"Luke." Lily memeluk Luke lembut. "Gue kangen sama lu deh, hehe."
"Me too," kekeh Luke. "Ada kejutan atau hadiah? Ngerayain gue pulang."
Lily mencolek hidung Luke gemas. "Nasi goreng yang kamu suka."
"Kamu juga suka," jawab Luke sambil merentangkan otot-ototnya. "Oke deh, nanti kita makan bareng. Gue mandi dulu, ya?"
Lily mengangguk. Ia berjalan ke dapur, menyiapkan champagne atau wine, untuk mereka berdua.
Setelah selesai mandi, Luke berpakaian, over sized tee, serta celana panjang warna krem yang menarik. Walaupun simpel, Luke tetap saja terlihat menawan.
Lily hanya memakai dress floral simpel, tapi tetap saja cantik.
***
"Cheers, untuk kepulangan lo." Lily dan Luke bersulang lagi. Mereka menikmati champagne-nya, hidangannya, walaupun hanya pesta kecil sederhana di halaman rumah yang sudah dihias sedemikian rupa. Tetapi mereka menikmatinya.
"Lancar? Kemarin gimana?"
"Kita mau keluarin single baru, rencananya bakal rilis sekitar 3 atau 4 bulan lagi."
"Lama sekali," komentar Lily. Ia meneguk champagne-nya sampai habis, lalu menuangkannya lagi dari botol ke gelas. "Gue gak sabar, Luke."
Luke melihat Lily, gelagatnya aneh. Tidak biasanya ia minum banyak. Mungkin karena sudah lama tidak minum, jadi Lily ketagihan. Tetap saja itu tidak bagus untuknya.
"Iya, tunggu aja." Luke berdehem, "Lily, lo minum kebanyakan, itu udah gelas ke 4."
Lily menggeleng, "sebagai tanda kesenangan gue. Gue jadi ingat saat kita pertama kali minum, dan gue ketemu dia disana, terus lo hajar dia, lo bener-bener kurang ajar, Luke."
Luke menatap Lily, untuk yang ketiga kalinya dalam hari ini. "Lily stop drinking, masuk yuk?"
"Lo gak bisa suruh gue, Luke. You're not my boy friend! even you're my brother, gue ini udah dewasa. Gue bisa minum, kapanpun, dimanapun atau minum apapun yang gue mau.
Terpaksa Luke membawa Lily ke kamarnya. Lily sudah tidak bisa jalan dengan benar. Sedikit oleng. Lily cepat sekali mabuk. Lagi pula, champagne memang membuat seseorang cepat mabuk.
"Tidur, Li. Istirahat." Luke mengelus rambut Lily yang halus. Ia sudah mencopot dan menghapus semua perhiasan dan makeup Lily. Bajunya juga sudah ia ganti dengan piyama. Begitu Luke ingin keluar, Lily menahannya.
"Lo gak boleh pergi, Luke. Lo yang buat gue begini." Lily berucap sembarangan. "Lo membuat gue menderita, lo membuat gue bingung sama perasaan sendiri, kadang lo dingin, kadang lo hangat, saat gue menganggap lo sebagai adik lo marah, saat gue menganggap lo sebagai laki-laki lo juga gak bisa. Gue bingung Luke."
Luke terdiam.
"Luke, please, gue cinta sama lo. Tapi itu kayak duri buat gue. Gue gak bisa milikin lo, itu sakit." Lily menangis. "I love the way you touch me, you feel me, walaupun sekarang kita gak pernah ngelakuin itu lagi, tapi gue masih inget rasanya, dan semakin kita jauh, gue semakin kangen. Luke."
Luke terdiam lagi. Namun sekarang ia mendekat ke arah kakaknya.
"Kiss me, Luke. I want to taste you, i want to feel your touch, just feel me like you did before. I want you, Luke."
Luke diam. Dua detik kemudian, bibir keduanya telah bertemu, sesaat merasakan suatu rasa yang mereka rindukan, bahkan ada rasa yang mereka baru dapatkan sekarang.
Luke memeluk Lily, menatap mata Lily yang biru. Warnanya berbeda satu tone dari warna matanya sendiri. Tapi tetap indah, Luke tetap suka. Lily memegang pipi Luke, matanya basah, agak merah.
"I love you Luke, tapi kita ini kakak beradik. Why?"
***
udah baper belom, mikir loh ini mikir. bye.
5k, yaampun aku seneng bgt. Makasyi semua yang sudah baca!
keep voting and commenting gays i love you xoxo
btw itu si lily mabok ya ok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy. | l.h [edited]
Fanfiction[Brother And Sister Complex. 13+] "Kita ini saudara. Gak bisa satu." [#1st book by me] Written in bahasa x english. All Rights Reserved. © 2016 Sexy | l.h by namnamira aka @eskrim-campina