10

11 1 0
                                    


Alaric jadi menyesal pulang lebih cepat setelah jam kerjanya selesai. Ia merutuki mami yang langsung menyuruhnya mengikuti Rendy yang akan pergi kencan dengan dalih 'takut Rendy menghamili anak gadis orang'. Ia mengeluarkan sumpah serapah yang dibalas Rendy dengan seriangaian. Sudah jelas pria itu senang dengan keputusan mami. Ia bahkan tak mengeluarkan komentar protesan. Padahal Alaric akan menyampaikan kabar menyenangkan perihal pekerjaannya.

Ia bergidik jijik begitu mendengar kalimat rayuan itu kembali meluncur dengan lancer dari mulut Rendy. Teman kencannya hanya tersenyum malu-malu dengan pipi bersemu. Alaric tak pernah tahu jika berkencan bisa sebegitu menjijikkannya. Ia baru mengetahui ini sekarang karna tak pernah mengalaminya sebelumnya. Ini juga pertama kalinya ia menyaksikan "kencan". Dan ia baru tahu kegiatan itu cukup mejemukkan. Ia mengutuk Rendy diam-diam yang begitu lancer mengeluarkan rayuan untuk kekasih barunya.

'selama kau ada disini, aku tidak mungkin melirik gadis lain'

'artinya jika kau tidak ada disini, ia akan melakukannya'

Sanggahan Alaric langsung mendapat tendangan tak main-main di kakinya. Ia hanya melotot tak terima begitu kakinya terasa nyeri mendapat tendangan serta pelototan sinis dari kekasihnya. Ia mendengus dan mencibir. Gadis itu terlalu bodoh untuk menyadari makna tersirat dalam kalimat Rendy. Sangat disayangkan Rendy memilihnya menjadi kekasih. Tapi itu memang menguntungkan untuk pria playboy semacam Rendy.

Alaric jadi teringat wanitanya. Apa Seravin akan seperti itu jika ia menggodanya? Alaric langsung menggeleng. Ia bahkan tak mampu berkata-kata begitu wanita itu ada di depannya. Bahkan hanya untuk sekedar menanyakan kabar setelah percobaan bunuh dirinya kemarin. Ia juga tak berani bicara begitu matanya bersinggungan dengan mata kelam itu. tubuhnya mati seketika. Ia tak akan mampu menggoda atau merayu seperti yang dilakukan Rendy.

Alaric sudah membaca beberapa artikel tentang cinta dan untungnya yang terjadi padanya adalah gejala normal. Ia sebelumnya mengira bahwa ia terkena gangguan mental akibat jatuh cinta, nyatanya hal seperti itu lumrah terjadi. Ia bahkan membaca, 80% laki-laki malah selalu menggoda gadis lain disbanding gadis yang dicintainya. Faktornya tidak lain adalah keberanian. Umumnya mereka terlalu gugup sehingga tidak berani mengeluarkan kalimat rayuan dan malah membahas hal lain saat bersamanya. Alaric jelas sudah mengalaminya. Ia jadi melirik sepupunya. Jika pria lebih sering menggoda gadis lain disbanding yang dicintainya, lalu bagaimana dengan Rendy?

Mereka berencana pergi menonton film. Bioskop cukup ramai dimalam akhir pekan. Mereka harus mengantri bersama banyak pengunjung lain. tiket sudah dibeli sebelumnya sehingga mereka hanya perlu menunggu film dimulai. Alaric sejujurnya tak begitu tertarik jika bukan karena mami yang memaksanya. Apalagi dengan alasan konyol yang tetap masuk akal. Beberapa pengunjung meminta Rendy untuk mengambil foto dan Alaric selalu menjadi fotografernya. Ia tak masalah. Hingga matanya menangkap pemandingan yang membuatnya naik darah.

Ia menurunkan ponsel penggemar Rendy setelah mendapatkan beberapa foto. Matanya awas menatap pasangan dibelakang objek fotonya. Ia menyipit penuh kemarahan. Rendy menyadarinya. Ia menyadari keanehan ekspresi sepupunya. Juga aura dingin yang menguar mengelilingi mereka. Ia menoleh dan menahan nafas sejenak. Beberapa penggemarnya meminta foto ulang, namun di acuhkannya.

'film akan dimulai, bung. Ayo masuk ke teater'

Rendy langsung berusaha menarik Alaric, bahkan melupakan kekasihnya yang berdecak sebal. Ia tak akan membiarkan sepupunya kehilangan control dan malah merusak acara kencannya yang secara teknis sudah hancur. Ia tak akan membiarkan Alaric membuat kehebohan yang akan mencemarkan namanya juga nama Alaric sendiri. Selama ini nama mereka dikenal masyarakan bersih dari skandal apapun. Ia tak akan menyelipkan satu skandal pun dalam hidupnya. Beruntungnya, Alaric menurut. Ia ikut melangkah menuju teater meski dengan gesture tak rela.

Alaric termenung memikirkan wanitanya. Ia tak cukup bodoh untuk menilai interaksi pasangan yang baru dilihatnya. Bukan Seravin. Bukan Seravin. Tapi suaminya. Bersama gadis lain. ia cukup yakin Seravin tak terlalu bodoh untuk menyadari suaminya bermain belakang. Tapi ia juga tak mengharapkan melihatnya sendiri. Ia tahu meskipun begitu ia tak akan bisa melakukan apa-apa. Namun ia juga tak mungkin diam begitu melihat semuanya sendiri. Mungkin yang menjadi salah satu kehancuran mereka, namun bukan akhir mereka.

Alaric tak menikmati filmnya sama sekali. Ia justru memikirkan wanitanya yang sekarang sedang berlatih ballet dengan kelompoknya. Ia berusaha memperbaiki hidup untuk suaminya, namun suaminya sama sekali tidak menghargainya. Sebenarnya, apa yang difikirkan orang tuanya dengan memberikan anak gadis mereka untuk pria bajingan macam itu? Alaric berdecak. Tentu saja mereka tak akan tahu. Bajingan itu mungkin selalu memasang wajah tak berdosa jika berhadapan dengan mertuanya. Tak mungkin ada orang tua yang rela membiarkan putri mereka menikah dengan seorang bajingan. Alaric merasa bodoh sekarang. Seharusnya ia menyadarinya dari awal dan menciptakan hal yang menakjubkan untuk dirinya sendiri. Untuk kali ini, ia ingin bersikap egois. Dan Alaric tak akan mundur.

sang penariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang