ABITARA 9: Sesak

107 21 0
                                    

Smile.

Then you will know that the world isn't only black and white

-Abitara

****

Author POV

"Pagi, Tara!"

Tara yang tengah berjalan di lapangan sekolah tiba-tiba terdengar suara yang menyebut namanya. Ia pun berbalik dan mendapati seorang laki-laki bertubuh besar berdiri di sampingnya.

Tara mengangkat sebelah alisnya. Samar-samar ia ingat dengan wajah itu namun ia lupa. "Maaf, lo siapa, yah?" tanya Tara.

Ditanya seperti itu laki-laki itu malah cekikikan tak jelas. Tara memasang raut wajah heran, bingung apa yang sedang ditertawakan orang itu. Tak ada yang lucu menurutnya.

"Duh, masa lo lupa, sih. Gue Gino, yang pernah ketemu elo di jalan," ujar laki-laki itu yang menyebutkan namanya sebagai Gino.

Tara menggeleng pelan, ia tidak dapat mengingat orang itu. "Gue nggak inget."

Gino menepuk dahinya pelan. "Lo ini pelupa, yah. Gue yang hampir nabrak elo waktu itu."

Saat mendengar ucapan itu ingatan Tara tentang Gino pun mulai datang, Ia pun akhirnya mengingat Gino. "Oh, Gino yang itu!" tunjuknya. "Pagi!" Tara melambaikan tangannya walaupun telat.

"Mau ke kelas yah, Tar?" tebaknya.

"Iya, nih."

"Boleh bareng sama lo?" tanyanya sungkan.

"Tentu aja boleh. Masa ada orang yang pengen bareng gue larang. Mari." Mereka pun berjalan beriringan menuju kelasnya masing-masing.

Ada dorongan yang membuat Tara ingin segera berlari ke kelas dan menggunakan tas untuk menyembunyikan wajah malunya. Jantungnya jadi berpacu lebih cepat dari biasanya seperti sebuah drum yang dipukul. Perkataan Jenny tempo hari itu kembali teringat di kepalanya.

Malu-malu ia melirik Gino yang sedang menghadap ke depan. Astaga, dari dekat ia terlihat tampan sekali, batinnya. Wajahnya, hidungnya, matanya, dan bibirnya semua tampak sempurna. Dalam hati ia menjerit, kenapa Tuhan menciptakan laki-laki setampan ini.

Tanpa disadari Tara, Gino merasakan kalau dirinya tengah dipandangi. Ia pun menengok Tara di sampingnya. Pandangan mereka saling bertemu. Secepat kilat Tara membuang mukanya malu. Aku ketahuan, pekiknya dalam hati.

Gino tersenyum tipis. Sekarang ia yang memandangi Tara yang memalingkan wajah darinya. Perempuan yang satu ini terlihat unik di matanya.

Lucu, batin Gino.

"Tara," panggil Gino.

"I-iya," jawabnya gugup.

"Lo malu yah jalan sama gue?"

"Iya. Eh. ENGGAK!" Tara berteriak cukup keras, membuat muris-murid yang tengah berjalan pun menoleh mereka berdua. Tara memukul kepalanya kesal, ini semua gara-gara Jenny. Kalau saja orang itu tak berkata yang enggak-enggak pasti ia tak jadi seperti ini.

Gino yang melihat ekspresi gugup Tara langsung tertawa terbahak-bahak. Ia memang berbeda dari perempuan yang lain, pikirnya. "Lo lucu banget sih, Tar. Gue cuma bercanda kok," ujarnya sembari tertawa.

Tara merengut. Ia melayangkan tangannya dan memukul-mukul lengan kokoh Gino. "Ih, nyebelin."

"Hahaha. Maaf, maaf. Habisnya lo nggak mau liat gue. Emang gue aneh, yah?" tanya Gino.

ABITARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang