"Lily! Guess what! Hari ini gue seneng banget!" seru Chloe dengan wajah sumringah.
"Kenapa?" tanya Lily dengan penasaran. Apa yang membuat sahabatnya sesenang ini?
"Luke sama gue." Chloe menarik nafas sebelum melanjutkan ucapannya, "ja-di-an."
Apa? Jadian? Luke? Chloe?
Jiwa Lily seakan pergi entah kemana, punggungnya lemas seakan memikul beban teramat berat. Baru kemarin ia 'kode keras', kenapa Luke tidak pernah sadar?
Kenapa mereka harus jadi saudara?
"Gu-gue amazed. Ta-tapi, gue ikut seneng." Lily berdusta semanis mungkin di depan Chloe. "Gue duluan, Chloe. Gue baru ingat ada urusan."
"Hati-hati, Lily!" Chloe melambaikan tangan. Namun Lily telah lebih dulu pergi. Entah apa yang dipikirkan Chloe, ia sekarang terlalu sibuk dengan Luke.
Kenapa Chloe sejahat itu? Batin Lily. Kemudian ia menggeleng kuat-kuat. Gue kan gak bilang gue sama Luke ... tapi rasanya ...
Dan Lily pulang. Sesampainya ia di rumah, dirinya ambruk, meronta seakan menanyakan dosa, menangis, menyebut seakan menanyakan kehendak.
Karena Lily sedih. Dan sedih itu membuat lubang besar yang menganga dalam di hatinya.
***
"Gue terpaksa," ungkap Luke. Gue gak punya maksud sama Chloe. Gue cuma mau lupain Lily.
"Bagus. Tapi cobalah belajar mencintai Chloe." Calum menyarankan. Luke hanya mengangguk.
"Thank you," ucap Luke. Cowok itu masuk ke mobil miliknya dan segera pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, ia tidak menemukan siapa-siapa. Ele dititipkan di rumah Niall. Bermain bersama Theo. Sedangkan Lily .... Luke sendiri tidak tahu dimana Kakaknya berada.
"Lily?" Luke memanggil. Namun nihil, seperti dijawab oleh angin saja. Sunyi.
Mungkin belum pulang? Pikir Luke. Yaudah, gue mau studio, susulin Michael sama Ashton.
Dan 'belum pulang,' adalah opini terburuk Luke.
***
"Lily, Lo gak apa-apa?"
Lily otomatis menggeleng. "Gue mau ke depan. Ikut?" tanyanya sambil tersenyum.
Louis terdiam. Bingung sendiri. Namun sadar kalau ini adalah kesempatan satu-satunya, cara satu-satunya dan seakan-akan ini adalah hari terakhir, jadi ia tidak menolak ajakan sesat cewek macam Lily untuk berdansa dengannya di club malam ini.
Sebenarnya sih, Lily tidak ada maksud dan niatan ke club, tapi begitu disarankan oleh Louis, pertahanan Lily buyar. Ia setuju saja--asal tidak minum champagne dan wine--ia akan baik baik saja.
"C'mon, Lou! Dance!" Lily berteriak sembari berdansa dan bergoyang saat lagu Talking Body Remixes dilantunkan. Untuk beberapa saat Lou masih tertegun, shock, amazed, sekaligus bingung, Namun tak lama, ia menikmati musik juga.
"Cheers," ucap Louis sambil mendekatkan cawan tequila nya ke cawan rum milik Lily. Mereka bersulang ria, sembari bergoyang, mereka meminum minuman keras nan tidak baik itu seakan mereka kehausan.
Hangat. Lily hanya semakin bersemangat untuk bergoyang. Kalau hanya minum rum, Lily memang masih, masih, masih sangat kuat.
Namun kenapa Louis yang tidak tenang? Ia malah merasa kalau rencananya salah. Padahal ia memang sudah berniat menghancurkan Lily di tempat ini, di club ini.
"Ly, we should go home." Louis berbisik.
Lily hanya menatap Louis datar. "Why? This is so fucking fun!"
"You should't be here, Lily Hemmings, I'll drop you home." Louis menarik tangan Lily kasar.
Sebagaimana anak penurut, ia hanya memutar bola matanya dan menurut dengan Louis. Lagipula, Lily juga sudah agak pusing. Kalau saja Louis tidak menggandengnya, mungkin Lily bisa tergores di dalam club sesat itu.
"Thank you."
"Ya, urwell." Louis menjawab dengan nada datar. Kenapa gue bantu dia? Kenapa? Bukannya gue mau ...
Namun Louis menggeleng, Ia mengantar Lily pulang. Bahkan sampai depan pintu rumahnya.
Setelah Louis sudah bisa dipastikan pulang, Lily masuk ke rumah yang tidak dikunci pintunya. Rumah besar bercat putih. Dan benar saja, Luke menunggu di depan pintu kamarnya.
"Dari mana lo?" Luke bertanya dengan nada sarkastik. Lily berusaha menghindar, namun gagal karena saat ia menepis tangan Luke, ia malah sempoyongan ke bawah dan hampir jatuh. Untung Luke menangkapnya.
"Thanks."
"Bau alkohol," ucap Luke lirih sambil mengendus. "Lo abis dari..."
Lily diam. Hanya diam.
"Club?" Luke menyambung kalimatnya yang tadi. Ia menatap mata Lily dalam-dalam. Namun Lily segera menunduk.
"Lily, Answer me!"
"Yes! i went to a club! is it clear and enough for you?"
"Sama siapa?" Luke mendesak. Lily melotot.
"Luke, i'm eight teen and i'm your old fucking sister! I can do what i want!"
"Tapi gak bisa jadi gak bener, Lily! Kita saudara! Gue juga gak mau lo kenapa-napa!"
Gue emang udah kenapa-napa, Luke. Batin Lily lagi.
"Lo ke club sama Louis kan?" Luke mendesak Lily lagi.
"Kalau sama Louis, emang kenapa?" Lily balik bertanya.
"Gue udah bilang, lo gak boleh deket sama dia! Lo juga gak boleh paca--"
"Lo sendiri pacaran sama Chloe! Lo boleh pacaran, gue enggak? Itu gak adil! Lagian umur gue lebih tua dibanding lo!" kata Lily ketus. "Harusnya gue gak mengekspektasikan sesuatu yang terlalu tinggi, gue salah. Dan kalau lo gak mau gue kenapa-napa, lo salah. Gue emang udah kenapa-napa."
Luke sekarang yang diam. Lily menepis lengan Luke dengan gusar,
Dan Luke tidak menahannya lagi.
Dia udah tau.
***
wHY INI READERS CEPET BGT UDAH 5.5K AAAAKH TYSM! JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YA ITU SPIRIT BUAT GUA LOH WKWKKWKWK I LOVE YOU MAKASI BANGETT LOOOOH. Gbye!
-Nam aghy happy
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy. | l.h [edited]
Fanfiction[Brother And Sister Complex. 13+] "Kita ini saudara. Gak bisa satu." [#1st book by me] Written in bahasa x english. All Rights Reserved. © 2016 Sexy | l.h by namnamira aka @eskrim-campina