"Kau mau pergi kemana?"
"Tentu saja pulang." Emilio melihat Jennifer yang membawa kopernya keluar dari kamar.
"Kalau kau mau..."
"Tidak. Aku tidak mau. Dengarkan aku, Emi. Aku punya rumahku sendiri. Dan aku tidak akan mau jika kau suruh tidur disini..."
"Baiklah. Beri aku nomor telponmu."
"Apa?"
"Beri aku nomor telponmu, Jennie."
"Untuk apa?"
"Demi Tuhan, Jennie. Apa susahnya tinggal mengetik nomormu disini?" Emilio menyodorkan smartphonenya tepat di depan Jennifer.
"Memang susah, Emi. Asal kau tau saja, hubungan kita berdua sudah berakhir bertahun-tahun yang lalu dan aku sudah melupakanmu."
"Sudah melupakanku?" Emilio tertawa hambar lalu melanjutkan kata-katanya.
"Apa kau bercanda, Jennie? Melupakanku? Aku tidak yakin hal itu yang terjadi. Kau masih mengingatku, dan aku yakin kau masih ingat semua hal yang pernah kita lakukan."
Jennifer menghela napas.
"Terserah kau, Emi. Tapi aku tidak tertarik untuk memulai hubungan lagi denganmu. Kau... Sudah membuat diriku hancur." Jennifer melanjutkan langkah kakinya menuju ke tangga.
"Jennie." Jennifer mendengar Emilio yang memanggilnya dan dia menghentikan langkah kakinya. Dia penasaran apa yang akan dikatakan laki-laki itu.
"Kalau aku berusaha untuk mendapatkanmu, apa kau akan memberiku kesempatan?" Jennifer tetap diam di tempat dan tidak menjawab apa-apa. Jennifer memikirkan apa yang harus dikatakannya.
Memberi laki-laki itu kesempatan? Tentu saja hatinya mau. Tapi mengingat apa yang sudah dilakukan laki-laki itu di masa lalunya membuat dirinya ragu.
"Kumohon, Jennie. Aku akan berusaha semampuku." Jennifer memutar tubuhnya dan sekarang dirinya bertatapan mata dengan Emilio. Laki-laki itu terlihat sangat bersungguh-sungguh sekarang ini.
Jennifer menganggukkan kepalanya perlahan dan tersenyum.
"Terima kasih. Sudah memberiku kesempatan."
Jennifer memutar tubuhnya kembali dan melangkahkan kakinya turun menuju ke tangga.
***
Sudah seminggu ini hari-harinya kembali seperti biasa. Jennifer kembali ke kegiatan semulanya. Jennifer bekerja sebagai seorang fotografer.
Sejak orang tuanya meninggal, dia jadi lebih sering menyibukkan diri dengan kamera pemberian dari orang tuanya saat dia berulang tahun.
Itu adalah kado ulang tahun terakhir untuknya dan dia tidak akan menyia-nyiakan apa yang sudah diberikan orang tuanya padanya.
Dan saat itu dia baru menyadari bahwa dirinya berbakat di bidang fotografi. Dia mulai menekuni bidang itu dan sekarang dia menjadi seorang fotografer.
Jennifer mendengar nada dering smartphonenya.
'Itu pasti aunty.' Pikir Jennifer dalam hati. Dan saat dia melihatnya, memang benar itu bibinya. Jennifer segera mengangkatnya.
"Hello, darling."
"Hello, Auntie."
"Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja, Auntie."
"Jennifer. Aku ingin memberi taumu sesuatu."
"Apa itu, Auntie?"
"Carla baru saja pulang dan dia berkata akan mengunjungimu."
"Carla?! Apa kau serius, Auntie?"
"Tentu saja. Apa kau senang?"
"Tentu saja! Oh My God. Sudah berapa tahun aku tak melihatnya. Tapi apa auntie baik-baik saja sendirian..."
"Kabar kedua. Aku akan ikut pergi kesana."
"Auntie!! Apa kau serius sekarang? Oh My God. Kehadiran kalian berdua disini akan menjadi hari terbaikku kurasa." Jennifer memekik bahagia. Tidak hanya Carla, sepupunya, saja yang akan datang kesini, tapi juga bibinya.
Tentu saja dia sangat bahagia sekarang. Bagaimana tidak? Bertahun-tahun dia hidup sendirian di rumah besar ini. Kehadiran Carla dan bibinya disini akan mengubah moodnya hanya dalam sekejap.
"Tentu saja aku serius. Aku rasa aku harus menutup telpon sekarang. Aku akan tiba disana mungkin malam hari. Bye, Jennie."
"Baiklah. Bye, Auntie."
Hari terbaik sepanjang hidupnya akhirnya tiba setelah bertahun-tahun dia berlarut-larut merasakan kesedihan.
***
Jennifer mendengar bel pintu rumahnya berbunyi. Dia segera bangkit dari duduknya di sofa dan berlari ke arah pintu.
Jennifer membuka pintu dan melihat Carla dan bibinya tepat di depan pintu.
Jennifer langsung berlari ke arah mereka berdua dan memeluknya.
"Oh My God. Aku sangat bahagia sekarang."
Jennifer melepas pelukannya dan melihat Carla.
"Carla. Sudah lama kita tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja, Jen."
"Auntie! Bagaimana denganmu?"
"Seperti yang kau lihat, aku sepenuhnya baik-baik saja."
"Oh. Maafkan aku. Ayo masuk." Jennifer mempersilahkan Carla dan bibinya untuk masuk.
Jennifer membawakan teh hangat untuk kedua tamunya itu.
"Bagaimana keadaanmu, Jen? Apa kau tidak kesepian di rumah besar seperti ini?"
"Tentu saja aku kesepian." Jennifer memasang wajah sedihnya.
"Apa kalian tidak berniat untuk tinggal disini bersamaku?"
"Aku mau-mau saja. Aku tak tau bagaimana dengan Mom. Bagaimana, Mom?"
"Kau tau, aku rasa aku akan tetap tinggal di Los Angeles. Tapi jika kau mau, kau boleh tinggal disini bersama dengan Jennifer, Carla."
"Apa kau serius, Mom?!" Carla berteriak.
"Tentu saja."
"Oh. Terima kasih banyak, Mom! Kau adalah Mom terbaik di dunia ini." Carla memeluk ibunya.
Jennifer melihat kejadian itu dan tersenyum. Bibirnya tersenyum, tapi hatinya tidak.
Dia rindu perasaan itu. Dia rindu memeluk ibunya. Dia rindu memeluk ayahnya. Dia rindu orang tuanya.
Tiba-tiba dia merasakan pelukan dari seseorang. Mendongakkan kepalanya, dia melihat sepupunya dan bibinya itu memeluknya.
"Jennifer, aku tau kau sangat merindukan orang tuamu. Tapi ingatlah. Aku dan Carla masih ada untukmu. Jangan memendam rasa sedihmu seorang diri."
"Iya, Jen. Kita akan selalu ada untukmu." Saat itu juga Jennifer meneteskan air matanya dan mengangguk.
Memang benar. Tidak seharusnya dia larut dalam kesedihan seorang diri. Masih ada sepupu dan bibi yang mencintainya dengan sepenuh hati.
Masih banyak orang yang peduli padanya, dan dia tau, walaupun sekarang dia tak bisa melihat orang tuanya, mereka pasti ingin yang terbaik untuknya.
Orang tuanya pasti tak ingin dirinya untuk larut dalam kesedihan yang sama terus menerus.
Next update: tomorrow 🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bet [LS #2] (COMPLETED)
Storie d'amoreSepuluh tahun yang lalu, Emilio Bradley ditantang oleh saudara kembarnya, Edmund, untuk mendekati 'anak culun' yang ada dalam satu kelas dengan mereka. Emilio ditantang untuk membuat 'anak culun' itu jatuh cinta padanya hanya dalam waktu 2 bulan. Ap...