13. Ketamakan Cinta

4.8K 433 20
                                    

Ini aku update loh, aku usahain nih. Makanya jangan lupa vote, oke (?) *maksa 😂

Happy reading! 😘

*****

"Seringkali manusia tak mampu membedakan antara sekedar suka dengan cinta.
Jadi muncul lah kata sudah tak cinta lagi ketika mereka berpisah."

- Gauri Adoria Zoya -

*****

Kurasakan seseorang mengguncang tubuhku, keras sekali membuat kepalaku seperti berada di mesin cuci. "Kak! Jangan nakut-nakutin gue dong ... elo masih hidup di dunia ini kan?"

"Papa ... Zoya, Pa! Zoya kenapa bisa di lantai begini Lan? Kamu ajakin mabuk ya semalam?!" Suara Mama yang terdengar oleh telingaku menambah rasa sakit di kepalaku ini. Ingin rasanya aku berteriak tapi bibirku kelu.

"Mama jangan asal nuduh Alan dong! Ini Alan juga bingung kenapa dia susah banget dibangunin, pingsan apa tidur kepagian Alan gak ngerti deh, Ma. Lagi juga dia mah minum soda aja matanya udah sipit mana bisa diajak minum wine!"

"Astaga! Zoya kenapa, Ma? Kamu kenapa jadi bodoh begitu lagi, Lan! Angkat kakakmu ke tempat tidur bukan di goyang-goyangin gitu kepalanya. Yang ada lewat beneran!" Suara Papa terdengar mulai mendekatiku.

Terimakasih sarannya Papa, akhirnya tubuhku terasa diangkat juga dan adik bodohku ini berhenti mengguncang kepalaku yang mungkin saja sebentar lagi akan terpisah dari badanku jika dia terus melakukannya.

"Kamu ajak Zoya ngapain aja semalam, Lan? Si Agam itu ngapain aja di sini tadi malam?!" Papa terdengar murka.

"Jangan natap Alan kayak gitu dong, Pa! Sumpah deh Alan gak tau Zoya kenapa. Kita bertiga cuma nemenin dia streaming Beauty and the Beast sambil ngobrol-ngobrol bentar gitu. Terus Zoya ninggalin kita gitu aja, bilangnya ngantuk. Pas abis subuh Alan ketuk pintunya gak ada jawaban, padahal biasanya kan dia mah udah bangun. Terus Alan cari kunci cadangan, eh nemu ini anak kayak keset welcome tiduran di belakang pintu," terang Alan.

"Ada yang aneh," celetuk Mama.

"Apa yang kalian obrolin sampai Zoya ninggalin kalian?" tanya Papa sepertinya satu pemikiran dengan Mama.

"Anu, itu ... sedikit nyindir Zoya biar cepet nikah. Dikit doang, Pa ... sueran!" Alan pasti sedang berusaha membela dirinya sendiri sekarang dan aku tidak peduli dengan itu. Aku ingin membuka mataku yang terasa sulit sekali. Mungkin vertigoku kambuh.

Setelah cukup lama aku berbaring di tempat tidur, kepalaku terasa lebih baik sekarang, maka kucoba untuk membuka mata secara perlahan dan yang pertama kali kulihat wajah si tengil Alan. "Lan ... Mama mana?"

"Yah, ancur udah imajinasi gue! Harusnya pas elo bangun itu langsung peluk gue kek, cium gue kek, kayak di drama korea gitu. Ini malah nanyain Mama!" Alan cemberut. Ya mana kutahu jika dia berharap begitu, suruh siapa gak janjian sama aku terlebih dahulu?

"Ssstt ... jangan bangun dulu. Istirahat aja dulu sebentar," Papa menasehatiku.

Aku mengernyit melihat Papa yang sudah rapi dengan jas kantornya dan melirik jam dinding, pukul sembilan. Ya, pukul sembilan!

"Astaga! Zoya kesiangan parah banget ini, Pa. Ssshhh ...." Aku meringis meletakkan tangan ke kepala ketika merasakan sakit luar biasa seperti dihantam batu besar.

"Budeg sih elo! Kata Papa juga apa, jangan bangun dulu. Ah, punya kakak bolot mah susah sih!" cerca Alan jengkel. Tapi seketika melembut saat melihat tatapan tajam yang diberikan Papa. "Tiduran lagi sini, Alan bantuin," titahnya sembari mengelus sedikit kepalaku.

All Eyez (#MOG 2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang