Bunga adalah madu
Cinta adalah racun
Namun sepahit apapun kutelan rindu,
Wajahmu selalu mengikutiku
Kaktus berduri bukan masalah
Mawar berduri lebih menyakitkan
Kau mawar merah yang cantik
Senyum memikatmu terlalu cantik
Tapi kau biang masalah
Terutama untuk hidupku yang membosankan
-
'alaric terpilih untuk memimpin penelitian ini'
Alaric tergugu. Ia terpaku ditempatnya duduk. Mengacuhkan teman-temannya yang menepuk bahunya dan mengucapkan selamat. Entah karena apa, ia merasa tertohok mendengar kabar membanggakan itu. setelah nyaris tiga puluh tahun, ia akhirnya berhasil terpilih menjadi seorang ketua dari tim penelitian dunia. Ia diakui oleh dunia. Tapi semua itu perlu pengorbanan. Cintanya.
Semua orang berbahagia. Semua menyampaikan kebanggan mereka karena anggota mereka terpilih menjadi pemimpin dalam penelitian ini. setelah pengumuman itu, pekerjaan mereka ditunda dan mereka memutuskan mengadakan pesta kecil. Alaric tak berselera merayakan keberhasilan itu. ia memang berhasil, ia tak menyangkalnya. Lalu mengapa ia tak menyukainya?
Bahkan hingga ia sampai dirumah, semua itu tak mampu membuatnya senang Seperti saat dulu ia lolos tes untuk bergabung dalam kelompok itu. ia justru kebingungan. Jika harus pergi dari kotanya selama bertahun-tahun, kapan ia bisa mendapatkan Seravin untuknya sendiri?
'kau tak terlihat bahagia?'
Alaric menoleh dan melihat ibu yang sudah mengasuhnya berdiri diambang pintu. Alaric bahkan tek menyadarinya. Mami berjalan kepinggir ranjang dan Alaric langsung menyambutnya dengan meletakkan kepalanya dipangkuan mami. Mami menyambutnya dengan elusan tangan yang menenangkan di sepanjang rambut Alaric.
'mami bangga padaku?'
Mami hanya tersenyum. 'putra bungsuku akan memimpin penelitian dunia yang berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia. Bagaimana mungkin aku tidak bangga?'
Alaric mendengus. 'aku bahkan lebih tua dari Rendy'
'tidak. Kau tetap putra bungsuku'
'andai bunda masih hidup'
Gerakan tangan mami terhenti sejenak. Namun kemudian ia melanjutkannya. Alaric tahu. Ia tahu mami selalu cemburu setiap kali ia membicarakan bunda. Tapi ia memang tak bisa menghilangkan bayangan bunda dari hatinya.
'kau benar. Seharusnya ayahmu mendengarkan mu. Aku belum sempat memarahinya saat dia pergi'
Alaric tertawa kecil. Ia tak menjawab apapun.
'alaric, kapan kau akan membawa bungamu padaku?'
Alaric membuka kedua matanya lebar-lebar. Pandangannya langsung teralih pada mami. Darimana maminya tahu tentang "Bunga"?
'kau tidak ingin mengenalkannya pada mami?'
Alaric menelan ludah. Tatapannya berubah sendu. 'aku tak bisa'
'kenapa? Dia menolakmu?'
'mami selalu mengatakan anak-anakmu tak akan pernah ditolak gadis manapun'
'jika itu kau, aku percaya'
Alaric mendelik tak terima. Namun tak menyangkal apa-apa. Ia belum pernah mencobanya.
'dia bukan menolak ku. Dia hanya...... terlalu jauh'
Mami tersenyum simpul. Lalu melanjutkan mengelusi kepala Alaric dengan sayang. Di balik pintu Rendy berusaha mati-matian menahan sedihnya. Ia hanya kehilangan sepupunya selama lima tahun. Bukan waktu yang lama.
'katakan nak. Katakan pada mami. Siapa dia?'