ABITARA 7: Anti Cewek

94 18 0
                                    

Abimanyu POV

"Ini, sayang. Kompres wajahmu." Nenek memberikanku kantung berisikan es balok untuk mengurangi lebam di wajahku.

Niatnya aku ingin senang-senang di sini tapi malah ketemu sama cewek aneh ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Tara. Aku bingung, dari semua perempuan yang ada di dunia ini, kenapa Tara? Nyebelin banget!

Kulihat dia hanya duduk diam seraya kedua tangan meremas ujung bajunya. Wajahnya terlihat khawatir, bisa kulihat di dahinya keluar keringat dingin. Rupanya dia ketakutan.

"Nenek Risa," panggil Tara. "Aku minta maaf banget soal kejadian tadi. Aku pikir nenek mau di rampok." Tara gemetaran.

Ku lontarkan tatapan sengit ke Tara. "Enak aja lo ngomong! Mana ada seorang cucu ngerampok rumah neneknya. Aneh lo!"

Setelah memberikan alat kompres padaku nenek mengambil tempat duduk di tengah, memisahkanku dengan Tara. "Ada kok. Kemaren nenek liat di tv. Seorang cucu ngerampok neneknya buat main game," ucap nenekku.

Wajahku berubah datar. Dia ini membelaku atau Tara, sih? Aku kan cucunya tapi kenapa nenek membela cewek aneh ini. Merusak mood-ku saja.

"Nenek itu nenek aku atau nenek dia sih?" tanyaku.

Nenek tertawa, "Kamu ini. Nenek cuma bercanda."

Tara menempelkan kedua telapak tangannya seperti orang sedang berdoa. Ia menundukkan kepala. "Nenek. Tara bener-bener minta maaf. Tara nggak sengaja. Sebagai gantinya dia boleh pukul muka Tara deh. Tara ikhlas."

"Eh, boleh, nih? Oke deh."

Haha cewek ini bener-bener aneh. Dia mengizinkan aku untuk membalas apa yang tadi diperbuatnya. Saat aku ingin beranjak dari tempatku, nenek menatapku dengan mata elangnya, aku bergidik ngeri

"Iya, iya. Aku bercanda, nek." Aku kembali ke tempatku.

Walaupun nenek tak bersuara namun dari matanya aku tahu kalau dia tak memperbolehkanku menyentuh cewek itu.

Nenek menoleh ke Tara. Ia memegang tepak tangan Tara yang masih menempel. "Sudahlah, Tara. Kamu nggak perlu seperti ini. Lagian kamu kan nggak sengaja."

Tara mendengak. Raut wajahnya berubah ceria. "Tara dimaafin nih, nek?" tanyanya memastikan.

"Iya, sayang." Nenek tersenyum pada Tara.

"Terima kasih!"

Ku naikkan sebelah alisku. Dia itu aneh atau gimana sih? Tadi wajahnya murung, ketakutan, dan gemetar, sekarang wajahnya berubah senang, tersenyum, dan terlihat... Cantik.

Deg!

Aku terkejut! Apa yang baru saja kupikirkan tadi? Tara cantik? Nggak-nggak. Aku nggak memujinya. Dia jelek, sama seperti perempuan yang setiap hari mengejarku terus.

Aku melirik Tara sekilas tanpa diketahui oleh mereka berdua. Melihatnya tersenyum dengan mata tertutup entah kenapa terasa sangat berbeda tetapi aku nggak tahu apa itu?

"Ngapain lo di sini?" tanyaku. Sedaritadi aku memang belum tahu apa tujuannya ke mari.

Tara menepuk dahinya pelan. Ia pun menunduk, dan dari bawah meja ia mengambil sebuah bungkusan. Tara menaruhnya di atas meja. "Aku mau balikin novel yang aku pinjem hari itu. Makasih yah, nek. Tara suka semua bukunya," ucapnya riang.

Tunggu dulu! Tadi dia bilang novel? Jangan-jangan semua novelku yang ada di sini termasuk yang kuberikan sama nenek dipinjamkan ke Tara.

Dengan kasar aku mengambil bungkusan itu. Aku tak peduli dengan tatapan heran mereka berdua yang pasti aku harus memastikannya. Begitu aku buka, benar saja, itu semua novelku yang beberapa kubelikan untuk nenek.

ABITARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang