28. Permata Hitam

3.6K 310 19
                                    

Maaf kemarin itu kebiasaan gak sengaja ke publish padahal belum selesai.

Terus kenapa baru aku update sekarang? Soalnya part ini kehapus dan itu cukup bikin aku down karena belum ada salinannya pas hampir selesai.

Aku coba tulis ulang dan begini deh hasilnya, maaf kalo kurang ya. Oh iya jangan lupa vote dan komennya, terimakasih.

*****

"Berhati-hati itu perlu. Karena dibalik sesuatu yang terlihat indah, biasanya terdapat bagian mati di sisi yang tersembunyi."

- Gauri Adoria Zoya -

*****

Diyas Erlangga Pov
(Sudut pandang Diyas)


Benar apa yang dikatakan orang, hidup itu bukanlah sebuah novel. Di mana pernikahan adalah akhir bahagia sebuah cerita manusia. Walaupun begitu aku sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan wanita yang penuh dengan ketulusan. Seseorang yang begitu mencintaiku, menyayangi keluargaku, menjaga keluarga kecil kami. Adoria Alisha Lituhayu.

Ini memang bukan pernikahan pertamaku, karena pernikahanku sebelumnya berakhir tragis. Bagiku tak ada yang lebih menyedihkan dibandingkan dikhianati oleh sahabat sendiri. Tapi melalui Alisha, aku mulai mempercayai jika duniaku belum berakhir. Dia membuatku percaya, jika ada saat di mana kita meraih kebahagiaan yang sesungguhnya.

Saat itu benar-benar hadir, ketika untuk pertama kalinya kami dikaruniai bayi mungil yang cantik yang kuberi nama Gauri Adoria Zoya Erlangga --bayi pertama kami yang kini telah menjadi milik orang lain-- merupakan permata yang paling kudekap erat, dibandingkan dengan anak bungsu kami, Aland Boone Dixie Erlangga yang lahir lima tahun setelahnya.

Selama beberapa tahun keluarga kecil kami hidup bahagia. Setelah menikah, istriku semakin terkenal dalam dunia fashion, ia memang mulai merintis karirnya saat masih di bangku kuliah dulu. Hal itu pula yang membuatku terkagum pada sosok ibu dari anak-anakku ini.

Dengan Papa seorang pebisnis sukses dan Mama seorang designer pakaian terkenal, tentu banyak yang penasaran dengan anak kami. Ya, tapi ternyata itu adalah bencana bagi anak pertama kami yang ternyata memiliki Agoraphobia. Saat itu pertama kalinya kami tahu jika Zoya phobia terhadap keramaian. Kami memutuskan sebisa mungkin melindunginya dari media. Maka tak terlalu banyak orang yang mengetahui perkembangan anak gadis kesayanganku itu.

Beruntung orang-orang di sekitar Zoya adalah orang yang benar-benar menyayanginya. Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri agar tak perlu menghawatirkan anak itu terlalu berlebihan. Tapi perkiraanku salah total, semua kebahagiaan kami hancur dengan datangnya bencana yang begitu menyakitkan, terlebih untuk anak perempuanku tepat di usianya yang ke dua puluh tiga tahun.

Begitu banyak pertanyaan dalam benakku akan ketidakadilan sang pencipta, kenapa dia juga harus merasakan dikhianati oleh orang yang disayangi sepertiku dulu? Kenapa Tuhan seperti belum puas menghancurkan hidupku? Kenapa harus anak perempuanku?!

"Lakukan sesuatu, Diyas. Aku mohon, tolong anak kita! Aku gak bisa lihat dia seperti itu. Aku mohon ...." Aku hanya bisa memeluk istriku, berharap itu dapat menenangkannya.

Untuk pertama kalinya juga aku melihat istriku menangis bahkan sampai memohon kepadaku, memintaku untuk menolong anak kami yang hampir gila. Di mana aku hanya pernah melihatnya menangis satu kali sebelum ini, itu pun tak separah ini. Hatiku sakit melihat istriku sampai tak berdaya seperti itu, bahkan Alan pun sampai tak kuasa menahan air mata ketika melihat kakaknya diambang kehancuran.

All Eyez (#MOG 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang