Chapter 24

18.1K 1.2K 8
                                    

Acara pesta pun dimulai, para tamu bisa mengambil makanan ataupun minuman yang tersedia di meja-meja.

Emilio dan Jennifer berjalan bersebelahan menuju ke tempat dimana Edmund berdiri.

"Happy birthday, Ed." Jennifer tersenyum pada kembaran Emilio itu.

"Terima kasih, Jen." Edmund memeluk Jennifer singkat.

"Jadi, kau sudah menjadi kekasihnya." Edmund menunjuk kembarannya itu.

Jennifer hanya mengangguk singkat dan tersenyum menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh Edmund.

"Em, bisakah kau mengijinkan aku berbicara dengannya berdua saja?" Edmund menanyakan itu pada kakaknya. Iya, memang benar. Dia ingin mengatakan sesuatu pada Jennifer.

"Tenanglah. Aku tak akan mengambilnya." Emilio menghela napas. Dia tau dia tak seharusnya cemburu saat adiknya mengatakan itu. Dia tau adiknya tak mungkin mengambil apa yang sudah menjadi miliknya.

"Baiklah. Lebih baik kau tak berkata macam-macam padanya."

"Iya, Em." Emilio berjalan menjauh dari sana dan sekarang tinggal Edmund dan Jennifer yang berdiri berhadap-hadapan.

Walaupun begitu, Emilio tetap berdiri di tempat dimana dia masih bisa memperhatikan perempuan itu walaupun dia tak bisa mendengar percakapan apa yang mereka ucapkan.

"Jen, aku ingin meminta maaf padamu."

"Untuk?" Jennifer melihat Edmund dengan pandangan bertanya-tanya, tak paham dengan apa yang dikatakan oleh laki-laki di depannya ini.

"Aku... Kau tau, aku bersalah padamu di masa lalu."

"Aku tak paham maksudmu." Edmund menghela napas.

"Baiklah. Aku akan menceritakannya. Aku berharap kau mau memaafkanku, Jen."

"Taruhan itu... Aku yang memberikannya. Aku yang menyuruh Em untuk melakukan itu. Aku sungguh minta maaf, Jen." Wajah Edmund semakin sedih. Dia tau dia harus meminta maaf sekarang. Tak ada waktu lagi untuknya untuk dapat meminta maaf pada perempuan yang dicintai kembarannya ini.

"Satu lagi, Jen. Aku juga minta maaf karena dulu aku sedikit mempengaruhinya. Kau tau sendiri, dulu aku dan Em adalah 'anak nakal', jika bisa dibilang begitu. Aku menyarankan padanya untuk mengakhiri hubungan kalian. Aku sungguh-sungguh minta maaf, Jen."

'Baiklah. Katakan semua. Semuanya jika perlu. Biar aku terluka sedalam-dalamnya, tapi setelah itu aku tak akan tersiksa lagi.' Pikir Jennifer dalam hati. Memang benar, mendapatkan kenyataan pahit memang benar-benar memilukan hati.

"Tapi setelah itu aku baru menyadari bahwa dia menderita. Aku tak tau, sejak dia memutuskan hubungan  kalian, kau tiba-tiba saja menghilang. Itu membuat Em menderita, Jen. Dia bahkan tak sekalipun kutemukan tertarik dengan perempuan lain. Dia... Benar-benar setia padamu."

"Kumohon jangan pernah tinggalkan kakakku lagi. Kau berhak membenciku, tapi tidak untuk kakakku. Dia mencintaimu dengan sepenuh hati." Edmund menghela napas ketika dia selesai berbicara panjang lebar.

Jennifer harus tau. Dia harus tau betapa Emilio mencintai dirinya. Pikir Edmund dalam hati.

"Aku... Memaafkanmu, Ed. Aku tau kau adalah orang yang baik. Kau ingin yang terbaik untuk kakakmu." Jennifer tersenyum walaupun hatinya  terasa sangat panas saat ini.

Entah apa yang dirasakannya sekarang. Dia sedih karena dia sudah dijadikan bahan mainan oleh mereka, dan ada rasa senang karena tau betapa cintanya laki-laki itu padanya.

"Terima kasih banyak, Jen. Tolong jaga kakakku. Aku berkata begini karena aku yakin bahwa kaulah satu-satunya yang bisa melakukan itu." Jennifer terkekeh dan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kau tidak mau kembali ke kakakku?"

"Tentu saja." Jennifer menolehkan kepalanya ke sekeliling ruangan, mencari-cari dimana Emilio berada. Begitu pun juga dengan Edmund, dia menoleh untuk mencari dimana kakaknya itu.

Saat itu, Jennifer melihat Emilio, begitu pun juga dengan laki-laki itu. Dia sedang bersama... Perempuan lain.

'Siapa itu?' Pikirnya dalam hati.

"Oh. Itu teman lamaku dan Em. Kau mau kesana? Aku ingin menyapanya juga." Jennifer melihat Edmund sekilas, lalu menganggukkan kepalanya.

***

Emilio memperhatikan Jennifer dan Edmund yang sedang berbicara. Dia menerka-nerka apa yang dibicarakan oleh dua orang itu.

Emilio bisa mendengar suara dari kejauhan yang memanggil namanya.

"Emilio!" Dia menolehkan kepalanya dan mengumpat dalam hati saat melihat perempuan itu.

'Sial! Kenapa dia harus ada disini? Lagipula, untuk apa Edmund mengundangnya?' Emilio kesal sekarang ini.

Perempuan itu bernama Jenna, dan dia adalah teman masa kecil Emilio dan Edmund. Perempuan itu berpikir bahwa Emilio menyukai dirinya. Tiap kali bertemu, Jenna terus mengatakan bahwa Emilio sangat menyukai dirinya, oleh karena itu ciuman pertama laki-laki itu dimiliki oleh Jenna.

Apa dia menyukai Jenna? Iya. Tapi itu hanya rasa suka yang kau miliki saat kau masih kecil.

Berhubung mereka adalah orang barat, jadi melakukan ciuman pertama di saat kau masih kecil bukanlah masalah yang besar.

Dan sekarang Emilio benar-benar menyesal pernah mencium perempuan itu. Perempuan itu tak pernah mengenal lelah, dia terus saja mengejar dirinya.

"Em! Selamat ulang tahun!" Jenna langsung mengaitkan tangannya itu pada lengan Emilio dan tersenyum selebar-lebarnya.

Emilio langsung melepaskan kaitan tangan perempuan itu dan perempuan itu berdecak sebal.

'Apa kau tak bisa tak tersenyum selebar itu? Senyummu sangat mengerikan.' Pikir Emilio dalam hati. Dia tak berani mengatakan itu di depan Jenna. Jika dia mengatakan itu, masalah ini bisa semakin menjadi-jadi.

Jenna tetap mengajaknya bicara panjang lebar tanpa berhenti, tapi dia sama sekali tak mendengarkannya. Dia tetap memperhatikan gadis yang dicintainya itu, Jennifer.

Dia bisa melihat gerak-gerik Jennifer dan Edmund yang sedang mencari-cari. Dia tebak, sekarang pasti mereka sedang mencari dirinya. Dan saat itu juga dia bertatapan dengan Jennifer.

Jennifer mengobrol dengan kembarannya singkat lalu berjalan ke arahnya, ke tempat dimana dirinya dan Jenna berdiri sekarang.

Setibanya disana, Jenna langsung memeluk Edmund.

"Edmund! Terima kasih sudah mengundangku. Aku tau pasti Emilio yang menyuruhmu untuk mengundangku, bukan? Aku tau Emilio pasti malu-malu."

'Dasar perempuan tidak tau diri.' Pikir Emilio dalam hati.

'Apa katanya?' Pikir Jennifer dalam hati, lalu dia memutar bola matanya. Berani-beraninya perempuan ini bersikap seolah-olah kekasihnya menyukainya?

"Hey, kau. Siapa kau?" Jenna menunjuk Jennifer dan alisnya mengerut. Dia tidak suka melihat perempuan lain dekat dengan teman masa kecilnya.

"Aku? Kau tanya siapa aku?" Jennifer menunjuk dirinya sendiri dan memasang wajah kesal. Iya, memang sekarang dia sangat kesal.

"Iya. Siapa kau?" Nada Jenna semakin menantang. Berani-beraninya perempuan ini. Tidak sopan dan tidak tau diri.

"Aku... Kekasihnya. Puas?" Jennifer menunjuk Emilio lalu tersenyum puas.

"Apa?!" Jenna memekik, membuat orang-orang di sekitar mereka menoleh ke arah mereka berempat.

Next update: tomorrow 🖊

Lovely Bet [LS #2] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang