"Selamat pagi anak-anak." Suasana gaduh dalam kelas menjadi lebih hening saat mendengar suara itu.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Emilio bahagia saat dia melihat jadwal kelas barunya, menemukan bahwa dirinya berada dalam satu kelas dengan saudara kembarnya dan beberapa teman-temannya.
Dia rasa dia dan teman-temannya akan membuat kelas ini menjadi kelas tergaduh yang pernah ada. Bagaimana mungkin guru-guru itu tidak berpikir? Dia dan Edmund disatukan dalam satu kelas?
Tapi baguslah. Itu keuntungan untuk dirinya dan kembarannya.
"Selamat pagi Mr. John."
"Hey, kembar. Bisakah kalian turun dari meja dan duduk di kursi kalian?" Mr. John melihat tingkah Emilio dan Edmund, membuat dirinya berdecak.
"Baiklah, Mr. John." Emilio turun dari meja dan duduk di kursi paling belakang.
"Jadi, seperti yang kalian tau, saya masuk di kelas ini, berarti saya yang akan menemani kalian selama satu tahun mendatang. Apa ada yang ingin berkomentar?"
Suasana dalam kelas itu menjadi gaduh lagi. Emilio dan Edmund saling memberikan tos. Berada dalam satu kelas dengan kembaranmu dan mendapat wali kelas terbaik, bagaimana ini tidak menggembirakan?
Mr. John berdeham dan menyuruh anak-anak diam.
"Ada satu hal lagi yang ingin saya sampaikan. Dalam waktu 1 bulan ini, saya akan memperhatikan nilai-nilai kalian. Bagi yang mendapat nilai bagus, saya akan meminta kalian untuk membantu teman kalian yang kesusahan. Seperti kembar yang ada di belakang itu." Mr. John mengangkat tangan dan menunjuk Emilio dan Edmund, membuat anak-anak dalam kelas tertawa.
"Sir, aku tersinggung dengan ucapanmu." Emilio mengangkat tangan dan membuka suara. Dia tau bahwa itu hanya candaan. Tapi apa salahnya membuat suasana kelas menjadi lebih nyaman?
"Oh, maafkan aku. Omong-omong, kau Emilio atau Edmund? Berhubung kalian adalah kembar identik, aku tak bisa membedakan kalian."
"Sir, aku tersinggung. Bagaimana mungkin kau tak bisa membedakanku dengan Emilio?" Sekarang Edmund yang mengangkat tangannya.
"Oh. Jadi kau Edmund. Baiklah, aku akan mengingatnya. Emilio di kiri, Edmund di kanan." Seisi kelas tertawa lagi dengan ucapan yang disampaikan Mr. John.
Bel berbunyi, menandakan jam wali kelas habis. Saatnya memulai hari mereka dengan pelajaran jam pertama.
"Baiklah, anak-anak. Saya meminta partisipasi kalian untuk membuat kelas ini menjadi kelas yang nyaman. Selamat pagi dan selamat menikmati waktu belajar kalian." Mr. John mengangguk kecil dan berjalan keluar dari kelas.
***
Bel berbunyi, menandakan saatnya istirahat.
"Ayo, Em." Edmund menepuk pundak kembarannya itu. Mereka berjalan keluar bersama-sama disertai dengan teman-teman mereka menuju ke kantin.
Emilio bersama dengan teman-temannya duduk satu meja, menikmati makanan masing-masing. Tanpa disengaja, Emilio melihat adegan itu.
Adegan dimana anak cheerleader bernama Melissa, dengan sengaja menabrak anak culun yang sedang membawa nampan makanannya. Itu membuat nampan yang dibawa oleh anak culun itu tumpah dan sekarang keadaan lantai di sekitar mereka berdua menjadi kacau balau.
"Oh My God. Apa yang kau lakukan?! Lihatlah, bajuku jadi kotor! Dasar anak culun. Sekarang bagaimana kau memperbaiki ini semua?!" Emilio hanya melihat anak culun berkacamata tebal itu menunduk dan tidak berkata apa-apa.
"Wow. Aku rasa Melissa membuat masalah lagi. Omong-omong, bukankah anak culun itu sekelas dengan kita?" Edmund mengatakan dari sampingnya dan Emilio mengabaikan perkataan saudara kembarnya itu.
"Tantangan untukmu. Kau selamatkan anak culun itu dan buat dirinya jatuh cinta padamu hanya dalam waktu 2 bulan."
"Tidak tertarik." Emilio menyendok nasi yang ada di piring, melanjutkan kegiatan menyantap makanannya.
"Oh, ayolah, Em. Kau tidak seru. Baiklah, aku akan membersihkan kamarmu selama satu bulan jika kau berhasil." Emilio menoleh ke adik kembarnya itu.
"Apa kau serius?" Berhubung Emilio sangat malas jika harus membersihkan kamar, akan sangat bagus bila adiknya itu yang melakukannya.
Mereka memang berasal dari keluarga yang kaya raya. Tapi bukan berarti dengan itu mereka bisa bermalas-malasan. Jika itu berhubungan dengan urusan pribadi, seperti membersihkan kamar, kedua orang tuanya melarang keras untuk menyuruh pelayan yang melakukan itu.
Orang tua mereka menginginkan agar mereka bisa hidup mandiri.
Emilio melihat Edmund menganggukkan kepalanya.
"Baiklah." Emilio tersenyum licik dan bangkit berdiri. Lagipula, tak ada salahnya untuk mencoba, bukan? Dia pun yakin akan berhasil melakukan tantangan dari kembarannya itu.
Emilio berjalan ke tempat dimana Melissa dan anak culun itu berdiri.
"Hey, tunggu sebentar." Emilio menahan tangan kiri Melissa yang hampir saja mendorong pundak anak culun itu.
"Hey. Apa yang kau lakukan disini, Edmund?" Melissa merapikan rambutnya dan tersenyum selebar mungkin pada Emilio.
"Maaf membuatmu kecewa, tapi aku kembarannya."
"Oh, maksudku Emilio. Jadi, apa yang kau lakukan disini?"
"Aku melihat semuanya tadi."
"Melihat apa?"
"Melihat kau yang memang dengan sengaja menabraknya."
"Apa? Aku? Jelas-jelas dia yang menabrakku."
"Sudahlah, Melissa. Aku lelah dengan drama yang kau buat di sekolah ini. Mengapa kau ingin sekali diperhatikan? Sudah, lebih baik kau pergi sekarang." Emilio melihat perubahan raut wajah Melissa. Dalam sekejap, perempuan itu pergi.
Emilio menoleh ke belakang dan melihat anak culun itu masih menunduk.
Emilio berdeham, membuat anak culun itu mendongakkan kepalanya.
"Hey. Apa kau baik-baik saja?" Anak culun itu hanya mengangguk.
"Jadi, siapa namamu?" Emilio bisa melihat keragu-raguan dari mata perempuan di depannya ini. Setelah beberapa saat, perempuan itu mengeluarkan suara.
"Namaku Jennifer Thompson."
Next Update: tomorrow 🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bet [LS #2] (COMPLETED)
RomanceSepuluh tahun yang lalu, Emilio Bradley ditantang oleh saudara kembarnya, Edmund, untuk mendekati 'anak culun' yang ada dalam satu kelas dengan mereka. Emilio ditantang untuk membuat 'anak culun' itu jatuh cinta padanya hanya dalam waktu 2 bulan. Ap...