15

8 1 0
                                    


Alaric meringis ragu. Ia mulai meragukan keputusannya. Sejak beberapa hari lalu. Ia mulai gelisah setiap kali memikirkannya. Ia mulai bimbang memikirkan keputusannya. Baru kali ini. baru kali ini ia meragu pada keputusannya sendiri.

Rendy mungkin akan menertawakannya karena hal ini. tapi Alaric memang benar-benar bingung. Ia menurunkan tangannya yang sudah akan mengetuk pintu ruangan Mr. Kvirtanov. Namun kemudian ia mengacak-acak rambutnya yang tidak rapi. Ia bingung.

Alasannya menyetujui usulan Mr. Kvirtanov yang mengajukannya menjadi ketua tim penelitian ini adalah karena hidupnya yang monoton. Hidupnya yang membosankan, bahkan terkesan menyedihkan. Terutama dengan fakta bahwa wanita yang dicintainya adalah wanita menikah yang tidak bahagia sementara ia tak bisa melakukan apa-apa. Seharusnya tetap seperti itu. faktanya, semua berubah saat ini. keinginannya untuk pergi menghilang begitu saja begitu melihat senyum cantiknya.

Alaric sudah berusaha mencoba berfikir jernih dengan menanamkan dalam hatinya bahwa keputusan ini sudah benar. Ini sesuai dengan cita-citanya dimasa kecil. Seperti yang diucapkan pada bunda semasa hidupnya dulu. Namun seberapa kalipun ia mencoba, rasa sesal itu tetap ada.

Wanitanya kini sudah menjadi wanita mandiri yang bisa didekati kapan saja. Jika ia pergi, bukan tak mungkin Seravin akan jatuh ke pelukan orang lain. Alaric tak akan bermasalah jika ia bersama orang baik dan mampu membahagiakannya. Tapi ia yakin akan menyalahkan dirinya sendiri jika Seravin kembali bersama seorang pecundang brengsek seperti sebelumnya. Lantas ia harus apa?

'alaric, apa yang kau lakukan?'

Alaric tersentak. Sama sekali tak menyadari kedatangan Mr. Kvirtanov yang entah sejak kapan membuka pintu ruang kerjanya. Alaric menggeleng. Lidahnya kelu dengan pikiran bimbang. Mempertimbangkan banyak hal demi keputusan sembrononya. Tapi ia bisa apa? Penilaian itu bukan dilakukan oleh Mr. Kvirtanov.

'kebetulan sekali kau disini, ada yang ingin kusampaikan. Mengenai project kerjasama dengan rusia yang kubicarakan kemarin. Mereka sudah melakukan penilaian. Mereka bilang akan mengumumkan hasilnya segera. Aku tidak sabar. Berdoalah, semoga kau yang terpilih'

Alaric hanya mengangguk sementara Mr. Kvirtanov menepuk bahunya. Ia mulai berspekulasi siapa yang akan terpilih menjadi ketua tim penelitian ini. fikiran jeleknya berharap dan berdoa semoga bukan ia yang terpilih. Ia tak ingin meninggalkan kota ini, setidaknya untuk saat ini.

-

'kau terlihat senang'

Wanita itu menoleh. Mengangkat wajahnya. Matanya bersitatap dengan mata hitam kelam yang mulai dikenalnya dengan baik. Ia tersenyum simpul dan mengangguk.

'sesuatu membuatku bahagia. Aku sudah bercerai dengan suamiku'

Pernyataan itu membuat Alaric tersenyum tipis. Baguslah, ia tak salah mengambil sikap. Walaupun pernyataan itu terasa janggal, ia tetap tersenyum. Lantas mengelilingi rak-rak bunga yang terlihat segar dan cantik.

'aku fikir wanita yang baru saja ditinggalkan suaminya akan menangis merengek meminta kembali'

Ia mendengar suara kekehan geli Seravin. 'dalam beberapa kasus. Aku bukan salah satunya'

Alaric mengangguk mengerti.

'kali ini, bunga apa yang akan kau berikan?'

Alaric menautkan alisnya. Melirik Seravin yang berdiri sedikit dibelakangnya. Kalimatnya semakin terasa aneh ditelinga. Entah kenapa, ia selalu merasa kalimat-kalimat yang keluar dari mulut wanita selalu terdengar janggal diteliganya.

'aku ingin bunga lili, dirangkai dengan mawar merah'

'kau ingin berpisah dengan kekasihmu? Bunga lili symbol perpisahan'

Alaric terdiam. matanya menatap rak bunga dengan pandangan kosong. Tampak sendu. 'aku tak ingin meninggalkannya. Mawar merah itu symbol cinta. Aku mengatakan aku mencintainya'

Seravin mengangguk mengerti. Pipinya bersemu merah. Hal yang belum pernah Alaric lihat hingga ia terpaku takjub. Apa setiap wanita akan seperti itu ketika mendengar kata cinta?

'aku tak meminta bunga peony dan sakura'

Alaric protes begitu buket itu diberikan padanya. Walaupun percuma karena ia akan mengirimkan pada pembuatnya esok hari.

'aku menyukainya'

Alaric hanya diam, namun tetap menerimanya. Jika Seravin menyukainya, lebih baik begitu. Lagipula rangkaian bunga itu tampak lebih indah.

'terimakasih'

Seperti biasa, Seravin akan mengucapkan kata terimakasih setelah transaksi mereka selesai. Alaric hanya mengangguk, bingung harus bagaimana. Ia ingin membawa Seravin lebih dekat, namun keberaniannya tertahan ditenggorokan. Lagipula, seandainya ia berhasil membawa Seravin padanya, bagaimana jika ia pergi nanti. Apa yang harus dilakukannya pada Seravin?

sang penariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang