa, Gino?"

Tara melihat wajah Gino sekilas berubah merah padam, seperti orang yang sedang malu-malu. Gino mengangkat tangannya ke Tara, laki-laki itu menunjukkan sebuah ponsel keluaran terbaru di depannya.

Tara sedikit bingung. Ia tak paham maksud laki-laki itu. "Kenapa?" liriknya.

"Ehm." Gino salah tingkah. Nampak laki-laki itu sedang mengulur waktu. "Se-sebenarnya..."

"Sebenarnya apa?" Tanya Tara makin kepo.

"Se-sebenarnya dari ke-kemarin gue pengen ngajak lo pergi tapi gue belum punya nomor lo. Boleh minta nomor lo?"

DEG

Matanya menatap tajam Gino. Seketika perkataannya tadi sukses membuat jantungnya loncat-loncatan tak karuan. "Ja-jalan ke mana?"

"Gue lagi nyari kado buat mama gue, dia besok ulang tahun." Mulut Tara membulat, membentuk huruf O besar. "Kalo lo nggak mau juga gapapa, Tar. Gue juga nggak maksa kok."

Tara berubah cemas. "Eh, siapa bilang nggak boleh? Boleh kok."

Wajah Gino berseri-seri. Entah mengapa Tara merasa sekitarnya ada bintang-bintang kecil berterbaran di sekelilingnya. "Beneran?!"

Tara mengangguk. Kemudian ia mengambil ponsel milik Gino lalu mengetik nomornya.

"Makasih, Tara!" ujar Gino bersemangat.

"Sama-sama."

"Kalo gitu gue ke kelas dulu, yah. Bye. Have a nice day." Tara merespon baik sembari melambaikan tangannya pelan ke Gino.

Tara memperhatikan punggung Gino yang semakin lama semakin menjauh. Laki-laki itu melesat kea rah lorong sekolah dan hilang di balik dinding.

"I-ini beneran Gino mau ngajakin gue jalan?" tanyanya pada diri sendiri. Kemudian tangannya merangkak naik ke dada. Ia meremas seragamnya kuat. "Kok berdebar gini sih?"

Tara menghela napas. Ia tak mau berharap lebih pada Gino. Tara tau kalau Gino itu baik kepada semua orang, jadi mungkin saja Gino bersikap baik padanya sama seperti yang lainnya. Namun satu hal yang membuatnya heran, dari sekian banyak murid di sekolah ini kenapa harus dirinya?

"Hah..." Tara menghela napas. Ia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal. "Udahlah Tara jangan terlalu dipikirin. Mending sekarang kita sekolah yang bener trus langsung pulang ke rumah. Hehehe," gumamnya.

Taranaya POV

Kulangkahkan kakiku menuju kelas. Pandanganku menyapu ke seluruh sudut kelas. Aku berpikir sejenak. Sepertinya aku berangkat terlalu pagi, anak-anak yang lain masih banyak yang belum datang. Aku pun langsung bergerak menuju mejaku dan Jenny, dan bisa kulihat Jenny sudah datang lebih pagi dariku. Permepuan itu tengah fokus ke ponselnya sembari memakai earphone.

ABITARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang