Pernahkah kalian merasa selalu terlindungi. Saat keadaan apapun. Seolah ada penjaga tak kasat mata yang akan selalu menjaga dan melindungimu dari marabahaya apapun. Dan jika aku tak berlebihan, hingga rela menyerahkan nyawanya asal aku tetap aman. Siap melakukan apapun asal aku bahagia. Tapi nyatanya, sampai saat ini aku belum mampu menjemput kebahagiaanku.
Seperti dia yang hanya bisa bersembunyi dalam gelap, aku juga tak mampu menampakkan diri. Aku tahu dia selalu didekatku. Aku tahu dia selalu melihatku, memujiku dalam diamnya. Tapi hanya sebatas itu. meski dia selalu didekatku, keberanian tak pernah hinggap untukku. Bahkan hanya untuk sekedar sapaan ringan. Aku terlalu gugup. Ditambah dengan statusku yang kini menikah.
'terimakasih'
Dia mengangguk dan meninggalkanku. Ucapan terimakasihku bukan karena dia telah membeli bunga di tokoku, tapi karena ia menyadarkanku. Dia menyadarkanku bahwa aku masih memiliki seseorang yang menginginkanku. Aku tahu dia yang menolongku saat aku memutuskan untuk pergi kemarin. Aku tahu dia mengikutiku kemanapun aku pergi, bahkan ikut terjun bebas bersamaku untuk menolongku. Sekalipun aku tak ingin ditolong saat itu, kini aku menyesal memutuskan untuk pergi dengan membunuh diriku sendiri. Dia membuatku sadar, bahwa masih ada orang yang menginginkanku dan menyayangiku. Seperti dia yang menyayangiku dalam diam, aku juga menyayanginya dalam diam.
-
Aku tahu dia disana. Disudut gelap yang terlindungi dari pandanganku. Tapi secerdas apapun ia menyembunyikan dirinya, aku selalu mampu merasakan kehadirannya. Seolah ada pengingat tersendiri yang akan selalu berbunyi setiap kali dia didekatku. Aku tersenyum dalam diam. Ketika alunan music terhenti, aku duduk bersimpuh menghadap rembulan.
'tuhan, terimakasih. Sekian lama aku menunggu waktu ini. sekian lama aku berharap lepas dari buaya buas itu. kini aku telah bebas.'
Aku tersenyum bahagia. Ya, aku telah melepas statusku. Hal yang tak pernah kusangka sebelumnya. Terutama dengan fakta bahwa papa selalu membanggakannya. Aku tak pernah bisa menyangkal setiap ucapan papa. Tapi dengan sikap pelindungnya yang lagi-lagi melindungiku setelah melihatnya, kini papa yang memintanya suamiku melepaskan ku. Aku tahu, dia yang merubah semua fikiran papa.
'tuhan, sampaikan terimakasih pada malaikat penjagaku yang tersembunyi. Aku tahu ia selalu mengikutiku kapan saja. Aku tahu ia ada disekelilingku'
Senyumku lagi mengembang. Aku tahu dia mendengarnya. Aku tahu dia melihatnya. Dan aku ingin bersamanya. Seperti dia yang mungkin ingin bersamaku.
'tuhan, aku mencintai malaikat penjagaku yang tersembunyi. Biarkan aku bersamanya'
Aku tidak tahu apa aku harus tertawa atau merasa kasihan ketika mendengar suaranya terbatuk-batuk disudut sana. Mungkin terkejut. Tapi aku tak peduli. Aku hanya menyampaikan isi hatiku pada rembulan. Seperti ia yang menyampaikan isi hatinya pada rembulan lewat puisi yang dikirim untukku.
-
'aku ingin bunga lili, dirangkai dengan mawar merah'
'kau ingin berpisah dengan kekasihmu? Bunga lili symbol perpisahan'
Dia terdiam. wajahnya tak menunjukkan gairah sama sekali. Tampak sendu. 'aku tak ingin meninggalkannya. Mawar merah itu symbol cinta. Aku mengatakan aku mencintainya'
Entah itu sebuah kalimat pernyataan, atau mungkin hanya kalimat rayuan. Namun entah kenapa aku merasa bahwa ia mengatakannya untukku. Pipiku menghangat karenanya. Aku menggeleng sambil merangkai bunga-bunga pesanannya. Mulai berspekulasi mengenai kalimatnya. Apa itu benar untukku? Selama ini bunga yang dipesannya selalu berakhir disini, apa yang ini juga?