"Jennifer!" Jennifer bisa mendengar suara Carla yang berteriak dari bawah. Jennifer masih duduk di depan meja rias, tinggal memberi sentuhan akhir pada wajahnya.
"Apa?!"
"Dia sudah datang. Apa boleh kuijinkan masuk?"
"Iya." Jennifer berseru.
Sudah lama dirinya tidak berdandan. Entah sudah berapa tahun yang lalu. Dia tak pernah pergi ke acara formal semacam ini. Dan kali ini dia tak ingin mempermalukan dirinya.
Jennifer membiarkan rambut panjang gelombangnya terurai. Jennifer tersenyum pada dirinya sendiri dan bangkit dari duduknya.
Jennifer keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga. Dia bisa melihat punggung laki-laki itu dari sini. Jennifer turun perlahan-lahan dan sampai di bawah.
Sampai sekarang, laki-laki itu belum sadar akan kehadirannya di belakangnya.
Jennifer berdeham singkat dan laki-laki itu langsung menoleh ke arahnya.
Emilio memandangi Jennifer dari ujung rambut sampai ke ujung kaki dan tersenyum.
"Jennie. Kau..."
"Cantik?" Emilio tertawa singkat dan menganggukkan kepalanya.
"Kau terlihat sempurna malam ini."
"Kau juga." Jennifer tersenyum. Tentu saja dia harus memuji laki-laki itu juga. Mana mungkin saat dirinya dipuji, dia tidak memuji kembali orang yang memujinya.
"Kita pergi sekarang?" Emilio menyodorkan tangannya, meminta ijin untuk menggandeng tangannya.
Jennifer menganggukkan kepala, lalu mereka berjalan beriringan sambil bergandengan tangan menuju ke pintu.
***
Perjalanan terasa begitu lama bagi Jennifer. Dia terus menggerak-gerakkan badannya, berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Kenapa dia gugup? Tentu saja karena dia akan bertemu dengan teman-teman Ethan.
Apa dia siap menghadapi itu semua? Menghadapi masa lalunya.
"Jennie." Jennifer mendengar suara serak Emilio yang memanggilnya.
"Apa?"
"Kau baik-baik saja? Kau terlihat... Gugup."
"Aku baik-baik saja." Jennifer berusaha agar Emilio tidak menyadari betapa gugupnya dirinya.
"Mereka tidak akan berbuat jahat padamu. Aku ada disini." Walaupun dalam gelap, Jennifer masih bisa melihat samar mata laki-laki itu yang menatapnya dengan serius.
"Baiklah." Jennifer menyendarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan memejamkan matanya. Dia bisa merasakan Emilio yang menggenggam tangannya.
***
"Jennie. Jennie, bangun." Jennifer membuka matanya perlahan-lahan dan bisa melihat laki-laki itu yang menatapnya dengan penuh kasih sayang?
'Apa Jennie? Kasih sayang?' Jennifer menghilangkan apa yang dia pikirkan dan segera berjalan turun dari mobil.
"Ayo." Emilio menyodorkan lengannya dan Jennifer meletakkan tangannya di lengan laki-laki itu. Mereka berjalan masuk ke rumah besar itu.
Jennifer bisa melihat ruangan di dalam begitu besar dan indah. Ruangan besar ini sudah dipenuhi oleh banyak orang yang melakukan segala aktivitasnya. Ada yang berdansa, menyantap makanan atau minuman, banyak juga orang-orang di sudut ruangan bercakap-cakap.
"Ayo. Kita sapa sang tuan rumah dulu." Emilio menggiring Jennifer untuk menuju ke teman yang mengundangnya hari ini.
"Hey!" Emilio mengangkat tangannya, menyapa temannya yang sedang berulang tahun itu. Sesudah dirinya tiba di tempat temannya itu berdiri, dia langsung memberikan tos dan pelukan singkat.
"Selamat ulang tahun untukmu, James."
"Terima kasih. Jadi, mana kembaranmu?"
"Entahlah. Seharusnya dia akan tiba disini sebentar lagi." James mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Jadi, kali ini kau membawa perempuan? Selama ini aku selalu melihatmu sendirian." Jennifer tersenyum canggung menanggapi perkataan James. Jennifer bisa merasakan James yang melihatinya, seperti sedang menelitinya.
"Oh My God. Tunggu sebentar. Apa dia..." James menoleh ke arah Emilio dan tertegun karena terlalu terkejut.
"Kurasa kau menyadarinya. Dia Jennifer. Perempuan yang selama ini kucari." Emilio melihat Jennifer dengan intens. Dia ingin agar perempuan itu tau betapa rindunya dirinya terhadap perempuan itu. Bagaimana usahanya dalam mencari perempuan itu.
"Sekarang kau menemukannya dan kuyakin kau akan tetap menyimpannya." James tersenyum sinis.
"Tentu saja. Aku akan menjadi orang terbodoh jika membiarkannya lepas dariku lagi." Emilio menatap Jennifer dan Jennifer menatap balik laki-laki itu.
"Hey, Em. Tidak mau mengenalkannya padaku? Kau tau, aku hanya tau Jennifer mengenai taruhan itu." Jennifer bisa merasakan jantungnya berdegup lebih kencang sekarang. Dia juga bisa merasakan hatinya agak perih sekarang. Perkataan James mengenai taruhan mengingatkannya kembali pada kejadian 10 tahun yang lalu.
Di saat dimana Emilio mengakui bahwa dirinya hanyalah taruhan. Bahwa Emilio tak punya perasaan khusus padanya. Dia tidak bertanya lebih jelas mengenai taruhan itu. Apa yang dia tau, laki-laki itu jelas-jelas mempermainkannya.
"Jennie." Jennifer bisa merasakan sentuhan tangan laki-laki itu di lengannya. Sepertinya dia baru sadar bahwa dia melamun.
"Aku James, seperti yang sudah kau dengar darinya tadi." James melihat ke arah Emilio.
"Aku Jennifer." Jennifer menyambut tangan James dan berjabat tangan.
"Baiklah, kalian bisa menikmati pestaku. Kalian bisa mengambil makanan atau minuman disana. Atau jika kalian mau, pergilah berdansa."
"Baiklah, James. Kutinggal dulu." Emilio menepuk pundak temannya itu.
Jennifer hanya mengangguk pelan dan tersenyum, menunjukkan sederet gigi putihnya. Setidaknya dia harus bersikap sopan pada sang tuan rumah.
Jennifer dan Emilio berjalan pergi dari sana. Mereka berjalan bersebelahan, tapi keduanya bisa merasakan suasana canggung.
Itu semua karena perkataan James mengenai taruhan itu.
Mereka berdiri di pojokan, saling diam. Emilio tau jika Jennifer sedang tidak dalam mood yang baik, perempuan itu akan sangat ketus padanya. Dia hanya akan menjawab pertanyaannya dengan jawaban singkat. Hanya sekadar 'iya' atau 'tidak'. Lagipula semua perempuan memang seperti itu bukan saat mereka marah?
Beberapa menit kemudian, Emilio memberanikan diri untuk mengajak perempuan itu berbicara.
"Jennie."
"Mmm?"
"Ayo berdansa denganku."
"Tidak tertarik."
"Jangan berbohong padaku, Jennie. Dulu kau pernah berkata padaku bahwa kau ingin berdansa seperti di film-film Disney yang sangat kau..."
"Diamlah."
"Ayolah, Jennie. Lagipula, aku adalah pangeranmu. Ayo." Emilio menarik Jennifer ke tengah-tengah ruangan untuk berdansa bersama dengan orang-orang yang ada disana.
"Emi? Apa yang kau lakukan? Aku sudah bilang aku..."
"Ayolah, Jennie. Kau akan terus mendiamkanku sampai kapan? Aku ingin memperbaiki keadaan, Jennie." Jennifer terdiam dan mereka sekarang berdansa perlahan-lahan mengikuti alunan lagu yang terdengar.
Gerakan demi gerakan mereka lakukan dengan baik dan lancar.
Lagu yang terdengar makin lama makin lembut, membuat Emilio ingin mengecup bibir perempuan itu sekarang juga. Emilio mendekatkan bibirnya, hampir menyentuh bibir perempuan itu, tapi semuanya terhenti begitu saja.
Next update: tomorrow 🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bet [LS #2] (COMPLETED)
RomansaSepuluh tahun yang lalu, Emilio Bradley ditantang oleh saudara kembarnya, Edmund, untuk mendekati 'anak culun' yang ada dalam satu kelas dengan mereka. Emilio ditantang untuk membuat 'anak culun' itu jatuh cinta padanya hanya dalam waktu 2 bulan. Ap...